Terkini Nasional
Sentil Kemendikbud soal Kurikulum Darurat, Pengamat: Membangun SDM Berbeda dengan Membangun Aplikasi
Pengamat Pendidikan Indra Charismiadji memberikan sortan kepada pemerintah, khususnya Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Makarim.
Penulis: Elfan Fajar Nugroho
Editor: Maria Novena Cahyaning Tyas
"Kurikulum yang kemarin yang sudah 7 tahun dilatih saja, pelajarnya masih belum beres kok, terus ini mau berharap tiba-tiba kurikulumnya disederhanakan, terus langsung menjadi obat instan kalau pendidikan kita akan dibenahi, enggak bisa seperti itu," terangnya.
Indra lantas mempertanyakan peran dari guru itu sendiri dalam menghadapi pembelajaran jarak jauh.
Dirinya menyarankan sebaiknya yang ditekankan adalah pada gurunya, bukan malah pada alatnya.
"Untuk itu sekarang yang harus disiapkan adalah manusianya, gurunya bagaimana, orang tuanya bagaimana, ini yang dari bulan Maret sampai hari ini belum ada langkah nyata yang dilakukan oleh pemerintah," pungkasnya.
• Tanggapan Para Orangtua di Banjar soal Sekolah Tatap Muka: Anak-anak Kayaknya Lebih Nurut sama Guru
Simak videonya mulai menit ke- 5.05
Pengamat Dilema dengan Kondisi Pendidikan di Indonesia
Pengamat Pendidikan, Andreas Tambah memberikan tanggapannya terkait rencana dari pemerintah yang akan membuka kembali pembelajaran tatap muka di sekolah.
Dilansir TribunWow.com, Andreas Tambah mengaku cukup dilema melihat kondisi pendidikan di Indonesia di tengah kondisi pandemi Virus Corona.
Hal ini disampaikan dalam acara Apa Kabar Indonesia Malam, Sabtu (8/8/2020).

Menurutnya, rasa dilema itu muncul lantaran di satu sisi menginginkan semua anak tetap mendapatkan haknya dalam pendidikan secara maksimal.
Dengan catatan hak pendidikan itu didapat dengan tidak menganggu urusan kesehatannya, dalam artian tidak terpapar Covid-19.
Oleh karena dilakukanlah pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau pembelajaran online.
Namun di sisi lain, dikatakan Andreas Tambah bahwa tidak didukungnya fasilitas menunjang pembelajaran online tersebut.
"Memang sebuah dilema, sekolah menghadapi situasi yang dilema," ujar Andreas Tambah.
"Sementara dorongan orangtua untuk tatap muka oleh karena tanda kutip alasan tertentu, fasilitas pembelajaran, daringnya juga belum lengkap, kuotanya juga mungkin menjadi beban," jelasnya.
• KPAI Tak Setuju dengan Kebijakan Kemendikbud yang Izinkan Sekolah Tatap Muka: Siapa yang Menjamin?
Kondisi tersebut tentunya mendorong orangtua/wali siswa berpikiran supaya pembelajaran lebih baik dilakukan secara tatap muka di sekolah, meski sebenarnya tetap ada rasa kekhawatiran.
"Sehingga dalam situasi seperti ini, sekolah mengalami sebuah pemikiran yang satu sisi dari pemerintah membolehkan, sementara tengah-tengah lain, masyarakat mengalami sebuah kekhawatiran," terangnya.
"Sementara yang lain juga mengalami sebuah kesulitan di rumah."