Breaking News:

Pilpres Amerika Serikat 2020

Pilpres AS 2020 Buat Warga Amerika Serikat Terpecah, Pakar Politik Singgung soal Virus Corona

Banyak warga Amerika terkejut melihat selisih suara yang sangat tipis dalam pemilu presiden Amerika 3 November lalu, yang mencerminkan perpecahan.

Editor: Maria Novena Cahyaning Tyas
AFP/MORRY GASH and JIM WATSON
Calon Presiden Partai Republik Presiden Petahana Donald Trump dan Calon Presiden Partai Demokrat mantan Wakil Presiden Joe Biden. 

TRIBUNWOW.COM - Banyak warga Amerika terkejut melihat selisih suara yang sangat tipis dalam pemilu presiden Amerika 3 November lalu, yang mencerminkan perpecahan tajam di negara ini.

Amerika mungkin merupakan satu negara, tetapi pemilu presiden menunjukkan bahwa warga Amerika tampaknya hidup dalam dua realitas berbeda, tergantung pada preferensi politik mereka.

Dua warga yang ditemui VOA ini, Jeff dan Beth, mungkin dapat menggambarkan hal itu.

Joe Biden (kiri) - Donald Trump (kanan)
Joe Biden (kiri) - Donald Trump (kanan) (AFP Photo)

“Saya sangat muak. Saya tidak lagi mengenali negeri ini. Saya benar-benar tidak mengenalinya. Saya kira Donald Trump telah merusak negeri ini,” kata Jeff.

“Dalam pandangan saya Trump justru telah memulihkan perekonomian. Dana pensiun saya meningkat. Saya menghasilkan lebih banyak uang dan nilai saham saya melesat. Saya kini memiliki lebih banyak uang,” ujar Beth.

Baca juga: Marah-marah, Donald Trump Sebut Ada Banyak Bukti Kecurangan Pilpres AS 2020: Silakan Cek di Media

Jeff dan Beth menggambarkan perpecahan tajam di negara ini.

Pakar politik di California Institute of Technology, Michael Alvarez mengatakan, “Kita terpecah secara partisan dan ideologi. Kita terpecah dalam banyak masalah, sosial dan ekonomi. Pandangan dan reaksi kita terhadap pandemi virus corona juga terpecah.”

Di malam penghitungan suara, tidak terjadi “gelombang dukungan pada Partai Demokrat” sebagaimana yang diharapkan partai itu.

Beberapa jajak pendapat menunjukkan Biden memimpin di Florida, salah satu negara bagian utama, yang ternyata justru dimenangkan oleh Trump.

Mengapa jajak-jajak pendapat ini kembali salah membuat perkiraan?

“Bisa jadi dalam masa pandemi ini ada begitu banyak asumsi yang dibuat tentang bagaimana menarget subyek yang disurvei, dan kemudian bagaimana mengkaji ulang data itu secara statistik, yang mungkin secara sistemtis salah,” lanjut Michael.

Ketika tim kampanye Biden memusatkan perhatian pada cara Trump mengatasi pandemi virus corona, persaingan ketat menunjukkan bahwa Demokrat mungkin telah salah menilai urgensi isu-isu lain bagi para pemilih yang mendukung Trump.

Baca juga: Trump Gugat 3 Negara Bagian Minta Stop Penghitungan Suara Pilpres AS, Klaim Tak Diberi Akses Memadai

“Para pendukung Trump merasa tersisih. Mereka merasa seolah-olah telah kehilangan kesempatan. Saya kira ini adalah jenis ketidakpuasan yang benar-benar berhasil dimanfaatkan oleh Trump; dan menurut saya ini tidak berubah sejak tahun 2016, bahkan mungkin lebih buruk lagi.”

Pertarungan pilpres yang sengit juga menunjukkan perubahan demografi dan geografi politik di Amerika.

“Saya kira dukungan dari beragam segmen – yang sudah diperkirakan sebelumnya – seperti kelompok warga kulit hitam, bagi Partai Demokrat... bukan sesuatu yang dapat diharapkan Partai Demokrat. Saya kira mereka perlu bekerjasama untuk meraih suara warga Amerika keturunan Afika, Amerika-Latin dan Hispanik,” tambah Michael.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Tags:
Pilpres Amerika Serikat 2020Pilpres ASJoe BidenDonald Trump
Rekomendasi untuk Anda
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved