Breaking News:

Terkini Daerah

Soroti Sosok Pimpinan Klub Moge yang Keroyok Anggota TNI, Anggota DPR: Jangan Seenaknya Memukul

Ahmad Sahroni meminta semua komunitas tidak bersikap arogan dan menekankan bahwa kekerasan tidak dapat dibenarkan.

Penulis: anung aulia malik
Editor: Ananda Putri Octaviani
Kolase (Tribunnews.com/Igman Ibrahim) dan (Wikipedia Via Tribunnews.com)
Anggota DPR Ahmad Sahroni (kiri) menyinggung Djamari Chaniago (kanan) mantan Pangkostrad yang menjadi ketua sebuah klub moge yang anggotanya terlibat dalam kasus pengeroyokan terhadap anggota TNI. 

TRIBUNWOW.COM - Wakil Ketua Komisi III DPR Ahmad Sahroni meminta agar tidak ada lagi komunitas-komunitas yang bersikap arogan.

Pernyataan itu ia sampaikan terkait kasus pengeroyokan anggota TNI yang dilakukan oleh sejumlah orang yang tergabung dalam klub pengendara motor gede (moge) Harley Davidson, di Bukittinggi, Sumatera Barat, Jumat (30/10/2020) lalu.

Saat membahas soal arogansi klub, Ahmad Sahroni menyinggung soal sosok pimpinan klub moge yang ternyata bukanlah orang sembarangan.

(Puspomad) akhirnya angkat bicara terkait kasus dua personelnya dikeroyok oleh sejumlah anggota klub motor gede (moge) Harley Davidson pada Jumat (30/10/2020).
(Puspomad) akhirnya angkat bicara terkait kasus dua personelnya dikeroyok oleh sejumlah anggota klub motor gede (moge) Harley Davidson pada Jumat (30/10/2020). (Kompas.com)

Baca juga: 5 Fakta soal 2 Anggota TNI Dikeroyok Pengendara Moge, Ini Alasan pada Korban Kenakan Baju Preman

Dikutip dari Tribunnews.com, Senin (2/11/2020), diketahui pimpinan klub moge itu merupakan seorang purnawirawan jenderal.

Bahkan sosok pimpinan klub moge itu pernah menjabat sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) pada awal reformasi.

Pria itu adalah Letnan Jenderal (Purn) Djamari Chaniago.

Bagi Sahroni, sikap arogansi tetap tidak bisa dibenarkan.

“Arogansi tidak baik bagi siapapun. Jangan sok hebat, arogan dan main kekerasan di jalan. Mau geng motor besar atau kecil, yang arogan-arogan seperti ini harus ditindak sangat tegas oleh polisi,” ujarnya kepada wartawan, Jakarta, Senin (2/11/2020).

Ia juga menegaskan bahwa setiap komunitas seharusnya mengajarkan sopan santun kepada para anggotanya.

“Sekalipun ada pihak yang merupakan mantan petinggi di dalam komunitas tersebut, mereka harusnya mengajarkan hal yang baik dalam perjalanan dengan saling santun dan bersapa kepada semua pihak di jalan,” ucap Sahroni.

Sahroni terus mengingatkan agar setiap komunitas tetap menghormati sesama pengguna jalan.

“Mau apapun komunitasnya, apakah Moge, sepeda, lari, atau apapun itu, tetap harus menjaga sopan santun, jaga nama baik klub dan kendaraan," paparnya.

"Ini untuk pelajaran bagi semua komunitas dalam era modern ini bahwa kita harus bijak, jangan seenaknya memukuli orang,” sambung Sahroni.

Baca juga: Peran 5 Pengendara Moge Harley yang Jadi Tersangka Pengeroyokan Dua TNI di Bukitinggi

Kronologi Pengeroyokan Anggota TNI

Sebelumnya diberitakan, Pusat Polisi Militer TNI Angkatan Darat (Puspomad) akhirnya angkat bicara terkait kasus dua personelnya dikeroyok oleh sejumlah anggota klub motor gede (moge) Harley Davidson.

Hal itu diungkapkan oleh Komandan Puspomad TNI Letjen TNI Dodik Wijanarko melalui situs resmi tniad.mil.ad pada Sabtu (31/10/2020).

Dodik menjelaskan, kejadian itu terjadi di Jalan dr Hamka Kota Bukitinggi pada Jumat (30/10/2020) pukul 17.30 WIB.

Peristiwa itu bermula ketika anggota Kodim 0304/Agam Serda MY dan Serda MS berboncengan sepeda motor.

Lalu, muncul pengendara moge yang terlepas dari rombongan inti.

Sehingga ia terburu-buru mengejar ketertinggalan.

"Pada saat rombongan moge mendahului Serda M Yusuf yang berboncengan dengan Serda Mustari, memberi kesan kurang sopan, karena rombongan moge tersebut bermain gas di luar batas wajar, sehingga kedua orang prajurit TNI AD yang sedang berboncengan menepi sampai dengan keluar jalan (berada di bahu jalan)," kata Dodik.

Melihat pengendara yang dianggap kurang sopan itu, kedua anggota TNI tersebut lantas mengejarnya.

Mereka mencoba memotong jalan satu di antara pengendara moge tepatnya di Simpang Tarok, Kota Bukittingi.

Lalu mereka adu mulut hingga berakhir dengan pengeroyokan.

Ketika itu, TNI AD tersebut sedang berpakaian layaknya preman .

Pasalnya, mereka bertugas sebagai anggota tim intel di Kodim 0304/Agam.

"Akibat kejadian kesalahpahaman yang berujung pada tindakan penganiayaan oleh pelaku rombongan moge HOG, dilakukan proses hukum sesuai dengan aturan hukum yang berlaku," kata Dodik.

Baca juga: Kasus Pengeroyokan TNI oleh Pengendara Moge, TKP Tak Jauh dari Makodim hingga Pelaku Masih 18 Tahun

Setelah kejadian pengeroyokan itu, dua anggota TNI tersebut lantas melaporkannya ke Polres Bukittinggi.

Sedangkan, polisi langsung melakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) dan meminta keterangan para saksi.

Selain menangkap para terduga pelaku, polisi juga mengamankan sejumlah bukti.

Tak hanya itu, polisi juga melakukan visum pada korban.

Dodik menerangkan, para anggota TNI itu kini juga diperiksa oleh Subdenpom Bukit Tinggi Denpom Sumatera Barat.

Dodik kini hanya berharap agar pihak kepolisian bisa segera menuntaskan kasus ini.

"Berilah kesempatan untuk penegak hukum memproses perkara ini dengan baik dan benar sesuai ketentuan hukumnya," harapnya. (TribunWow.com/Anung/Gipty)

Artikel ini diolah dari Tribunnews Bogor dengan judul 2 Anggota TNI Dianiaya Rombongan Klub Moge saat Boncengan di Jalan, Dedi Mulyadi Geram dan Tribunnews.com dengan judul Pengendara Moge Keroyok Anggota TNI, DPR Minta Tindak Tegas Walau ada Backing Mantan Petinggi

Sumber: TribunWow.com
Tags:
Motor Gede (Moge)TNIDPR RIAhmad SahroniBukittinggiPengeroyokan
Rekomendasi untuk Anda
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved