Breaking News:

Pesawat Sriwijaya Air Jatuh

Sriwijaya Air SJ 182 Tak Meledak di Ketinggian 10 Ribu Kaki, KNKT Sebut Perlahan Turun di 250 Kaki

Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono mengungkap fakta tentang jatuhnya pesawat Sriwijaya Air dengan nomor penerbangan SJ 182.

Penulis: Brigitta Winasis
Editor: Claudia Noventa
KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG
Pantauan udara dari pesawat angkut sedang CN-295 dalam misi pencarian korban dan puing pesawat Sriwijaya Air SJ 182 di atas perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, Minggu (10/1/2021). TNI AU mengerahkan 150 personel dan empat armada, antara lain pesawat CN 295, helikopter EC 725 Caracal, helikopter NAS 332 Super Puma dan pesawat Boeing 737 dengan dibantu helikopter Basarnas AW 305 untuk melakukan pencarian korban dan puing pesawat Sriwijaya Air SJ 182 dari udara di perairan Kepulauan Seribu. 

TRIBUNWOW.COM - Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Soerjanto Tjahjono, mengungkapkan fakta tentang jatuhnya pesawat Sriwijaya Air dengan nomor penerbangan SJ 182.

Dilansir TribunWow.com, hal itu ia sampaikan melalui konferensi pers yang ditayangkan kanal YouTube Kompas TV, Selasa (12/1/2021).

Diketahui pesawat Boeing 737-500 tersebut mengudara dengan ketinggian 10.900 kaki pada pukul 14.40 WIB, yakni 4 menit setelah berangkat dari Bandara Soekarno-Hatta.

Penampakan puing-puing pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu, Selasa (12/1/2021).
Penampakan puing-puing pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu, Selasa (12/1/2021). (Capture YouTube Kompas TV)

Baca juga: Black Box Sriwijaya Air Terpecah Belah saat Ditemukan, Mantan KNKT: Jatuhnya Cepat Menghantam Laut

Menurut analisis KNKT, mesin pesawat masih hidup saat itu.

Pesawat Sriwijaya Air kemudian turun perlahan hingga mencapai ketinggian 250 kaki sebelum di perairan Kepulauan Seribu.

"Bahwa mesin pesawat ketika sampai di ketinggian 250 kaki sebelum impact ke permukaan air, masih hidup," kata Soerjanto Tjahjono.

"Dari data lapangan menunjukkan sebaran rampage dengan besaran lebar sekitar 100 meter dan panjangnya sekitar 300-400 meter. Data ini didapat dari KRI Nigel," jelasnya.

Berdasarkan pantauan tim evakuasi di lokasi kejadian, diperkirakan ada satu titik jatuh pesawat Sriwijaya Air.

Dengan demikian dapat disimpulkan pesawat SJ 182 tidak meledak dan dalam kondisi utuh sebelum menghantam permukaan laut.

"Dari data tersebut menunjukkan impact yang terjadi dapat dikatakan ada satu titik atau sangat lokal," kata Soerjanto.

"Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi ledakan atau pecah sebelum impact ke air," paparnya.

Soerjanto memastikan dugaan pesawat meledak di udara tidak benar.

"Jadi asumsi-asumsi in-flight breakup itu tidak ada," tegas dia.

Baca juga: Permintaan Terakhir Didik Gunardi Korban Jatuhnya Sriwijaya Air SJ-182, Minta Ayah Dibawa ke Bekasi

Selanjutnya, Soerjanto mengungkapkan hasil temuan lain berdasarkan penelusuran tim evakuasi.

Ia menyebut adanya turbin mesin yang terlepas menunjukkan mesin dalam keadaan hidup saat jatuh.

"Dari lapangan kami menemukan salah satu mesin dengan kondisi fanblade dan turbin blade yang telah rontok," ungkap Soerjanto.

"Temuan ini menunjukkan pada saat impact mesin dalam keadaan hidup dengan naik power setting atau dengan trust yang tinggi," tambah dia.

Sementara ini sudah ditemukan Flight Data Recorder (FDR) yang merupakan satu dari dua bagian black box (kotak hitam).

Bagian lainnya, yakni cockpit voice recorder (CVR) masih dalam proses pencarian.

Soerjanto berharap CVR dapat segera ditemukan agar penyebab insiden tragis itu bisa diketahui.

"Kegiatan pencarian black box saat ini sudah difokuskan di area seluas kurang lebih 90 x 90 meter persegi dari hasil triangulasi lokasi yang diawali oleh informasi posisi dari KRI Nigel," kata Soerjanto.

Lihat videonya mulai menit ke-1.00:

Black Box Terpecah Belah saat Ditemukan

Mantan investigator Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Ruth Hanna Simatupang, menganalisis penyebab pecahnya black box (kotak hitam) yang ditemukan di antara puing-puing pesawat Sriwijaya Air SJ 182.

Dilansir TribunWow.com, hal itu ia sampaikan dalam tayangan Apa Kabar Indonesia di TvOne, Selasa (12/1/2021).

Diketahui kotak hitam berisi cockpit voice recorder (CVR) dan flight data recorder (FDR) yang bermanfaat untuk investigasi penyebab kecelakaan.

Baca juga: Update Jatuhnya Pesawat Sriwijaya Air, Berikut Daftar Nama Jenazah Korban yang Teridentifikasi

Namun tim penyelam baru menemukan bagian FDR, sedangkan CVR masih dalam proses pencarian.

Menanggapi fakta tersebut, Ruth mencoba menganalisis penyebab kotak hitam itu tercerai-berai saat jatuh ke laut.

"Kalau melihat pecahan seperti itu dan dia bisa sampai terpisah dari kotak yang harusnya bersama, samping-sampingan," kata Ruth Hanna Simatupang.

"Saya pikir ini berarti ini benturannya sangat keras sekali," komentarnya.

Flight Data Recorder (FDR) pesawat Sriwijaya Air PK-CLC dengan nomor penerbangan SJ-182 yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu ditunjukkan di Dermaga JICT, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa (12/1/2021). FDR Sriwijaya Air SJ 182 yang ditemukan oleh tim penyelam TNI di perairan Kepulauan Seribu selanjutnya akan dibawa KNKT untuk dilakukan pemeriksaan.
Flight Data Recorder (FDR) pesawat Sriwijaya Air PK-CLC dengan nomor penerbangan SJ-182 yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu ditunjukkan di Dermaga JICT, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa (12/1/2021). FDR Sriwijaya Air SJ 182 yang ditemukan oleh tim penyelam TNI di perairan Kepulauan Seribu selanjutnya akan dibawa KNKT untuk dilakukan pemeriksaan. (Tribunnews.com/Irwan Rismawan)

Diketahui bahan kotak hitam dipersiapkan untuk menghadapi berbagai macam kondisi, seperti kebakaran dan terbenam di dalam air.

Ruth menyinggung fakta bahwa mesin pesawat masih menyala saat jatuh ke perairan Kepulauan Seribu.

Diketahui pesawat itu jatuh dari ketinggian 10.000 kaki setelah 4 menit mengudara dari Bandara Soekarno-Hatta.

Baca juga: Ali Ngabalin Sempat Sebar Hoaks Foto Sriwijaya Air Jatuh, Refly Harun: Repost Tanpa Berpikir

Ruth menilai pesawat Boeing 737-500 tersebut jatuh dengan kecepatan tinggi sebelum akhirnya menghantam permukaan laut.

"Tadi sudah dirilis oleh KNKT juga bahwa mesin masih hidup ketika menghantam laut," ungkit Ruth.

"Berarti posisi jatuhnya cepat sekali karena berhenti di 250 dari ketinggian 10.000 dengan cepat," jelasnya.

"Kemudian dia baru menghantam laut," lanjut mantan investigator KNKT ini.

Proses hantaman yang sangat cepat ini diduga menjadi penyebab kotak hitam SJ 182 terpecah-belah saat ditemukan.

"Proses itu, hantaman yang dari atas itu, yang membuat dia terlepas. 'Kan dia biasanya ada di ekor pesawat, jadi dia terlepas," kata Ruth.

"Mungkin black box-nya sudah keluar dari pesawat, ternyata belum. Begitu menghantam, baru dia terlepas. Kemungkinan begitu," tambah dia. (TribunWow.com/Brigitta)

Tags:
Sriwijaya AirSriwijaya Air SJ 182Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT)Pesawat JatuhKepulauan SeribuTribunWow.com
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved