Breaking News:

Terkini Nasional

Salim Said Sebut Sosok Pengusung Jokowi Layaknya 'Debt Collector': Gue Angkat Presiden, Dapat Apa?

Guru Besar Ilmu Politik Profesor Salim Said mengungkapkan ada satu tokoh yang mendorong Joko Widodo (Jokowi) agar mau diusung menjadi presiden.

Penulis: Brigitta Winasis
Editor: Rekarinta Vintoko
Capture YouTube Sekretariat Presiden
Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta para menteri lebih bekerja keras dalam menangani Covid-19, dalam Sidang Kabinet Paripurna pada Kamis (18/6/2020), ditayangkan Minggu (28/6/2020). 

TRIBUNWOW.COM - Guru Besar Ilmu Politik Profesor Salim Said mengungkapkan ada satu tokoh yang mendorong Joko Widodo (Jokowi) agar mau diusung menjadi presiden.

Dilansir TribunWow.com, hal itu ia sampaikan dalam tayangan Indonesia Lawyers Club (ILC) di TvOne, Selasa (18/8/2020).

Salim mengibaratkan orang tersebut sama seperti debt collector (penagih utang).

Tokoh Senior sekaligus Guru Besar Universitas Pertahanan, Professor Salim Said mengungkap siapa yang mendorong Joko Widodo (Jokowi) menjadi presiden saat hadir di acara Indonesia Lawyers Club (ILC) pada Selasa (19/8/2020).
Tokoh Senior sekaligus Guru Besar Universitas Pertahanan, Professor Salim Said mengungkap siapa yang mendorong Joko Widodo (Jokowi) menjadi presiden saat hadir di acara Indonesia Lawyers Club (ILC) pada Selasa (19/8/2020). (Channel YouTube Indonesia Lawyers Club)

Bahas Feodalisme, Fahri Hamzah Soroti Gaya Berpakaian Jokowi: Dia Coba Copot Itu Bintang-bintang

Setelah berhasil meyakinkan Jokowi agar mau maju menjadi presiden, orang tersebut kini menagih janji politiknya.

"Dalam sebuah buku saya, saya menyebut debt collector. Jadi kalau ini bisnis, orang yang memperjuangkan Pak Jokowi jadi presiden itu orang yang satu kali menjadi debt collector," kata Salim Said.

"'Gue angkat lu jadi presiden, gue dapat apa?'" lanjutnya mengibaratkan diri sebagai orang tersebut.

Sebelumnya ia mengungkit latar belakang karier politik Jokowi sebagai wali kota dan gubernur sebelum diusung PDIP menjadi presiden.

Salim menyinggung awalnya Jokowi mengaku tidak berambisi menjadi orang nomor satu di Indonesia.

Menurut dia, hal itu sempat disebut Jokowi saat menjabat sebagai gubernur.

"Masih ingat enggak kampanye dia jadi gubernur, kalau ditanya wartawan mau presiden, 'Oh tidak, jadi gubernur saja'," papar Guru Besar Universitas Pertahanan tersebut.

Meskipun Jokowi sendiri tidak berambisi, Salim Said menyebutkan ada pihak lain yang mendorong agar politisi PDIP itu mau diajukan menjadi presiden.

"Tapi ada satu keadaan yang Anda tidak bisa tolak kalau Anda didorong naik ke situ," jelas Salim.

Di ILC, Fahri Hamzah Ungkap Alasan Tak Ikut KAMI: Karena Kita Sudah Punya Partai Bang Karni

"Siapa yang mendorong naik ke situ adalah macam-macam kekuatan. Itu yang saya sebut oligarki," terangnya.

Sosok inilah yang tadi disebut Salim sebagai debt collector.

"Itu sebabnya saya tidak mengkritik Pak Jokowi sebagai pribadi. Sistem, ini sebuah sistem," tegas Salim Said.

Salim lalu membandingkan hal itu dengan masa kepemimpinan Presiden Soeharto.

Menurut dia, presiden kedua Indonesia tersebut juga sama-sama menjadi korban dari sebuah sistem.

Pakar ilmu politik ini menilai akan selalu ada pihak-pihak yang membela sosok Soeharto sekalipun, yakni orang-orang yang diuntungkan.

Salim menyebutkan Jokowi hanya kurang banyak belajar ilmu politik.

"Ya Allah, kasihanilah Pak Jokowi. Mungkin kesalahannya karena tidak belajar ilmu politik, dia terima ketika dirayu-rayu jadi presiden. Paling-paling itu doa saya supaya Anda semua tidak memaki Pak Jokowi," tambahnya.

Lihat videonya mulai menit 15:30

Sindiran Fahri Hamzah untuk Gaya Berpakaian Jokowi

Mantan Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah menyebut masalah di Indonesia adalah feodalisme yang tak kunjung hilang.

Saat membahas masalah feodalisme di Indonesia, Fahri mengaitkan dengan gaya Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang mencoba berpakaian sederhana.

Fahri membahas hal tersebut ketika dirinya hadir sebagai pembicara di acara Indonesia Lawyers Club (ILC), Selasa (18/8/2020).

 Pakai Masker Bebaskan Jerinx di ILC, Pakar Politik Sindir Hukum Berat Sebelah: Tak Dekat Pemodal

Awalnya Fahri menegaskan bahwa dirinya tidak hanya mengkritisi Jokowi saja.

"Saya ini pengkritik semua pemerintah, saya mengkritik Pak SBY dua periode, mengkritik Pak Jokowi juga," kata dia.

Kemudian Fahri menyebutkan masalah feodalisme yang tak kunjung selesai di Indonesia.

"Memang feodalisme di negeri kita itu dahsyat sekali, kalau orang itu sudah punya banyak uang, sudah punya banyak kekuasaan itu yang menggerogoti di sekitarnya itu membuatnya tidak rasional," jelasnya.

Fahri bercerita, setiap penguasa selalu mempertontonkan kebesarannya dengan cara menggunakan atribut-atribut tertentu.

"Dari dulu kekuasaan itu mencoba membangun mitos kebesarannya, maka dia pakai mahkota, baju kebesaran, kegagahan yang luar biasa supaya orang takut dan itu masih terjadi," kata Fahri Hamzah.

Wakil Ketua Umum Partai Gelora, Fahri Hamzah hadir dalam acara Indonesia Lawyers Club pada Selasa (18/8/2020).
Wakil Ketua Umum Partai Gelora, Fahri Hamzah hadir dalam acara Indonesia Lawyers Club pada Selasa (18/8/2020). (Channel YouTube Indonesia Lawyers Club)

Kemudian, Fahri menyoroti bagaimana cara presiden Jokowi berpakaian sesederhana mungkin.

"Saya tidak mau menilai misalnya Pak Jokowi kan pingin mencopot ornamen itu karena dalam dua kali ini tarungnya dengan Pak Prabowo, yang sekarang sudah ada dalam pemerintahan," terangnya.

"Dia coba copot itu bintang-bintang, dia pakai baju putih, dia pakai celana jeans, dia pakai sepatu sneakers, dia coba bikin sederhana itu penampilan."

Meskipun Jokowi telah berusaha tampil sesederhana mungkin dengan menanggalkan atribut-atribut tertentu, Fahri menekankan bahwa masalah feodalisme masih terus ada.

"Tapi apakah feodalisme hilang? Tidak, feodalisme tidak hilang, mereka masih ada di sana," kata dia.

Bahkan Fahri menyebut Jokowi saat ini tidak wajar.

"Dan itulah yang membuat Jokowi tidak wajar. Dan itu yang membuat kekuasaan berjarak dengan kaum intelektual."

Politisi kelahiran Sumbawa itu bercerita, alasan dirinya mendirikan partai Gelora juga didorong karena ingin melawan feodalisme.

"Saya ini menghayati sekali feodalisme itu dan melawannya di manapun dia berada," kata Fahri.

"Saya termasuk bikin partai ini karena melawan itu."

"Enggak kuat saya melihat feodalisme itu," pungkasnya. (TribunWow.com/Brigitta/Anung)

Tags:
Salim SaidJokowiIndonesia Lawyers Club (ILC)Soeharto
Rekomendasi untuk Anda
ANDA MUNGKIN MENYUKAI

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved