Terkini Nasional
Nadiem Makarim Direshuffle? Refly Harun Akui Kontroversial: Jangan-jangan Tak Pernah Baca Pasal
Pakar hukum tata negara Refly Harun membahas isu reshuffle yang turut menyeret nama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim.
Penulis: Brigitta Winasis
Editor: Ananda Putri Octaviani
TRIBUNWOW.COM - Pakar hukum tata negara Refly Harun membahas isu perombakan kabinet (reshuffle) yang turut menyeret nama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim.
Dilansir TribunWow.com, hal itu ia sampaikan dalam tayangan di kanal YouTube Refly Harun, diunggah Senin (31/8/2020).
Diketahui isu reshuffle sempat beredar saat diungkit Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam salah satu Rapat Kabinet di Istana Negara.

• Fadjroel Rachman Bantah Isu Jokowi Reshuffle Kabinet: Tak Ada, Kabinet Indonesia Maju Fokus Bekerja
Refly menyebutkan saat ini muncul kabar nama-nama menteri yang akan dirombak dari jabatannya, yakni Sofyan Djalil, Erick Thohir, dan Nadiem Makarim.
Refly berpendapat penunjukkan Nadiem sendiri sebagai menteri sejak awal menuai sorotan.
"Ini menteri yang sangat kontroversial, berusia sangat muda. Lebih muda dari saya bahkan," singgung Refly Harun.
Ia mengungkit latar belakang Nadiem sebagai pengusaha muda yang berhasil.
"Dan berhasil sebagai pengusaha start-up Gojek. Fenomenal, tapi juga bisa menggaet investor dari luar negeri," paparnya.
Meskipun begitu, Refly menyoroti pemahaman Nadiem Makarim terhadap seluk-beluk pendidikan Indonesia.
"Kita tidak tahu apakah Nadiem Makarim menyelami filosofi pendidikan Indonesia atau dia menjadi orang yang orientasinya orientasi luar," komentar pakar hukum tersebut.
• Soal Deklarasi KAMI, Adian Napitupulu Ungkap Sindiran Arief Poyuono: Beauty Contest untuk Reshuffle
Untuk membahasnya, Refly menyinggung Pasal 31 Undang-undang Dasar 1945 tentang Pendidikan dan Kebudayaan.
"Pendidikan itu kalau kita lihat dalam konstitusi kita yang sering tidak dipertimbangkan orang yaitu dia tidak sekadar membangun manusia pandai, manusia pintar," jelas dia.
Refly menjelaskan makna Pasal 31 ayat 1 tersebut.
"Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. Berhak itu artinya tidak boleh ada warga negara yang tidak mendapat pendidikan," paparnya.
Berdasarkan pasal itu, Refly memaparkan, setiap warga negara berhak mendapat pendidikan wajib sampai tingkat setara SMA.
Ia lalu mempertanyakan apakah arah kebijakan Nadiem Makarim sudah sesuai dengan pasal tersebut.
"Coba bayangkan, ini konstitusi kadang-kadang dilupakan. Saya khawatir jangan-jangan Menteri Pendidikan tidak pernah membaca pasal ini," kata Refly Harun.
Menurut dia, tujuan penyelenggaraan pendidikan sudah tercantum dengan rinci dalam UUD 1945.
"Jadi ketika the founding parents menyertakan pasal ini, bukan sekadar formalitas atau on the paper," terangnya.
"Tapi maksudnya ada, yaitu yang ditingkatkan adalah keimanan dan ketakwaan dan akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dalam undang-undang," tambah Refly.
Lihat videonya mulai menit 12:20
Pengamat Politik Akui Dulu Punya Ekspektasi Tinggi ke Nadiem Makarim
Pengamat politik Universitas Al-Azhar Ujang Komarudin mengkritik kinerja Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Nadiem Makarim di Kabinet Indonesia Maju.
Dilansir TribunWow.com, hal itu ia sampaikan saat diundang dalam acara Dua Arah di Kompas TV, Senin (6/7/2020).
Sebelumnya Presiden Joko Widodo (Jokowi) membuka opsi akan merombak kabinet (reshuffle) jika dinilai tidak mampu menangani pandemi Virus Corona (Covid-19).
• Erick Thohir dan Retno Marsudi Diprediksi Tak Direshuffle Jokowi, Bagaimana dengan Prabowo Subianto?
Menanggapi isu tersebut, Ujang menilai kinerja Nadiem Makarim juga perlu disorot.
Awalnya, ia menyinggung tradisi pemilihan posisi mendikbud yang umumnya berlatar belakang Muhammadiyah.
"Kita ini punya kebiasaan yang tidak tertulis dulu. Misalkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dari Muhammadiyah," ungkit Ujang Komarudin.
Selain itu, posisi Menteri Agama juga diisi Fahrul Razi yang berlatar belakang sebagai tentara.
Menurut Ujang, umumnya posisi itu diisi oleh tokoh dari latar belakang Nahdlatul Utama (NU).
"Lalu Menteri Agama juga dari Nahdlatul Ulama. Ini marah ketika misalkan Menteri Agamanya kemarin dari tentara," papar Ujang.
"Teman-teman dari NU marah," ungkapnya.
Ujang menyebutkan pemilihan tokoh tersebut kemudian menuai protes.
"Juga ketika Menteri Pendidikannya dari yang lain," jelas Ujang.
Ia kemudian mengkritisi kinerja Nadiem Makarim selama berada di Kabinet Indonesia Maju.
• Nadiem Makaraim akan Ambil Langkah Atasi Polemik PPDB Jakarta: Saya Berempati pada Orangtua Murid
Ujang menyebutkan awalnya ekspektasi publik terhadap sosok Nadiem sangat tinggi.
Hal itu disebabkan Nadiem Makarim dikenal sebagai pengusaha muda dan pendiri perusahaan rintisan Gojek sebelum ditunjuk sebagai mendikbud.
"Nadiem itu, mohon maaf, ekspektasi kita dulu tinggi terhadap dia," komentar Ujang.
"Sama, kita juga milenial," tambahnya.
Ujang menilai penempatan Nadiem Makarim sebagai menteri tidak tepat meskipun memiliki sederet prestasi dan kesuksesan.
Ia bahkan menyebut penempatan Nadiem sebagai masalah.
"Tapi ketika menjabat di situ, orang pintar ketika ditempatkan bukan di tempatnya, jadi masalah," kata Ujang.
Menurut Ujang, protes tersebut banyak disampaikan rekan-rekan akademisinya.
"Ini banyak protes. Saya ditelepon banyak rektor, saya dibilang, 'Pak Ujang tolong mengkritisi secara objektif tentang kepemimpinan Pak Nadiem'," jelas pengamat politik tersebut.
Ujang menilai posisi mendikbud sangat penting mengingat kaitannya dengan masa depan anak bangsa.
"Kenapa ini penting? Demi kepentingan bangsa dan negara," tegas Ujang. (TribunWow.com/Brigitta Winasis)