Pilkada Serentak 2020
Jawab Tudingan Jadi 'Boneka' Gibran di Pilkada Solo, Tim Bajo: Masyarakat Mungkin Hampir Terbius
Lawan Gibran di Pilkada Solo 2020 nanti, yakni Bagyo Wahyono kerap menerima tudingan hanya menjadi settingan supaya Gibran tak melawan kotak koson
Penulis: anung aulia malik
Editor: Maria Novena Cahyaning Tyas
Satu di antaranya adalah 'KAMI BUKAN BONEKA'.
• Gibran Resmi Daftar Pilkada Solo 2020, Naik Sepeda dan Pakai Lurik Jawa, Didampingi Selvi Ananda
Konspirasi Majunya Bajo Lawan Gibran
Sebelumnya, pakar hukum tata negara Refly Harun telah menanggapi majunya pasangan Bagyo Wahono-Supardjo (Bajo) dalam Pilkada Solo 2020.
Dilansir TribunWow.com, hal itu ia sampaikan dalam kanal YouTube Refly Harun, diunggah Sabtu (22/8/2020).
Diketahui pasangan yang menamakan diri dengan sebutan Bajo itu akan menantang pasangan Gibran Rakabuming Raka-Teguh Prakosa.
"Saya sendiri merasa antara senang dan tidak senang," komentar Refly Harun menanggapi hal itu.
"Senangnya adalah bahwa ada orang yang berani menantang Gibran," lanjutnya.
Ia menilai majunya pasangan Bajo itu seolah-olah hendak meledek Gibran yang merupakan putra Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Orang tersebut seperti meledek, cukup tukang jahit dan ketua RW yang menantang Gibran," katanya.

• Bukan Gibran, Peserta Terbaik Sekolah Partai PDIP Diraih Anna Morinda, Ini Sosoknya
Menurut Refly, sejauh ini tidak ada yang berani mengajukan diri sebagai penantang Gibran-Teguh.
Ia menyinggung latar belakang pasangan Bajo itu yang berasal dari orang biasa, yakni Bagyo adalah penjahit dan Supardjo adalah ketua RW.
Selain itu, Refly menyoroti Kota Solo yang menjadi basis suara PDIP.
"Yang berani orang biasa saja. Satu tukang jahit, satu kepala RW yang kita tahu kekuatan ekonominya seperti apa," ungkit pengamat politik itu.
"Untuk memenangkan kontestasi pilkada, kalau tidak ada sentimen yang luar biasa, rasanya berat. Apalagi ini di 'kandang banteng' dan di halaman presiden," lanjutnya.
Refly justru menduga lolosnya pasangan Bajo karena ada konspirasi.