Terkini Nasional
Mengaku Sibuk Jadi Komisaris Utama di Pertamina, Ahok Berseloroh: Saya Dirut Nyaru Komut
Komisaris Utama PT Pertamina Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok berseloroh dengan mengaku dirinya adalah direktur utama yang menyaru sebagai komut.
Penulis: Elfan Fajar Nugroho
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Komisaris Utama PT Pertamina Basuki Tjahaja Purnama (BTP) alias Ahok berseloroh dengan mengaku dirinya adalah direktur utama yang menyaru sebagai komut.
Hal itu diungkapkannya dalam tayangan YouTube Butet Kartaredjasa, Minggu (11/10/2020).
Dilansir TribunWow.com, alasan Ahok melakukan candaan seperti itu karena ia mengaku begitu sibuk saat menjadi komut di Pertamina.

Baca juga: Ahok Ungkap Kebijakan yang Dilakukan Andai Jadi Presiden: Langsung Ada Pemutihan Dosa-dosa
Dalam kesempatan itu, Ahok mulanya mengaku tidak setuju dengan adanya lelang jabatan, khususnya di Pertamina.
Menurutnya, kebijakan lelang jabatan tidak menggambarkan langkah yang objektif, sehingga pengaruhnya pun bisa pada kinerja nantinya.
Ia pun mencontohkan kebijakan yang dilakukannya saat masih memimpin di DKI Jakarta.
"Otak lelang itu hanya buat yang pensiun yang kosong, saya tidak mau, saya maunya kocok ulang seperti di DKI," ujar Ahok.
"Waktu di DKI itu kan ada kalau enggak salah ada 10 ribu apa 11 ribu jabatan struktur kita pangkas tinggal 6 ribu. Semua dikocok ulang tuh, kita lantik ulang di Monas," jelasnya.
"Maksud saya harusnya begitu, baru kita bisa dapatkan yang terbaik dari yang terbaik."
Apalagi dikatakannya bahwa pada era sekarang ini semuanya sudah dibuat praktis yakni melalui online.
Sehingga menurutnya, mau tidak mau harus mengorbankan pekerja-pekerja yang sebelumnya menempati posisi tersebut.
"Perbankkan nasional saja sudah banyak yang menghilangkan untuk diganti dengan sistem mesin aplikasi," kata Ahok.
"Buat apa orang keuangan begitu banyak kalau ngitung semua sudah online, sudah lewat bank," imbuhnya.
Baca juga: Kembali Soroti Threshold Pilkada yang Berat, Refly Harun Beri Contoh: Ahok Saja Tidak Percaya Diri
Lebih lanjut, Ahok mengungkapkan kesibukannya selama menjadi komut di Pertamina.
Suami dari Puput Nastiti itu mengaku lebih sering melakukan rapat-rapat bersama jajaran direksi.
"Kewajiban rapat itu hanya 4 kali dalam setahun dewan komisaris itu," ungkap Ahok.
"Kami rapatnya itu tiap minggu pasti sekali, tapi faktanya karena banyak urusan dengan direksi, kadang-kadang kita bisa rapat setiap minggu tiga kali, kali," jelasnya.
Atas kesibukannya itu, Ahok mengaku sempat diledek dengan disebut menjabat sebagai komut namun rasa dirut.
"Makanya ada yang ngledekin, ini komut rasa dirut," ungkapnya.
"Saya juga bercanda, saya bukan komut rasa dirut, tapi dirut nyaru komut," pungkasnya.
Simak videonya mulai menit ke- 4.10:
Ungkap Kebijakan yang Dilakukan Andai Jadi Presiden
Dalam kesempatan yang sama, Ahok mengungkapkan langkah atau kebijakan yang akan dilakukan andaikan dirinya menjadi seorang presiden.
Dilansir TribunWow.com, Ahok mengatakan bahwa langkah pertama adalah melakukan pemutihan dosa-dosa dari pemerintahan.
Menurut Ahok, tidak bisa dipungkiri bahwa setiap pejabat pastinya memiliki kesalahan, baik kecil maupun besar, hingga disengaja atau tidak.

Baca juga: Bayangkan Percakapan Ahok saat Ditegur Erick Thohir, Qodari: Kalau Perlu Lewat Pintu Belakang
Oleh karenya, dosa-dosa tersebut tidak perlu diwariskan dari rezim ke rezim.
"Langsung ada pemutihan dosa-dosa lama supaya rezim ke rezim itu terus menjadikan ini semacam ATM," ujar Ahok.
"Siapa yang enggak pernah buat salah gitu," imbuhnya.
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu lantas menyinggung soal Pilkada serentak.
Dirinya hanya meminta kepada setiap calon untuk bisa membuka sejujur-jujurnya seluruh harta kekayaan yang dimiliki, termasuk harta warisan.
Karena ia mengaku tidak ingin ajang Pilkada tersebut menjadi awal dari terjadinya masalah baru, seperti misalnya korupsi.
"Saya pernah sampaikan, lalu Pilkada seluruh Indonesia, siapapun yang ikut harus bisa membuktikan secara terbalik hartanya," kata Ahok.
"Kalau kamu mengatakan harta warisan orang tua saya yang korup, enggak apa-apa, minimal rakyat tahu."
"Karena kita masih asumsi, anak pejabat yang korup pun belum tentu korup, belum tentu dia tidak punya hati melayani rakyat, belum tentu dia tidak punya hati menolong yang miskin yang membutuhkan pertolongan," jelasnya.
Baca juga: Detik-detik Ayah Sudi Hormat pada Anak, Bangga setelah sang Putra Dilantik Jadi Perwira oleh Jokowi
Lebih lanjut, Ahok mempunyai pandangan untuk meminimalisir terjadinya tindakan korupsi.
Suami dari Puput Nastiti Devi itu mengatakan bisa dengan cara memperbaiki gaji dari pejabat.
Namun dirinya menegaskan bukan lantas menaikkan gaji mereka.
"Tetapi yang penting, dia harus bisa membuktikan harta dari mana, pembuktian terbalik di pejabat, gaji pejabat diperbaiki," kata Ahok.
"Kita kan punya tunjungan operasional yang enggak boleh diambil, ya Anda boleh ambil resmi, asal Anda bisa menaikkan pendapatan berapa," jelasnya.
Meski begitu, ia mengaku tidak lantas melupakan tugas dan tanggung jawabnya, yakni menjamin kesejahteraan rakyat.
Tak luput, dirinya mengatakan bisa menaikkan gaji dari aparat, baik TNI maupun Polri.
"Tapi KPI-nya jelas, misal rakyat Anda harus mempunyai jaminan pendidikan, jaminan kesehatan, jaminan perumahan. Terus UMKM kamu bisa bantu dari kecil ke sedang, dari sedang jadi besar," ungkapnya.
"Aparat semua dinaikkan gajinya, prajurit TNI-Polri bagaimana? Kita bisa subsidi langsung ke orangnya," pungkasnya. (TribunWow/Elfan Fajar Nugroho)