Terkini Nasional
Dubes RI Ungkap Situasi di Prancis setelah Kasus Hinaan Presiden Macron: Siaga yang Paling Tinggi
Duta Besar Indonesia untuk Prancis, Arrmanatha Nasir mengungkapkan kondisi terkini di Prancis pasca aksi teror yang terjadi di belakangan ini.
Penulis: Elfan Fajar Nugroho
Editor: Atri Wahyu Mukti
TRIBUNWOW.COM - Duta Besar Indonesia untuk Prancis, Arrmanatha Nasir mengungkapkan kondisi terkini di Prancis pasca aksi teror yang terjadi di belakangan ini.
Satu di antaranya adalah yang terjadi di Nice, tepatnya di sebuah gereja, Kamis (29/10/2020).
Insiden itu terjadi tidak lama setelah sikap dari Presiden Prancis, Emmanuel Macron terkait karikatur Nabi Muhammad SAW yang dinilai sudah dalam penghinaan terhadap umat Islam.

Baca juga: Presiden Prancis Akui Paham Kemarahan Umat Islam: Saya Akan Tetap Membela Kebebasan Berpendapat
Baca juga: Sayangkan Sikap Presiden Prancis, Babe Haikal: Kemunduran Intelektual, Kebodohan dari Macron
Kemudian bentuk aksi protes terhadap Macron, banyak dilakukan aksi masa, khususnya oleh para muslim.
Dilansir TribunWow.com dari kanal YouTube Official iNews, Minggu (1/11/2020), Arrmanatha Nasir mengatakan kondisi di Prancis saat ini cukup kondusif.
Hal itu tidak terlepas dengan sikap cepat dari pihak keamanan di Prancis yang melakukan pengetatan.
Menurutnya, pengetatan pengamanan dilakukan di beberapa tempat umum, khususnya adalah tempat ibadah dan sekolah.
"Setelah kejadian serangan teror di Nice, memang pemerintah Prancis menaikan status keamanan menjadi siaga yang paling tinggi," ujar Arrmanatha Nasir.
"Dan mengerahkan sekitar 3.000 - 7.000 tentara dan polisi untuk meningkatkan keamanan. Pengetatan keamanan itu ditujukkan kepada tempat-tempat khusus seperti tempat ibadah dan sekolah," jelasnya.
Lebih lanjut, Arrmanatha Nasir menjelaskan bahwa situasi tersebut juga beberangan dengan kebijakan dari pemerintah Prancis yang kembali memberlakukan lockdown.
Baca juga: Mahfud MD Tak Larang Masyarakat Bersikap soal Presiden Prancis Macron: Dengan Tertib, Tidak Merusak
Kebijakan lockdown terpaksa diambil oleh pemerintah setempat menyusul adanya peningkatan kasus Covid-19 di negara berjuluk Kota Mode tersebut.
Hal itu memaksa seluruh warga Prancis untuk tidak banyak beraktivitas di luar dan meminta untuk tinggal di rumah.
Meski adanya lockdown, penjagaan ketat tetap dilakukan oleh pihak keamanan, baik untuk mencegah orang keluar rumah, maupun mengantisipasi adanya aksi-aksi lain dari umat Islam.
"Namun pada saat yang sama, mulai hari ini itu dilakukan lockdown karena memang terkait dengan penyebaran Covid-19 yang cukup tinggi," kata Arrmanatha Nasir.
"Oleh karena itu keadaan di berbagai kota di Prancis cukup sepi, lebih sepi daripada biasanya," imbuhnya.
Simak videonya mulai menit ke- 0.25:
Macron: Saya Akan Tetap Membela Kebebasan Berpendapat
Pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron kembali menuai sorotan dari umat Islam dunia.
Dilansir TribunWow.com, diketahui kasus berawal saat seorang guru sejarah SMA di Prancis, Samuel Paty, menunjukkan karikatur Nabi Muhammad kepada murid-muridnya terkait diskusi kebebasan berpendapat.
Paty kemudian dipenggal oleh orang tidak dikenal akibat tindakannya tersebut pada 16 Oktober 2020 lalu.

Baca juga: Kurang Setuju dengan Istilah Islamofobia, Babe Haikal Sebut Anti-Islam soal Hinaan Presiden Prancis
Menanggapi kasus tersebut, Macron menilai negara harus melindungi sikap sekularisme yang dijunjung Prancis, terutama terkait perlindungan kebebasan berpendapat pada masyarakat beragama dan non-beragama.
Pernyataan Macron lalu menuai sorotan dari berbagai negara mayoritas Islam di dunia, bahkan muncul seruan untuk memboikot produk Prancis.
Menanggapi hal itu, Macron mengaku dirinya memaklumi munculnya kemarahan umat Islam dunia.
"Saya memahami sentimen yang diekspresikan dan saya menghormatinya," kata Emmanuel Macron, dikutip dari Aljazeera.com, Sabtu (31/10/2020).
"Namun harus dipahami peran saya sekarang, yakni untuk memastikan dua hal: menyerukan perdamaian dan melindungi hak-hak ini," lanjutnya.
"Saya akan selalu membela negara saya terkait isu kebebasan berbicara, menulis, berpikir, dan menggambar," tambah presiden 42 tahun ini.
Macron juga menyinggung sikap para pemimpin dunia, terutama dari negara mayoritas Islam.
Baca juga: Asosiasi Dagang Negara-negara Arab Boikot Produk Prancis, Buntut dari Macron yang Dinilai Hina Islam
Ia menilai ada kesalahpahaman, yakni masyarakat cenderung digiring untuk memercayai bahwa karikatur Nabi Muhammad yang menjadi kontroversi itu adalah buatan Prancis.
Diketahui sebelumnya Macron juga sempat memberi pernyataan yang menuai kontroversi dan kegeraman dari masyarakat Islam, yakni keinginan untuk "mereformasi" Islam agar sesuai dengan nilai-nilai republikan di Prancis.
Sementara itu, pernyataan kontroversial Macron yang baru-baru ini muncul adalah untuk menanggapi sejumlah serangan yang mengejutkan masyarakat Prancis.
Seorang pria Tunisia menikam tiga orang yang tengah berada di sebuah gereja di Nice, Prancis.
Pada hari yang sama, seorang pria asal Arab Saudi terluka akibat ditikam petugas keamanan di Konsulat Prancis di Jeddah, Arab Saudi.
Insiden terakhir yang memicu pernyataan Macron adalah seorang pendeta Orthodox-Yunani ditembak di Lyon oleh pria tidak dikenal yang tidak diketahui motifnya. (TribunWow/Elfan/Brigitta)