Pilkada Serentak 2020
Pernyataan Gibran-Teguh setelah Menang Hitung Cepat Pilkada Solo: Saya Sudah Nothing to Lose
Gibran-Teguh menang suara di atas rivalnya, Bagyo Wahono-Suparjo Fransiskus Xaverius menurut Charta Politica.
Penulis: Mariah Gipty
Editor: Rekarinta Vintoko
Senada dengan Gibran, Teguh mengatakan bahwa keamanan Pilkada di tengah pandemi adalah yang terpenting.
"Bila mana hasilnya sudah maksimal maka ya inilah yang harus kita terima, yang penting tidak ada klaster Pilkada."
"Seperti yang disampaikan Mas Gibran, jangan sampai ada klaster Pilkada," ungkapnya.
Politisi PDIP ini mengatakan, aturan jeda waktu yang diatur petugas TPS sudah membuat Pilkada ini terjadi tanapa kerumunan.
"Sudah memberi jeda waktu bagaimana pemilih dan pada waktu kami datang nyoblos itu hanya 4-5 orang saja."
"Jadi waktu itu sudah memberi kesempatan tidak ada kerumunan maka dari itu," jelasnya.
Meski dirinya mengakui bahwa masih banyak orang golput, namun Teguh tetap mengapresiasi kerja tim pemenangannya.
"Biarpun masih ada warga yang belum menggunakan haknya untuk berdemokrasi, saya kira haknya mereka."
"Tetapi sekali lagi kewajibannya tim pemenangan Mas Gibran Teguh ini rekan-rekan yang bekerja ini sudah bersungguh-sungguh untuk menghadirkan masyarakat berbondong-bondong ke TPS," pungkasnya.
Dampak Positif Gibran bagi Solo
Pengamat Politik UNDIP, Wijayanto menanggapi Pilkada Solo mengatakan bahwa pemilihan kali ini cukup menarik dengan hadirnya Gibran.
Pasalnya, Gibran yang seorang anak dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) kini terus diterpa isu mengenai politik dinasti.
"Pilkada hari ini pasti mau tidak mau akan membahas apa yang di Solo, memang sangat menarik karena Gibran hampir menjadi calon tunggal kemudian sekarang dikaitkan dengan isu politik dinasti selalu menjadi sorotan," jelas Wijayanto.
Meski demikian, Wijayanto menyebut ada positif dan negatif dalam Pilkada Solo.
Menerut Wijayanto, hal yang kurang dalam Pilkada Solo adalah di mana Gibran dan Bagyo sama-sama belum memiliki rekam jejak yang banyak mengenai kepemimpinan.
Khusus Gibran, ia berbeda dengan Jokowi yang sudah lebih banyak memiliki pengalaman kepemimpinan sebelum mencalonkan diri.