Terkini Nasional
Kritik Kerumunan Rizieq Shihab, dr Tirta Nilai Pemprov DKI Setengah-setengah: Saya Butuh Keadilan
dr Tirta Mandira Hudhi memberikan komentarnya terkait kerumunan massa kaitannya dengan Imam Besar FPI Habib Rizieq.
Penulis: Elfan Fajar Nugroho
Editor: Ananda Putri Octaviani
TRIBUNWOW.COM - Dokter sekaligus relawan Covid-19, dr Tirta Mandira Hudhi memberikan komentarnya terkait kerumunan massa kaitannya dengan Imam Besar Front Pembela Islam (FPI), Muhammad Rizieq Shihab atau Habib Rizieq.
Dilansir TribunWow.com mengungkapkan kekecewaannya kepada pemerintah, baik pusat maupun Pemprov DKI Jakarta.
Hal itu diungkapkannya dalam tayangan YouTube Official iNews, Minggu (15/11/2020).

Baca juga: Habib Rizieq Shihab Ternyata Masih Kerabat dari Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Era SBY
Baca juga: Anies Baswedan Tak Datang ke Pernikahan Putri Habib Rizieq Shihab di Petamburan
Dalam kesempatan itu, dr Tirta menilai pemerintah tidak adil dalam menegakkan aturan protokol kesehatan di tengah pandemi Covid-19.
Seperti yang diketahui, sepulangnya Habib Rizieq ke Indonesia, kumpulan massa tak terbendung lagi.
Mulai dari penyambutan di bandara hingga acara-acara yang diikuti oleh Habib Rizieq.
Termasuk yang terbaru adalah menggelar acara pernikahan sang anak, Syarifah Najwa Shihab.
Dirinya menyayangkan sikap dari pemerintah, khususnya Pemprov DKI Jakarta selaku pemegang kekuasaan daerah yang terkesan seperti membiarkan.
Padahal di satu sisi DKI Jakarta sendiri sampai saat ini masih menerapkan PSBB Transisi.
"Saya butuh keadilan saja sebagai relawan, kalau memang PSBB Transisi ada Pergubnya kalau melanggar ya disanksi," ujar dr Tirta.
dr Tirta lantas membandingkan sikap pemerintah dengan kerumunan massa dalam demo menolak Omnibus Law UU Cipta Kerja.
Selain itu Pemprov DKI juga bisa tegas kepada kafe-kafe yang melanggar protokol kesehatan.
Termasuk juga menggalakkan razia masker dan memberikannya saksi.
"Jadi di sini tuh ketegasannya gini dulu ada demo Omnibus Law, ketika itu dikhawatirkan terjadi kluster Covid-19. Coba sekarang kita lihat yang kejadian bandara yang pertama, terus yang kedua tentang nikahan," ungkapnya.
Baca juga: Refly Harun Sebut Pemerintah Tak Perlu Bahas Rencana Rekonsiliasi Habib Rizieq: Bukan Lawan Politik
Rasa kekecewaannya bertambah setelah melihat sikap dari pemerintah pusat melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang justru menyumbangkan masker.
"Sementara di sisi lain kalau mau nikahan harus izin ke Pemprov DKI. Ini 10 ribu, malah didukung BNPB, yaudah kalau gitu kan setengah-setengah kan," tegasnya.
"Mungkin BNPB sama DKI takut sama massa, lebih takut sama massa daripada perjuangan nakes dan relawan, jadi mereka ngizinin," kata dr Tirta.
"Harusnya ya boleh ya boleh, tidak ya tidak," tutup dokter asal Solo Jawa Tengah itu.
Simak videonya mulai menit ke- 2.00
Muhammadiyah Minta Ketegasan Pemerintah, Sebut Tebang Pilih
Kepulangan Imam Besar Front Pembela Islam (FPI), Muhammad Rizieq Shihab atau Habib Rizieq ke Indonesia masih terus menjadi sorotan.
Diketahui, pulangnya Habib Rizieq Shihab ke Tanah Air menimbulkan euforia tersendiri bagi para pengikutnya.
Secara otomatis justru menciptakan kerumunan massa di setiap aktivitas yang diikuti oleh Habib Rizieq.

Baca juga: Massa FPI Sambut Meriah Habib Rizieq, Sikap Jokowi Jadi Sorotan Media Asing: Akan Sangat Hati-hati
Baca juga: Ada Rencana Reuni PA 212 Sambut Kepulangan Habib Rizieq, Wagub DKI Riza Patria: Tergantung Pak Anies
Meski tidak disalahkan, kondisi tersebut dinilai harusnya tidak terjadi di tengah pandemi Covid-19 yang harusnya justru tetap menjaga protokol kesehatan (prokes).
Bahkan, Muhammadiyah melalui Sekretaris Umum, Abdul Mu'ti juga memberikan sorotan kepada aksi massa pendukung Habib Rizieq.
Dilansir TribunWow.com dalam acara Kompas Petang, Jumat (13/11/2020), Abdul Mu'ti menyayangkan masih adanya kerumunan massa di tengah pandemi Covid-19.
Dalam kesempatan itu, Abdul Mu'ti juga mempertanyakan ketegasan sikap dari pemerintah, baik pemerintah daerah maupun pusat.
Menurutnya, penegakan protokol kesehatan dalam upaya pencegahan penyebaran Covid-19 terkesan tebang pilih.
"Itu yang saya tidak paham. Jadi sepertinya penegakan aturan itu tebang pilih," ujar Abdul Mu'ti.
"Seharusnya aturan itu berlaku untuk semuanya," harapnya.
Abdul Mu'ti mengatakan kondisi tersebut semakin memperjelas bahwa hukum di Indonesia hanya tajam ke bawah, namun justru tumpul ke atas, tak terkecuali penegakkan protokol kesehatan.
Baca juga: Dianggap Tak Berbahaya, Ini Alasan Prajurit TNI yang Sempat Buat Video Sambutan Habib Rizieq Dilepas
"Selama ini ada kritik misalnya (hukum) tajam ke bawah tumpul ke atas. Ini kan menandakan ada pesan, peraturan Covid-19 ini juga begitu, tajam ke bawah tumpul ke atas," sindir Mu'ti.
Oleh karenanya, Abdul Mu'ti meminta pemerintah bisa lebih tegas menindak semua kerumunan tanpa pandang bulu.
Menurutnya, sejauh ini hanya masyarakat bawah yang terus-terusan dilakukan penindakan, termasuk sampai diberikan sanksi.
Ia juga menyinggung terjadinya kerumunan dan pelanggaran protokol kesehatan dalam acara-acara terkait Pilkada Serentak 2020.
"Ini tidak boleh, kasihan masyarakat itu sampai harus diberi sanksi, tidak boleh berjualan dan sebagainya demi mematuhi peraturan pemerintah," ungkap Abdul Mu'ti.
"Sementara ada kelompok elit tertentu (yang dibiarkan). Ini tidak hanya kasus acara Habib Rizieq ya, tapi juga misalnya kerumunan pilkada yang secara tegas diatur bahwa tidak boleh ada pengerahan massa," imbuhnya.
"Ternyata juga dilanggar begitu saja dan sanksi-sanksi yang katanya akan diberlakukan oleh Bawaslu ternyata jauh panggang dari api," pungkasnya.
Simak videonya mulai menit ke- 4.57:
(TribunWow/Elfan Fajar Nugroho)