Breaking News:

Pilkada Serentak 2020

Ragukan Kualitas Demokrasi Pilkada 2020, Pengamat Politik Contohkan Tangerang Selatan: Rendah Sekali

Meski mendapat banyak penolakan, Pilkada Serentak tahun ini dipastikan akan tetap digelar pada 9 Desember 2020 mendatang.

Penulis: Elfan Fajar Nugroho
Editor: Claudia Noventa
Youtube/Apa Kabar Indonesia tvOne
Pengamat Politik, Adi Prayitno meragukan kualitas demokrasi di Pilkada Serentak 2020. 

TRIBUNWOW.COM - Meski mendapat banyak penolakan, Pilkada Serentak tahun ini dipastikan akan tetap digelar pada 9 Desember 2020 mendatang.

Menanggapi hal itu, Pengamat Politik, Adi Prayitno meragukan kualitas demokrasi di Pilkada Serentak 2020.

Dilansir TribunWow.com, Adi Prayitno menilai bahwa keputusan dari pemerintah tetap menggelar Pilkada tahun ini kurang tepat, karena tidak memikirkan kondisi masyarakat di tengah pandemi Covid-19.

Ilustrasi Pemilu
Ilustrasi Pemilu (KOMPAS/MAHDI MUHAMMAD)

Yakini Partisipasi Pilkada 2020 akan Sedikit, Azyumardi: Saya Mau Golput, yang Lain Mau Ikut Silakan

Tanggapi Ancaman Golput di Pilkada 2020, KPU: Kami Tidak Melakukan Survey Partisipasi Publik

Kondisi tersebutlah yang akan mempengaruhi jalannya pesta demokrasi di Pilkada 2020.

Apalagi sudah muncul isu akan adanya sikap golput dari masyarakat.

Menurutnya, ketika pemerintah memang memikirkan masyarakat, khususnya masalah kesehatan bukan ekonomi, maka harusnya bisa menundanya lebih dulu.

Apalagi saat ini kasus Covid-19 di Indonesia bukanya melandai, tetapi justru semakin meningkat.

"Tentu ini keinginan dari pemerintah, DPR, dan partai politik, karena mereka yang membuat kebijakan ini," ujar Adi Prayitno, dikutip dari acara Apa Kabar Indonesia Pagi 'tvOne', Minggu (27/9/2020).

"Kalau berbicara tentang masyarakat, tentu masyarakat banyak yang tidak ingin Pilkada ini dilanjut," jelasnya.

Adi Prayitno lantas mencontohkan kasus yang terjadi di Tangerang Selatan.

Dikatakannya bahwa berdasarkan survey yang telah ia lakukan, menunjukkan tingkat partisipasi masyarakat datang ke TPS untuk menggunakan hak pilihnya sangat rendah, yakni hanya 49 persen.

Debat Pihak Perludem soal Pilkada di Tengah Covid-19, Ali Ngabalin Potong Pembicaraan: UU Mana?

Itu artinya menurutnya kondisi tersebut menandakan bahwa masyarakat tidak antusias menyambut Pilkada tahun ini dengan alasan pandemi Covid-19.

Dan kondisi tersebut jelas akan mempengaruhi kualitas demokrasi di Pilkada 2020.

"Contoh bulan ini saya survey di Tangerang Selatan, karena ini kampung halaman saya yang kedua, cuman saya tidak publikasikan," kata Adi Prayitno.

"Masyarakat yang potensi datang ke TPS cuman 49 persen, rendah sekali," jelasnya.

"Bagaimana kita mempertaruhkan kualitas demokrasi kita di tengah masyarakat yang takut datang ke TPS," pungkasnya.

Simak videonya mulai menit ke- 3.53 

Azyumardi: Saya Mau Golput, yang Lain Mau Ikut Silakan

Cendikiawan Muslim, Azyumardi Azra memberikan pandangannya terkait rencana pemerintah yang tetap akan menggelar Pilkada Serentak 2020.

Dilansir TribunWow.com, Azyumardi Azra menyakini bahwa partisipasi Pilkada 2020 akan turun drastis jika tetap digelar di tengah kondisi pandemi Covid-19.

Hal itu diungkapkan dalam acara Apa Kabar Indonesia Pagi, Minggu (27/9/2020).

Ilustrasi Pemilu
Ilustrasi Pemilu (KOMPAS/MAHDI MUHAMMAD)

 

 Harta Kekayaan Bobby Nasution, Menantu Presiden Jokowi yang Maju di Pilkada Medan 2020

Karena seperti yang diketahui, banyak pihak yang menolak dan menyarankan supaya Pilkada 2020 bisa ditunda penyelenggaraannya.

Alasannya tidak lain karena faktor kesehatan dan ditakutkan justru menjadi kluster baru penyebaran Covid-19 di Tanah Air.

Apalagi saat ini penambahan kasus Covid-19 di Indonesia belum bisa dikatakan mengalami penurunan, malah sebaliknya masih terus meningkat.

Kondisi tersebutlah yang membuat Azyumardi Azra yakin bahwa Pilkada di 270 daerah akan berkurang partisipasinya.

Bahkan dalam kesempatan itu, mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu secara pribadi menegaskan tidak akan menggunakan hak politiknya pada 9 Desember 2020 mendatang, atau golput.

Meski begitu, ia mengaku tidak lantas memberikan seruan atau ajakan kepada masyarakat lain untuk melakukan golput.

"Itukan mereka punya pertimbangan sendiri, punya nalar sendiri, kalau ada orang yang bersuara seperti saya ya silakan dipertimbangkan," ujar Azyumardi Azra.

"Saya tidak mengajak, tidak menyeru mereka supaya ramai-ramai, saya hanya mengatakan bahwa saya secara pribadi mau golput," jelasnya.

"Kalau yang lain ya mau ikut ya silakan, walaupun saya melihat memang tingkat partisipasi dalam Pilkada ini kemungkinan besar akan sedikit."

 Ini Kata Sederet Calon soal Pilkada di Tengah Covid, dari Putri Maruf Amin sampai Keponakan Prabowo

Namun menurutnya, tanpa dilakukan seruan pun, Azyumardi Azra menilai bahwa masyarakat akan berpikir ulang untuk mendatangi tempat pemungutan suara (TPS).

Dengan catatan andai kondisi Covid-19 di Indonesia masih berisiko tinggi.

Ditambah lagi saat ini, khususnya bagi umat beragama, seruan untuk beribadah di tempat ibadah saja masih belum dicabut.

Menurutnya, alasan untuk sekadar tidak mendatangi TPS lebih mudah dilakukan, dibandingkan untuk tidak beribadah di masjid.

"Pertama karena kasus meningkat maka kemudian fatwa yang dikeluarkan oleh ormas-ormas Islam bahwa jangan berkerumun, bahwa di masjid sekalipun," katanya.

"Itu sampai sekarang pun juga masih banyak masjid yang belum menyelenggarakan, padahal itu ibadah wajib," tutup pria berusia 65 tahun tersebut.

Simak videonya: 4.35

(TribunWow/Elfan Fajar Nugroho)

Tags:
Pilkada SerentakTangerang SelatanPengamat PolitikCovid-19
Rekomendasi untuk Anda
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved