Pilkada Serentak 2020
Tanggapi Tudingan sebagai Calon Boneka di Pilkada Solo, Bagyo: Saya Rasa Kok Terlalu Naif
Calon Wali Kota Solo Bagyo Wahyono menjawab tudingan miring disebut sebagai calon boneka di Pilkada Solo 2020.
Penulis: Elfan Fajar Nugroho
Editor: Atri Wahyu Mukti
TRIBUNWOW.COM - Calon Wali Kota Solo Bagyo Wahyono menjawab tudingan miring soal disebut sebagai calon boneka di Pilkada Solo 2020.
Dilansir TribunWow.com, tudingan tersebut sebelumnya muncul setelah melihat lawan yang akan dihadapi oleh Bagyo bersama pasangannya FX Supardjo (Bajo).
Yakni menantang pasangan kuat yang merupakan putra dari Presiden Joko Widodo (Jokowi), Gibran Rakabuming Raka, apalagi ditambah diusung oleh Partai PDIP, basic dari warga Solo.

• Bagyo Enggan Temui Gibran, Najwa Shihab: Enggak Berani Ketemu, tapi Berani Nantang Pilkada?
Menjawab hal itu, Bagyo mengaku tidak membenarkan adanya tuduhan-tuduhan semacam calon boneka maupun pasangan settingan.
Dirinya pun menilai bahwa masyarakat Kota Solo khususnya sudah tahu kebenarannya, termasuk keseriusan Bajo di pilkada 9 Desember 2020 mendatang.
Hal tersebut disampaikannya dalam acara Mata Najwa, Rabu (30/9/2020).
"Masyarakat sudah cerdas, masyarakat Solo sudah tahu semua. Nuwun sewu, bahwa yang namanya Bajo dengan kata-kata settingan itu saya rasa kok terlalu naif," jawab Bagyo.
Selain itu, pria yang juga dikenal merupakan tukang jahit itu mengatakan bahwa dirinya memiliki banyak dukungan.
Bahkan ia mengklaim bahwa dukungan tersebut tidak hanya dari masyarakat Kota Solo, melainkan di seluruh Indonesia.
"Kita kan punya massa, massa kita seluruh Indonesia. Sayangnya mereka tidak mau masuk silaturahmi kepada Bajo agar mereka tahu kondisi sebenarnya Bajo," katanya.
Mendengar penjelasan dari Bagyo yang menyebut punya massa banyak di Indonesia, presenter Najwa Shihab merasa penasaran.
Najwa Shihab lantas menanyakan kualitas dari Bagyo jika dibandingkan dengan penantangnya, yakni Gibran.
• Bantah Isu Dibantu Jokowi Maju Pilkada, Gibran: Apa yang Dimudahkan? Semua Proses Saya Lalui
Menjawab hal itu, Bagyo memilih untuk merendah.
Ia memilih menyerahkan kepada masyarakat supaya memberikan penilaiannya sendiri.
Bagyo yakin masyarakat Solo sudah cukup cerdas untuk menilai dirinya.
Baginya, sikap pemimpin yang dibutuhkan saat ini adalah mereka yang bisa menghargai orang lain dan tetap memiliki kerendahan hati.
"Kalau saya, saya orang biasa. Saya tidak punya kapasitas untuk menilai diri saya. Itu yang menilai adalah Komunitas Tikus Pithi Hanata Baris," jelas Bagyo.
"Saya kan orang Solo. Artinya saya tahu persis. Orang Solo itu simple, artinya harus 'nguwongke' (memanusiakan manusia -red), kita unggah-ungguh, tata krama," jelas Bagyo.
Simak videonya mulai menit ke- 2.45: