Terkini Daerah
Mertua-Menantu Terduga Teroris di Makassar Hendak Beraksi Bom Bunuh Diri, Densus 88: Kumpulkan Orang
Analis Utama Intelijen Densus 88 Antiteror Brigjen Pol Ibnu Suhendra mengungkap fakta tentang penangkapan terduga teroris di Makassar.
Penulis: Brigitta Winasis
Editor: Rekarinta Vintoko
TRIBUNWOW.COM - Analis Utama Intelijen Densus 88 Antiteror Brigjen Pol Ibnu Suhendra mengungkap fakta tentang penangkapan terduga teroris di Makassar pada Rabu (6/1/2021).
Dilansir TribunWow.com, hal itu ia sampaikan dalam konferensi pers yang ditayangkan Kompas TV, Kamis (7/1/2021).
Diketahui sebelumnya tim gabungan Densus 88 dan Polda Sulawesi Selatan menangkap 20 terduga teroris di Jalan Boulevard, Perumahan Villa Mutiara Biru, Kelurahan Bulukoreng, Kecamatan Biringkanaya, Makassar.

Baca juga: Tukang Bensin di Makassar Ternyata Teroris, Ketua RT: Sejak Dia Ikut Aliran Baru, Renggang sama Kita
Dua di antaranya ditembak hingga tewas karena melakukan perlawanan, yakni berinisial MR dan AS.
MR dan AS diketahui memiliki hubungan sebagai mertua dan menantu, mereka diduga tergabung sebagai anggota jaringan Jamaah Anshurat Daulah (JAD).
"Mengenai penangkapan di Gowa, kita bisa sampaikan bahwa terkait penangkapan di Makassar, menjadi satu jaringan," ungkap Brigjen Ibnu Suhendra.
Diketahui kelompok JAD terafiliasi dengan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).
Ibnu menyebutkan pemimpin terdahulu mereka, yakni pemilik pondok pesantren Ar-Ridho merekrut anggota dari berbagai wilayah.
Para anggota ini menjalani latihan dan kajian yang terkait dengan radikalisme.
"Ini adalah kelanjutan dari operasi yang dulu di mana Ustaz Basri sebagai pemilik yayasan Ar-Ridho mengumpulkan beberapa pemuda dari beberapa daerah, di antaranya Bima, Poso, kemudian Sulawesi Barat," papar Ibnu.
"(Anggota) dikumpulkan di yayasan Ar-Ridho dan didoktrin. Kemudian terjadilah radikalisme di situ," lanjutnya.
Baca juga: Dipanggil Keluar Rumah, Ketua RT Saksikan Warganya yang Terduga Teroris Ditembak: Sudah Terkapar
Ibnu menyebutkan tujuan kelompok tersebut adalah untuk menyerang aparat dan kelompok yang bertentangan dengan pahamnya.
Meskipun begitu, masih dalam penyelidikan terkait siapa yang disasar kelompok ini.
"Akibatnya seperti sekarang bisa dilihat, dampak dari radikalisme di yayasan Ar-Ridho menyebabkan anak-anak muda kita mengumpulkan beberapa peralatan ini untuk melakukan latihan militer untuk rencana penyerangan kepada aparat, kepada yang menurut dia haram, menurut dia tidak sejalan dengan ideologinya," kata Ibnu.
"Untuk target yang mereka rencanakan, sasarannya belum kita dapatkan," ungkap dia.