Pesawat Sriwijaya Air Jatuh
Diduga Pakai KTP Palsu, Sejoli Korban Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 Identitasnya Berbeda
Perbedaan data manifest penumpang Sriwijaya Air SJ 182 ditemukan pada 2 korban.
Editor: Lailatun Niqmah
Dirinya menambahkan akan melibatkan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) untuk mencari kecocokan identitas tersebut.
"Kami masih dalami dari tim investigasi dan Basarnas. Kami data para korban," kata Kabagpenum Polri Kombes Ahmad Ramadhan seperti dikutip dari KompasTV, Senin (11/1/2021).
"Kami akan tanya ke Disdukcapil, apa benar gunakan KTP yang bukan miliknya," lanjut Ramadhan.
Baca juga: Beredar Sepucuk Surat Pilot Sriwijaya Air atas Nama Captain Afwan, Kembali Ingatkan soal Salat
Kecelakaan Sriwijaya Air Jadi Sorotan Media Asing
Kecelakaan tragis Sriwijaya Air dengan nomor penerbangan SJ 182 menuai sorotan, termasuk masyarakat dunia.
Dilansir TribunWow.com, diketahui SJ 182 jurusan Jakarta-Pontianak jatuh tidak lama setelah mengudara pada Sabtu (9/1/2021) lalu.
Proses evakuasi masih terus dilakukan di lokasi dugaan jatuhnya pesawat, yakni perairan Kepulauan Seribu.

Baca juga: Soroti 4 Menit Masa Kritis Sriwijaya Air pasca Take Off, Captain Koko: Saya Pernah Terbangkan
Media asing Channel News Asia turut menyoroti kejadian itu, dengan menyebut peristiwa ini sebagai kecelakaan pesawat besar ketiga dalam kurun waktu 6 tahun.
Sejauh ini belum ada kabar korban selamat dari jatuhnya pesawat Sriwijaya Air.
Sebelum kecelakaan ini, terdata ada 697 kecelakaan penerbangan di Indonesia, baik dalam penerbangan militer maupun sipil.
Hal ini membuat industri penerbangan di Indonesia termasuk satu dari yang paling mematikan di dunia, selain Rusia, Iran, dan Pakistan.
Apabila tidak ditemukan korban selamat pada kecelakaan Sriwijaya Air, posisi Indonesia akan naik di atas Rusia.
Diketahui dari 2007 sampai 2018, Uni Eropa melarang masuknya maskapai Indonesia menyusul berbagai kasus kecelakaan dan perawatan armada penerbangan yang buruk.
Baca juga: Kakek Kehilangan 5 Kerabat yang Naik Sriwijaya Air, dari Adik hingga Cucu: Terakhir WA di Grup
Amerika Serikat juga pernah menyatakan evaluasi keamanan penerbangan di Indonesia pada Kategori 2 di tahun 2007 dan 2016, artinya regulasi sistem yang tidak memadai.
Ahli investigasi kecelakaan penerbangan asal Australia, Geoff Dell turut menganalisis kecelakaan Sriwijaya Air.