Pilkada Serentak 2020
Tak Hanya Gibran, Refly Harun Ungkit Bobby Nasution Terseret Isu Dinasti Politik: Harus dari Bawah
Pakar hukum tata negara Refly Harun membahas isu dinasti politik yang menyeret Gibran Rakabuming Raka dan Bobby Nasution.
Penulis: Brigitta Winasis
Editor: Atri Wahyu Mukti
TRIBUNWOW.COM - Pakar hukum tata negara Refly Harun membahas isu dinasti politik yang menyeret Gibran Rakabuming Raka dan Bobby Nasution.
Dilansir TribunWow.com, hal itu ia sampaikan melalui kanal YouTube Refly Harun, diunggah Sabtu (25/7/2020).
Diketahui putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi), Gibran, mengajukan diri dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Solo Desember 2020 mendatang.

• Pertanyakan Kemampuan Gibran Jadi Cawalkot Solo, Refly Harun: Kita Tidak Cari Pemimpin yang Magang
Sementara itu, menantu Jokowi dari Kahiyang Ayu, Bobby Nasution, mengajukan diri dalam Pilkada Medan.
Keduanya diusung partai yang sama yang menaungi Jokowi, yakni PDIP.
Refly Harun menilai keduanya pun belum terlalu lama mengawali karier sebagai kader partai.
"Yang diharapkan dari fenomena ini sesungguhnya politik yang mencerdaskan, politik yang memberikan contoh," komentar Refly Harun.
Menurut Refly, seharusnya Gibran dan Bobby belajar politik terlebih dulu dengan menjadi kader partai.
Diketahui keduanya baru mendaftar dalam PDIP sesaat sebelum mengajukan diri sebagai bakal calon wali kota.
"Bahwa kalau Anda mau menjabat pada jabatan tertentu, Anda harus bekerja keras. Anda harus meniti karier dari bawah, dari anggota biasa dulu, naik level, sampai Anda layak dicalonkan," jelas Refly.
"Itu tidak terjadi pada Gibran dan Bobby Nasution. Ketika mereka berkehendak maju sebagai calon wali kota, saat itulah mereka mendaftar sebagi anggota PDIP," lanjutnya.
• Maju Jadi Bakal Calon Wali Kota Medan, Menantu Jokowi, Bobby Nasution Resmi Jadi Kader PDIP
Refly menyoroti Gibran dan Bobby baru saja menjadi anggota PDIP dan dapat maju dalam pilkada, jika dibandingkan dengan kader-kader partai lain.
"Jadi pengalamannya sebagai anggota PDIP mungkin kurang dari satu tahun secara resmi," komentar pengamat politik tersebut.
Ia membandingkan dengan anggota PDIP lain yang sudah lebih lama berkecimpung di politik daerah, seperti Wali Kota dan Wakil Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo-Achmad Purnomo.
Seperti diketahui, sebelumnya Achmad Purnomo sempat digadang-gadang akan menggantikan Rudyatmo dalam Pilkada Solo 2020.
Meskipun begitu, PDIP akhirnya menjatuhkan pilihan ke Gibran-Teguh Prakosa.
Refly menilai seharusnya PDIP dapat lebih mempertimbangkan Achmad Purnomo yang sudah lebih senior di dalam partai.
"Harusnya 'kan yang dihargai kader-kader yang berjuang, seperti misalnya FX Rudy dan Achmad Purnomo sebagai wali kota dan wakil wali kota 'kan pasti berjuang juga untuk kemenangan PDIP," papar dia.
"Jadi ada jasanya, jadi timbal baliknya harusnya dicalonkan. Harusnya," tambahnya.
Lihat videonya mulai menit 12:40:
Gibran Bantah Tudingan Dinasti Politik
Calon Wali Kota Solo 2020 Gibran Rakabuming Raka membantah dirinya maju di Pilkada Solo 2020 lewat dinasti politik.
Gibran menuturkan semua orang dibebaskan untuk memilihnya atau tidak.
Ia justru merasa heran mengapa keputusan dirinya ikut di Pilkada Solo 2020 dikaitkan dengan dinasti politik.
• Ragukan Jokowi Tak Cawe-cawe soal Gibran, ICW Ungkit Pemanggilan Purnomo: Sisi Gelap Dinasti
Pernyataan itu disampaikan Gibran lewat sebuah Webinar yang diselenggarakan oleh PDIP bertajuk 'Anak Muda Berpolitik Siapa Takut?', pada Jumat (24/7/2020).
Gibran bercerita jauh sebelum dirinya menerima rekomendasi dari PDIP, ia sudah lebih dulu terjun ke masyarakat sembari menjelaskan apa itu dinasti politik.
"Saya hanya ingin menyampaikan saja masalah dinasti politik," kata Gibran.
"Jadi banyak yang menanyakan masalah dinasti politik."
"Sebenarnya dalam satu tahun terakhir ini kalau di Solo ya, di kota saya itu setiap kali bertemu dengan warga itu selalu saya jelaskan apa itu dinasti politik," sambungnya.
Gibran menegaskan ketika dirinya mencalonkan diri menjadi wali kota Solo, belum tentu dirinya 100 persen pasti menang.
Ia mempersilakan masyarakat untuk menentukan pilihannya.

"Jadi saya kan ikut kontestasi bisa menang bisa kalah, tidak harus diwajibkan memilih saya," kata Gibran.
"Bisa dipilih bisa tidak."
"Jadi tidak ada kewajiban mencoblos saya, ini kan kontestasi bukan penunjukkan," lanjut dia.
Putra sulung Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) itu mengakui dirinya justru bingung di saat orang-orang mengaitkannya dengan dinasti politik.
"Jadi kalau yang namanya dinasti politik itu dimana dinasti politiknya, saya juga bingung kalau orang bertanya seperti itu," ungkap Gibran.
Pemilik catering Chilli Pari itu menjelaskan bahwa warga di Solo kini sudah paham apa yang dimaksud dengan dinasti politik.
"Setiap kali saya blusukan warga menerima saya dengan tangan terbuka," terangnya.
Gibran mengatakan dirinya mengetahui siapa orang-orang yang meributkan masalah dinasti politik.
"Kita tahu orang-orangnya siapa dan yang diributkan itu-itu saja," ujar dia.
Terakhir, Gibran menegaskan bahwa alasan dirinya terjun ke politik karena ingin membantu banyak orang.
Ia mengatakan ketika masuk ke dunia politik, dirinya bisa membantu lebih banyak orang melalui kebijakannya.
"Kalau saya masuk ke politik yang bisa saya sentuh 500 ribu orang yang bisa saya sentuh melalui kebijakan-kebijakan saya," tandasnya. (TribunWow.com/Brigitta Winasis/Anung)