Pilkada Serentak 2020
Kata Refly Harun soal Tukang Jahit dan Ketua RW Tantang Gibran di Pilkada Solo 2020: Bumi dan Langit
Pakar Hukum Tata Negara, Refly Harun memberikan tanggapannya terkait calon penantang Gibran Rakabuming Raka di Pilkada Solo 2020.
Penulis: Elfan Fajar Nugroho
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Pakar Hukum Tata Negara, Refly Harun memberikan tanggapannya terkait calon penantang Gibran Rakabuming Raka di Pilkada Solo 2020.
Pasangan Gibran Rakabuming dan Teguh Prakosa akan ditantang oleh bakal pasangan calon (bapaslon) Bagyo Wahyono dan FX Suparjo yang menamai sebagai pasangan Bajo.
Pasangan Bajo akan maju di Pilkada Solo 2020 melalui jalur independen atau non partai.
Menariknya, keduanya berasal dari masyarakat kalangan bawah.
Bagyo merupakan seorang tukang jahit, sedangkan pasangannya Suparjo adalah menjabat sebagai ketua RW.

• Tanggapi Tudingan Dinasti Politik di Pilkada Solo 2020, Gibran: Tidak Diwajibkan Harus Memilih Saya
Dilansir TribunWow.com, Refly Harun menilai kondisi tersebut bisa diibaratkan bagiakan bumi dan langit jika dilihat dari latar belakangnya.
Dirinya mengatakan bahwa dukungan untuk Gibran tidak perlu diragukan lagi.
Selain seorang anak dari Presiden Joko Widodo (Jokowi), Gibran juga diusung oleh partai PDI Perjuangan (PDIP) yang notabene merupakan pemilik mayoritas kursi di DPRD dan juga basic dari masyarakat Kota Solo.
"Secara teoritis rasanya tidak mungkin Gibran kalah, ingat on the paper di atas kertas," ujar Refly Harun melalui kanal YouTube pribadinya.
"Karena dia anak Presiden jadi Jokowi Effect, dan juga sokongan dari PDIP. Kita tahu PDIP pemegang mayoritas kursi di Kota Solo," jelasnya.
"Jadi kalau dua kekuatan ini bersatu, saya kira memang sulit mengalahkannya."
Menurut Refly Harun, hal itu tentu akan menjadi pertaruhan besar bagi Jokowi dan juga PDIP jika Gibran justru kalah di Pilkada Solo.
"Dan juga pastinya Presiden Jokowi dan PDIP tidak mau kehilangan muka," ungkapnya.
• Achmad Purnomo Dinyatakan Positif Covid-19, Jokowi dan Gibran Langsung Jalani Tes Swab
Sementara itu terkait munculnya pasangan Bajo yang didukung oleh komunitas Tikus Pithi, Refly Harun menilai justru menjadi fenomena yang luar biasa.
Bagaimana tidak, pasangan yang bisa dikatakan merupakan kalangan bawah itu akan menantang kandidat kuat dan terpandang.
Maka dari itu, menurut Refly Harun, ada anggapan bahwa pasangan Bajo justru seperti 'mengejek' pasangan Gibran dan Teguh.
"Dengan kehadiran Tikus Pithi ini pasangan Bajo kita bisa menggarisbawahi beberapa skenario," kata Refly Harun.
"Skenario satu pasangan ini sengaja dalam tanda kutip mengejek pasangan Gibran-Prakosa karena yang dihadapi adalah anak Presiden tapi yang menghadapi cukup seorang jahit dan ketua RW saja," terangnya.
"Mudah-mudahan ketua RW itu selamat nasibnya, ketika Gibran sudah terpilih."
"Jadi jauh bumi dan langit," pungkasnya.
• PKS Jalin Komunikasi dengan Achmad Purnomo untuk Lawan Gibran Rakabuming di Pilkada Solo 2020
Simak videonya mulai menit ke- 4.54:
Soal Tudingan Dinasti Politik, Gibran: Tidak Diwajibkan Harus Memilih Saya
Bakal calon Wali Kota Solo di Pilkada serentak 2020, Gibran Rakabuming Raka akhirnya buka suara terkait banyaknya sorotan miring kepada dirinya.
Sorotan miring yang ditujukan kepada Gibran adalah berkaitan dengan adanya dinasti politik.
Seperti yang diketahui, Gibran sendiri merupakan putra sulung dari Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Dilansir TribunWow.com, Gibran mengatakan bahwa sebenarnya sudah banyak memberikan pemahaman, khususnya kepada masyarakat Kota Solo terkait apa itu dinasti politik.
Menurutnya, kondisi tersebut tetap bergantung bagaimana masyarakatnya sendiri dalam menggunakan haknya di pesta demokrasi lima tahunan tersebut.
Hal ini disampaikan dalam acaraa Webinar yang diselenggarakan oleh PDIP bertajuk 'Anak Muda Berpolitik Siapa Takut?' yang dikutip dari tayangan Youtube KompasTV, Jumat (24/7/2020).
"Saya hanya ingin menyampaikan saja masalah dinasti politik. Jadi banyak yang menanyakan masalah dinasti politik," ujar Gibran.
"Sebenarnya dalam satu tahun terakhir ini kalau di Solo ya, di kota saya itu setiap kali bertemu dengan warga itu selalu saya jelaskan apa itu dinasti politik," sambungnya.
• Dicecar ICW sampai Pengamat Politik soal Gibran Maju Pilkada Solo, Pro-Jokowi: Itu Kan Sinis
Gibran menegaskan bahwa keinginannya untuk terjun ke politik dan maju di Pilkada Solo 2020 karena merupakan keinginnya pribadi.
Terlepas dari peran atau pengaruh dari sang ayah yang saat ini menjadi orang nomor satu di Indonesia.
Oleh karenanya, dirinya menyadari bahwa Pilkada Solo 2020 akan digelar dalam koridor demokrasi.
Sehingga menurutnya tidak ada kewajiban atau keharusan bagi masyarakat yang mempunyai hak pilih untuk memilihnya di Pemilu pada 9 Desember 2020 mendatang.
"Jadi saya kan ikut kontestasi bisa menang bisa kalah, tidak harus diwajibkan memilih saya," kata Gibran.
"Bisa dipilih bisa tidak," tegasnya.
"Jadi tidak ada kewajiban mencoblos saya, ini kan kontestasi bukan penunjukkan," jelasnya.
Atas dasar itu, Gibran mengaku merasa binggung dengan tudingan tersebut.
Dirinya lantas menyinggung sikap yang ditunjukkan oleh masyarakat yang terlihat menerima dengan baik.
"Jadi kalau yang namanya dinasti politik itu dimana dinasti politiknya, saya juga bingung kalau orang bertanya seperti itu," ungkap Gibran.
"Setiap kali saya blusukan warga menerima saya dengan tangan terbuka," terangnya.
• Ungkap Beda antara Jokowi-Gibran dengan SBY-AHY, Donal Fariz Singgung Pemanggilan Purnomo ke Istana
Simak videonya mulai menit ke- 1.11.40:
(TribunWow/Elfan Fajar Nugroho)