Terkii Nasional
Dua Orang Dekat Luhut Panjaitan Tersingkir di Kabinet Jokowi, Ali Ngabalin: Everything No Problem
Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah melakukan reshuffle atau perombakan kabinet, Selasa (22/12/2020).
Penulis: Elfan Fajar Nugroho
Editor: Ananda Putri Octaviani
"Dan tentu saja bagi satu tahun ini banyak hal yang telah dilakukan oleh dokter Terawan di Menteri Kesehatan maupun dengan Bang Fachrul Razi."
"Everything no problem and semuanya dalam suasana yang baik-baik saja, insyaallah kabinet reshuffle ini akan menjalankan tugas dengan penuh tanggung jawab dan lebih baik," pungkasnya.
Simak videonya mulai menit ke- 0.40:
Pernyataan Perdana Risma setelah Menjadi Menteri Sosial
Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini kini ditetapkan sebagai Menteri Sosial menggantikan Juliari P Batubara.
Diumumkan sebagai menteri di Istana Presiden pada Selasa (22/12/2020), Risma mengaku masih kaget menjadi seorang menteri.
Pasalnya ia tidak pernah membayangkan sebelumnya.

Baca juga: Daftar 6 Menteri Baru Jokowi, Tri Risma Jadi Mensos, Sandiaga Uno Gantikan Wishnutama, Menag dari NU
"Pertama terus terang saya sudah cukup kaget walaupun sudah banyak yang membicarakan tapi terus terang saya tidak pernah berpikir atau membayangkan menjadi menteri," kata Risma.
Meski demikian, ia mau menjadi menteri karena telah diberi tugas oleh Presiden dan wakilnya.
"Karena ini kepercayaan Bapak Presiden dan Bapak Wapres dan ini untuk saya mengabdi untuk negara, saya terima kasih dengan kepercayaan bapak presiden dan bapak wapres serta tentunya seluruh bangsa Indonesia," lanjutnya.
Lalu terkait langkah yang akan diambil, Risma berjanji akan melibatkan Kementerian Dalam Negeri dan para mahasiswa dalam menjalankan tugas-tugasnya.
"Program kami pertama adalah ya perbaikan data untuk data-data penerima bantuan, kami akan kerja sama Kementerian Dalam Negeri terutama terkait data kependudukan dan Perguruan Tinggi yang ada di wilayah masing-masing."
"Karena akan lebih baik jika kami melibatkan Perguruan Tinggi dalam implementasi kami di lapangan," kata Risma.
Menurutnya, Perguruan Tinggi bisa menjadi evaluator dalam menjalankan tugas-tugasnya.
"Sehingga output atau goalnya bisa dilihat dan bisa kita lakukan bersama dengan Perguruan Tinggi," imbuhnya.