Breaking News:

Terkini Nasional

Lulusan Terbaik hingga Punya Mental Kuat, Ini Ciri Santri yang Dimonitor JI dan Dilatih Jadi Teroris

Kelompok teroris Jamaah Islamiyah hanya merekrut santri terbaik untuk dilatih guna mengincar orang-orang yang masuk dalam kategori VVIP.

Penulis: anung aulia malik
Editor: Mohamad Yoenus
Divisi Humas Mabes Polri
Sekelompok anak muda tengah dilatih jaringan teroris Jemaah Islamiyah. 

TRIBUNWOW.COM - Bertempat di sebuah villa di Semarang, Jawa Tengah, kelompok teroris Jamaah Islamiyah (JI) melatih sekelompok pemuda untuk menyerang target atau orang yang termasuk dalam kategori very very important person (VVIP) atau orang yang sangat-sangat penting.

Sekelompok pemuda yang dilatih oleh JI dapat dikatakan memiliki kriteria yang tinggi.

Hanya mereka yang memiliki kecerdasan dan kemampuan fisik yang terbaik akan direkrut oleh JI sebagai teroris.

Densus 88 Anti Teror Polri berhasil membongkar sasana atau pusat latihan Jaringan Teroris Jamaah Islamiyah (JI) di sejumlah lokasi di Jawa Tengah. Salah satunya terletak di Desa Gintungan, Bandungan, Semarang, Jawa Tengah.
Densus 88 Anti Teror Polri berhasil membongkar sasana atau pusat latihan Jaringan Teroris Jamaah Islamiyah (JI) di sejumlah lokasi di Jawa Tengah. Salah satunya terletak di Desa Gintungan, Bandungan, Semarang, Jawa Tengah. (Divisi Humas Mabes Polri)

Baca juga: Rogoh Rp 65 Juta per Bulan untuk Latih Teroris Muda di Villa, Jamaah Islamiyah Punya 2 Sumber Dana

Hal itu diungkapkan oleh Karopenmas Mabes Polri Brigjen Pol. Rusdi Hartono dalam acara Kabar Petang tvOne, Senin (28/12/2020).

Dalam merekrut para teroris muda itu, Jamaah Islamiyah mengambil para santri pondok pesantren (Ponpes) yang memiliki afiliasi dengan kelompok JI.

Hanya santri terbaik lah yang kemudian akan direkrut dan dilatih khusus oleh kelompok JI.

"Tiap tahunnya yang lulus mendapat ranking 1-10," kata Rusdi.

"Itu telah mereka (Jamaah Islamiyah) monitor," ujarnya.

Selain cerdas, para santri juga harus memenuhi sejumlah kriteria lain sebelum nantinya dilatih oleh Jamaah Islamiyah.

"Kemudian mereka menseleksi mental dan loyalitas terhadap organisasi dan juga fisik dari masing-masing yang direkrut oleh Jamaah Islamiyah," papar Rusdi.

Beroperasi sejak tahun 2011 silam, pusat pelatihan itu telah menghasilkan 7 angkatan dengan total 96 alumni yang beberapa di antaranya sudah pergi ke Suriah.

"Mereka akan dikirim ke Suriah untuk memperdalam lagi masalah ilmu-ilmu militer maupun ilmu perang lainnya," kata Rusdi.

Diajari Ilmu Penguatan Fisik

Sementara itu, disampaikan oleh Kadiv Humas Polri Irjen Pol Argo Yuwono pada konferensi pers, Senin (28/12/2020), tidak semua alumni pelatihan teroris berangkat ke Suriah.

Dari total 96 orang yang telah menjalani pelatihan di Indonesia, 66 di antaranya berangkat ke Suriah, sedangkan sisanya ada yang ditangkap oleh aparat kepolisian.

66 orang teroris yang berangkat ke Suriah, beberapa di antaranya sudah ada yang tewas dalam konflik di sana.

Baca juga: Latihan di Villa, Teroris Muda Jamaah Islamiyah Belajar Lempar Pisau, Rakit Bom hingga Penyergapan

Kemudian orang-orang yang pulang ke Indonesia, beberapa di antaranya telah ditangkap oleh Polri.

Argo mengatakan, di Semarang, para teroris muda kelompok JI itu diajarkan ilmu bela diri.

Kemudian di daerah lain di Indonesia, mereka diajarkan untuk cara untuk membuat badan mereka selalu fit, sehat, hingga tidak mudah lelah.

Ilmu-ilmu tersebut berasal dari instruktur yang disewa oleh tersangka bernama Karso alias Joko Priyono.

Kemudian, setelah menjalani pelatihan di Indonesia, barulah para teroris muda kelompok JI dikirim ke Suriah untuk bergabung dengan organisasi teroris Jabhat Nusra yang berafiliasi dengan Al Qaeda.

"Setelah enam bulan selesai, para yang dilatih ini, murid-murid ini siap untuk dikirim ke Suriah," kata Argo.

Di Suriah, para teroris muda menjalani pelatihan militer menggunakan beragam senjata api.

"Di Suriah sana dilakukan pelatihan caranya menggunakan senjata api, laras panjang, dan pistol, sampai perakitan bom," papar Argo.

"Di sana dilatih sebelum diterjunkan untuk melakukan perang yang nyata di sana," sambungnya.

Simak video selengkapnya mulai menit ke-4.30:

Doktrin Jamaah Islamiyah

Sebelumnya diberitakan, seorang buron kasus terorisme Bom Bali 1 yakni Taufik Bulaga alias Upik Lawanga berhasil dibekuk oleh Tim Densus 88 pada 23 November tahun 2020 lalu.

Upik yang menyamar sebagai pengusaha bebek potong diketahui bersembunyi di Desa Sri Bawono, Kecamatan Way Seputih, Lampung Tengah.

Telah kabur selama 14 tahun sejak 2006, bagi Upik haram hukumnya menyerahkan diri ke polisi.

Baca juga: Sosok Upik Lawanga, Tokoh Kelompok Jamaah Islamiyah yang Berjualan Bebek, Dijuluki Profesor

Dikutip dari Tribunnews.com, Minggu (20/12/2020), seusai diamankan oleh pihak kepolisian, Upik menceritakan doktrin dari kelompok Jamaah Islamiyah (JI).

Upik yang memiliki julukan profesor bom, telah masuk ke dalam daftar pencarian orang (DPO) polisi sejak tahun 2006.

Ia bercerita, di dalam kelompok JI, haram hukumnya menyerahkan diri ke polisi.

"Lari 14 tahun itu kalau menurut akidah Jamaah Islamiah, kita itu kalau menyerahkan diri itu haram," jelas Upik.

"Jadi kalau kita bisa dibunuh di situ Alhamdulillah bisa syahid. Tapi apabila kita ditangkap sudah qadarullah (ketentuan Allah)."

Upik menuturkan, kegiatannya menjadi perakit senjata bagi kelompok JI akan mendapat ganjaran berupa pahala yang berlimpah.

"Jadi kita kalau membuat suatu senjata yang akan digunakan untuk mendirikan daulah islamiah, itu berpahala yang banyak, seperti itu doktrinnya," ujar Upik.

Ia mengakui, pada awalnya senjata-senjata rakitan itu digunakan untuk membela kaum muslim di konflik Poso yang terjadi pada tahun 1998 hingga 2001 silam.

"Kita itu awalnya disuruh untuk berjuang membela kaum muslim di Poso untuk membalas darah kami yang tertumpah, lama kelamaan kami diarahkan ke daulah, mendirikan daulah islamiah," kata dia.

"Jadi akidah ku yang tertanam di sini, akidah ku yang tertanam di sini doktrin maksudnya, bukan doktrin ya, sumpah itu harus taat sama Amir, taat sama orang yang bawa, taat sama pemimpin," sambung Upik. (TribunWow.com/Anung)

Sebagian artikel ini diolah dari Tribunnews.com dengan judul 14 Tahun Buron Upik Lawanga dan Keluarga Hidup dari Dana Jaringan Jamaah Islamiyah Rp 500 Ribu/Bulan

Sumber: TribunWow.com
Tags:
Jamaah IslamiyahTerorisSemarangJawa Tengah
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved