Breaking News:

Pilpres Amerika Serikat 2020

Hasil Pilpres AS segera Muncul, TPS di Amerika Serikat Sudah Ditutup, Joe Biden Ungguli Donald Trump

Telah ditutup pemungutan suara pemilihan presiden Amerika Serikat yang memperhadapkan petahana Donald Trump dan kandidat Partai Demokrat, Joe Biden.

Editor: Atri Wahyu Mukti
AFP Photo
Joe Biden (kiri) - Donald Trump (kanan) 

TRIBUNWOW.COM - Telah ditutup pemungutan suara pemilihan presiden Amerika Serikat yang memperhadapkan petahana Donald Trump dan kandidat Partai Demokrat, Joe Biden.

Georgia adalah salah satu negara bagian penentu hasil Pilpres AS yang baru saja merampungkan pemungutan suara. Namun, di tempat lain, pemungutan suara masih berlangsung.

Lebih dari 100 juta orang telah menentukan pilihan mereka lebih dulu melalui sistem early voting. Jumlah ini menjadi indikasi bahwa total pemilih dalam pilpres kali ini merupakan yang terbesar dalam seabad.

Hasil awal diperkirakan akan segera muncul dari negara bagian yang menjadi kantung kekuasaan Demokrat dan Republik.

Baca juga: 3 Skenario Kemungkinan Hasil Pilpres AS, Joe Biden Menang Mudah hingga Kejutan Donald Trump

Pada pukul 19.00 EST (07.00 WIB) berbagai TPS ditutup di Negara Bagian Georgia, Indiana, Kentucky, South Carolina, Vermont, dan Virginia. Menyusul kemudian TPS-TPS di Negara Bagian North Carolina (15 suara electoral); Ohio (18 suara electoral); dan West Virginia (5 suara electoral).

BBC memproyeksikan Trump menang di Indiana. Beberapa media AS memproyeksikan Biden menang di Vermont.

CBS News, mitra BBC di AS, melaporkan Kentucky dan South Carolina condong ke Trump, sedangkan Virginia condong ke Biden.

Warga Amerika Serikat berduyun-duyun menuju tempat pemungutan suara untuk memilih presiden dalam pemilu yang paling memecah-belah rakyatnya dalam puluhan tahun terakhir.

Jumlah orang-orang yang menggunakan hak suara mereka ditengarai memecahkan rekor dalam pemilihan umum kali ini. Kertas-kertas suara berdatangan dari para pemilih yang memilih lebih dulu alias early voting ditambah para pemilih yang antre memilih pada 3 November.

Di sejumlah TPS, warga antre sejak dini hari untuk mencoblos dengan pilihan petahana dari Partai Republik, Donald Trump dan penantangnya Joe Biden dari Partai Demokrat.

Baca juga: Trump Bisa Jadi Presiden Lagi meski Suara Biden Lebih Banyak, Begini Penjelasan Sistem Pemilu AS

TPS dibuat di sejumlah tempat termasuk sekolah-sekolah dan perpustakaan.

Shinta, seorang warga AS asal Indonesia, mengatakan banyak pemilih yang antre sejak pagi di Philadephia, tempatnya bermukim.

"Banyak sekali para pemilih yang sudah antre dari jam 7 pagi, bahkan sudah ada yang antre dari jam 5 atau 6 pagi. Mereka memang antusias ya untuk memilih kandidatnya masing-masing," kata Shinta kepada BBC News Indonesia.

Profesor Michael McDonald dari Universitas Florida, yang menekuni pemilihan awal, mengatakan Oregon menjadi negara bagian kelima di AS yang jumlah suaranya melampaui total suara pada pemilu 2016.

Keempat negara bagian lainnya adalah Texas, Hawaii, Montana, dan Washington.

Hawaii, Oregon, dan Washington bukanlah negara bagian yang dianggap sebagai penentu dalam pemilu, namun sebagaimana dilaporkan wartawan BBC di AS, Laura Trevelyan, rekor jumlah suara tersebut menandakan warga ingin didengar.

Memilih lebih dulu

Secara keseluruhan, lebih dari 100 juta orang telah memilih lebih dulu, indikasi bahwa pemilu kali ini akan memiliki partisipasi terbanyak dalam satu abad.

Nina (50)—bukan nama sebenarnya—adalah warga AS asal Jawa Timur, Indonesia.

Dia menyaksikan di Negara Bagian Oklahoma bahwa sebagian warga telah memilih lebih dulu alias early voting.

"Sehari yang lalu, warga sampai nunggu sekitar dua-tiga jam antrenya untuk early voting. Tahun ini, lebih dari 50% warga yang pergi early voting dari pada yang election day-nya. Empat tahun lalu nggak, tahun ini saja," kata Nina kepada BBC News Indonesia.

Nina mengatakan fenomena ini boleh jadi berkaitan dengan pemilu yang banyak disebut-sebut sebagai 'pemilu paling memecah belah'.

"Mungkin karena calonnya cuma si Trump sama Biden. Sebagian orang kepingin Trump bertahan, sebagian orang itu capek dengan retorika Trump memecah belah. Jadi cepat-cepat get out dari White House," katanya.

Di Columbus, Ohio, Datu, seorang mahasiswa Indonesia yang berkuliah di Ohio State University, mengatakan banyak rekannya yang merupakan warga AS memilih untuk early voting.

Baca juga: Pilpres AS Donald Trump Vs Joe Biden Digelar Hari Ini 3 November, Kapan Pemenangnya Bisa Diketahui?

"Mereka sangat antusias dalam pemilu kali ini. Mereka sudah memilih sebelum 3 November," ujarnya kepada BBC News Indonesia.

Kedua calon presiden menghabiskan waktu-waktu terakhir kampanye di negara-negara bagian kunci.

Donald Trump, 74 tahun, berusaha agar tidak menjadi presiden petahana pertama yang gagal memenangkan periode kedua sejak George HW Bush pada 1992.

Setelah maraton berkampanye selama beberapa hari menjelang pemilihan presiden, Trump kembali ke Gedung Putih; sementara Biden ke Scranton, Pennsylvania, rumah masa kecilnya dan juga basis Partai Demokrat di Philadelphia.

Saat ditanya mengenai rencananya, Trump mengaku belum punya persiapan.

"Tidak, saya belum memikirkan pidato kekalahan atau pidato penerimaan. Mudah-mudahan kita hanya akan melakukan salah satu dari dua itu dan, Anda tahu, menang itu mudah, kalah tidak pernah mudah. Bukan untuk saya, bukan untuk saya," ujar Trump.

Di sisi lain, Joe Biden, capres dari Partai Demokrat, mengaku dirinya "penuh harapan".

Akan tetapi, Biden tidak mau menjabarkan rencananya jika hasil tidak diumumkan pada 3 November.

"Ada begitu banyak hak yang berlangsung saat ini…Kita lihat nanti," kata Biden.

"Jika ada sesuatu untuk dibicarakan mengenai malam ini, saya akan berbicara. Jika tidak, saya akan menunggu sampai kertas suara dihitung keesokan hari," lanjutnya.

Jajak pendapat nasional menunjukkan bahwa Biden unggul namun persaingannya dengan Trump di sejumlah negara bagian penting lebih ketat dan dapat menentukan hasil pemilu ini.

Baca juga: Pilpres AS Donald Trump Vs Joe Biden Digelar Hari Ini 3 November, Kapan Pemenangnya Bisa Diketahui?

Masyarakat antisipasi kerusuhan

Sejumlah pemilik bisnis di Amerika Serikat menutup jendela-jendela dengan papan dan bersiap kemungkinan terjadinya kerusuhan pasca pemilu.

Di Philadelphia, Shinta, seorang warga AS asal Indonesia, menyaksikan sejumlah toko memasang papan sebagai langkah antisipasi.

"Kalau mungkin terjadi kerusuhan dan mungkin protes dan lain sebagainya setelah pemilu, memang beberapa bisnis di pusta kota memang memasang papan-papan untuk menjaga toko-toko dan bisnis mereka," kata Shinta kepada BBC News Indonesia.

Ritel Saks 5th Avenue dan Nordstrom, serta jaringan farmasi CVS termasuk toko-toko yang mengambil tindakan jaga-jaga dengan menutup jendela kaca dengan papan.

Walmart mengatakan pekan lalu mereka untuk sementara menarik senjata dan amunisi dari rak pajangan di ribuan jaringan supermarket itu di Amerika Serikat.

Walmart mengatakan khawatir terjadinya kerusuhan. Sehari kemudian, mereka mencabut keputusan itu.

Polisi di Rodeo Drive, Los Angeles, pertokoan terkenal di Berverly Hills, California, ditutup pada Selasa (03/11).

Harus menang 270 suara dalam "electoral college"

Untuk menjadi presiden terpilih, seorang calon harus memenangkan paling sedikit 270 suara elektoral dalam sistem yang disebut electoral college.

Setiap negara bagian di AS diberi jatah suara tertentu berdasarkan jumlah penduduk. Secara total ada 538 suara untuk diperebutkan.

Sistem ini memungkinkan seorang calon menang dalam perolehan suara secara nasional, seperti Hillary Clinton pada 2016 - namun kalah dalam pemilu karena kalah dalam electoral college.

Pemilu pada 3 November ini diselenggarakan di tengah pandemi virus corona.

Amerika Serikat mencatat kasus dan kematan tertinggi di seluruh dunia, dengan jumlah kasus harian mencapai 84.000 pada Senin (02/11).

Kampanye terakhir Trump dan Biden menjelang pemilu

Pada Senin (02/11), Presiden Trump berkeliling ke empat negara bagian kunci.

Di North Carolina, Trump mengatakan kepada para pendukungnya, "tahun depan akan menjadi tahun terhebat dalam sejarah ekonomi negara kita."

Perekonomian Amerika mencatat pertumbuhan 33% dalam kuartal terakhir tahun ini, menyusul kontraksi 31% dalam kwartal kedua di tengah krisis akibat virus corona.

Pakar ekonomi memperingatkan anjloknya perekonomian Amerika Serikat dalam tingkat terparah selama lebih dari 80 tahun, akan perlu waktu untuk diperbaiki.

Setelah North Carolina, Trump menuju ke Scranton, Pennsylvania, kota tempat penantangnya tinggal sampai berusia 10 tahun.

Dalam kampanye di kota itu, ia mengingatkan pendukungnya bahwa ia menang di negara bagian itu pada 2016, walaupun jajak pendapat menunjukkan ia akan kalah waktu itu.

Biden juga berkunjung ke Pennsylvania dan didampingi oleh penyanyi Lady Gaga di Pittsburgh.

Musisi John Legend mendanmpingi calon wakil presiden Kamala Harris.

Di Ohio, Biden mengulangi pesan penting dalam kampanyenya dengan mengatakan kepada pemilih bahwa pemilu itu terkait dengan jiwa Amerika.

Ia mengatakan sudah saatnya Trump "berkemas dengan koper-kopernya" dan mengatakan, "kita sudah lelah dengan cuitannya, kemarahan, kebencian, kegagalan dan, tidak bertanggung jawab." (*)

Artikel ini telah tayang di BBC Indonesia dengan judul "Pemilu Amerika: Sejumlah TPS telah ditutup, hasil awal segera bermunculan"

Sumber: BBC Indonesia
Tags:
Pilpres ASJoe BidenDonald TrumpVirus CoronaCovid-19Pemilu Amerika Serikat 2020
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved