Breaking News:

Virus Corona

Terpaksa Berhenti Jadi Sopir karena Pandemi Corona, Pria Ini Malah Dapat Omzet Jutaan berkat Cacing

Bermodal uang tabungan dan pinjaman, Rian memanfaatkan lahan kosong di belakang rumahnya untuk mulai beternak cacing.

Editor: Claudia Noventa
KOMPAS.COM/MUHLIS AL ALAWI
TERNAK CACING--Varian Arsyagam Isbandi (27), warga Desa Ngadirejo, Kecamatan Wonoasri, Kabupaten Madiun menyirami cacing di kolam ternaknya. Mantan sopir rental kini sukses beternak cacing setelah keluar dari pekerjaannya karena terdampak pandemic covid-19. 

TRIBUNWOW.COM - Varian Arsyagam Isbandi (27), warga Desa Ngadirejo, Kecamatan Wonoasri, Kabupaten Madiun, sempat kebingungan setelah berhenti bekerja sebagai sopir rental tujuh bulan yang lalu.

Ayah dua anak ini terpaksa berhenti bekerja karena sepinya penumpang.

Hal itu terjadi karena pandemi Covid-19.

Sementara bila mencari pekerjaan lain, Rian, panggilan akrab Varian, tidak memiliki kenalan atau akses ke perusahaan.

Dalam kondisi kebingungan, Rian menemui kakaknya yang tinggal di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur.

Baca juga: Buntut Kasus Tenaga Medis di Surabaya Dilumuri Kotoran Manusia, Istri Pasien Covid-19 Jadi Tersangka

Saat bertemu kakak kandungnya itu, Rian dikenalkan dengan warga setempat yang membudidayakan cacing tanah (Lumbricus rubellus).

Mendapatkan pengetahuan tentang beternak cacing, Rian pun tertarik untuk mencoba membudidayakannya.

Bermodal uang tabungan dan pinjaman, Rian memanfaatkan lahan kosong di belakang rumahnya untuk mulai beternak cacing. Usaha itu dia jalani sejak awal Juli 2020.

“Modal saya dari uang tabungan dan pinjaman sekitar Rp 35 juta,” kata Rian saat ditemui di kediamannya, Selasa (13/10/2020).

Modal tersebut digunakan untuk membeli bibit dua kuintal, membuat oven cacing, dan kolam.

Sebenarnya, beternak cacing cukup mengeluarkan uang Rp 10 juta. Rinciannya, Rp 7,5 juta untuk membeli bibit, dan sisanya membangun kolam cacing. 

Namun, suami dari Alisa Nada ini menambahkan oven panggang khusus cacing dengan menghabiskan anggaran Rp 7 juta.

Apalagi cacing kering yang dijual Rian memiliki standar kualitas farmasi.

Dengan demikian, suhu dan lamanya panggang sudah ditentukan.

Setelah upaya yang dilakukan, dua bulan kemudian Rian mulai menuai panen cacing.

Akhirnya selama dua pekan sekali, Rian dapat memanen 36 kilogram cacing basah.

“Untuk dijual di pasaran cacing yang dijual harus kering. Kalau panen 36 cacing basah maka bila dikeringkan menjadi enam kilogram,” ujar Rian.

Baca juga: Kenang Ucapan Terakhir Bocah yang Tewas Lawan Pemerkosa Ibunya, sang Ayah: Mungkin Itu Sakratulmaut

Satu kilogram cacing lumbricus yang kering dijual dengan harga Rp 500.000.

Bila dalam sekali panen bisa mendapatkan enam kilogram cacing lumbricus kering, maka dalam dua pekan Rian mendapatkan omzet Rp 3 juta, atau Rp 6 juta dalam sebulan. 

Untuk perawatan cacing setiap harinya tidaklah sulit. Cukup disiram dengan air dan diberikan ampas tahu.

Cacing yang diternak pun tidak mudah sakit. Adapun cacing juga merupakan hewan yang bisa kawin dan bertelur sendiri.

Untuk menjual hasil panennya, Rian tidak kesulitan. Selain dibeli warga, Rian sudah mendapatkan langganan pemesan dari pabrik besar jamu herbal yang beroperasi di Jawa Tengah.

“Biasanya warga membeli untuk mengobati sakit maag, tipus, hingga melancarkan peredaran darah,” kata Rian.

Ajak Warga Beternak Cacing

Tak ingin maju sendiri, Rian pun mengajak warga di kampung halamannya mengikuti jejaknya agar bisa mendapatkan penghasilan meski di tengah pandemi.

Apalagi saat ini permintaan cacing terus meningkat.

Baca juga: Bantah Cabuli Korban, Eks Wakapolres Takalar Klarifikasi soal Hubungan di Facebook: Dia Sering Like

Ia menyarankan bagi warga yang bermodal pas-pasan cukup membeli bibit dan membuat kolamnya saja.

Ketika panen tiba Rian bisa membantu memasarkan ke perusahaan.

Rian berencana menambah enam kolam cacing menyusul makin banyaknya permintaan cacing kering dari perusahaan.

Saat ini kebutuhan pabrik jamu herbal terhadap cacing kering sebanyak tujuh ton.

Sementara jumlah yang bisa terpenuhi baru dua ton.

Sumber: Kompas.com
Tags:
Virus CoronaCovid-19Cacing TanahPonorogoJawa Timur
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved