Terkini Internasional
Jimin BTS Turut Berduka atas Meninggalnya Jung In, Bocah 16 Bulan yang Dianiaya Ibu Angkatnya
Jimin BTS mengunggah tagar itu untuk berpartisipasi dalam sebuah kampanye kasus kekerasan anak yang menimpa Jung In hingga meninggal dunia.
Editor: Claudia Noventa
Saat hasil investigasi mengungkap perbuatan Jang secara brutal melecehkan Jung In yang masih 16 bulan, masyarakat Korea marah.
Terutama karena Jang dan Ahn pernah muncul dalam acara TV, berpura-pura menjadi keluarga penuh kasih.
Diketahui, Jang dan Ahn pernah muncul di sebuah acara stasiun televisi EBS.
Acara tersebut mengisahkan tentang sepasang orang tua yang mengadopsi anak.
Baca juga: Fakta Pria Kubur Diri Hidup-hidup di TPU, Ngaku Sudah Meninggal dan Gali Tanah dengan Tangan Kosong

"Aku ingin menunjukkan kepada dunia, bahwa bukan hanya artis, tapi orang-orang seperti kami bisa (memilih) mengadopsi."
"Adopsi bukan sesuatu yang memalukan, melainkan sesuatu yang harus dirayakan," kata Ahn, yang merupakan ayah angkat Jung In, saat itu.
Ketika investigasi berlanjut, masyarakat Korea mengajukan petisi agar Jang dan Ahn diadili atas percobaan pembunuhan serta pelecehan anak.
Beberapa perbandingan foto saat Jung In sebelum dan setelah diadopsi, beredar luas di internet.
Foto itu menunjukkan perubahan drastis Jung In ketika ia belum diadopsi hingga beberapa bulan setelah diadopsi.

Pada episode Unanswered Question yang tayang Sabtu (2/1/2021), terungkap kebenaran paling mengerikan di balik kekerasan yang dialami Jung In selama 10 bulan setelah diadopsi.
Penyebab kematian yang disebut kerusakan perut, sebenarnya adalah Jung In mengalami kerusakan pankreas.
Episode Unanswered Question membahas kemungkinan penyebab mengapa Jung In sampai mengalami kerusakan organ dalam.
"Butuh kekuatan 3.800-4.200N untuk anak usia tiga tahun mengalami kerusakan organ dalam yang parah," bunyi pernyataan dalam episode Unanswered Question.
Diduga kuat Jang telah menginjak Jung In hingga berakibat fatal.
Setelah episode Unanswered Question tentang Jung In ditayangkan, masyarakat Korea menyebutnya sebagai episode paling traumatis.
