Virus Corona
Virus Corona Diklaim Bisa Menyebar di Udara, Berikut Penjelasan dan Perbedaan Istilah dari Para Ahli
Penularan Virus Corona yang menyebar melalui udara menjadi diskusi besar para ahli.
Editor: Tiffany Marantika Dewi
Tetesan yang membawa partikel virus melalui udara bisa datang dalam berbagai ukuran.
Partikel yang lebih besar akan jatuh dengan cepat ke tanah atau permukaan lainnya.
Sedangkan yang lebih kecil (hanya berkuran beberapa mikron) dapat bertahan di udara untuk sementara waktu, memungkinkan partikel itu untuk dihirup.
"Aerosol" umumnya digunakan untuk menggambarkan partikel-partikel yang lebih kecil.
Namun demikian, Brosseau lebih suka istilah "transmisi aerosol" untuk mencakup keseluruhan keseluruhan partikel virus yang dapat dihirup yang dikeluarkan ke udara, besar maupun kecil.
Jika SARS-CoV-2 mengudara, maka ini lebih dari sekedar penyakit.
• WHO Melaporkan Rekor Peningkatan Kasus Virus Corona di Dunia dalam Waktu 24 Jam
Campak terkenal karena bisa bertahan di udara hingga dua jam.
Tuberkulosis, meskipun bakteri, dapat mengudara selama enam jam.
Brosseau menyebut bahwa superspreader Virus Corona (orang yang mengeluarkan jumlah virus yang lebih banyak daripada yang lain) menyebarkan virus dalam pola seperti TB.
Bukti bahwa jenis transmisi ini terjadi dengan SARS-CoV-2 bisa dibilang sudah ada.
Beberapa studi besar menunjukkan penularan virus melalui udara sebagai rute utama penyebaran covid-19.
Studi lain menunjukkan bahwa virus dapat tetap berada di tetesan aerosol selama berjam-jam.
Satu studi baru yang dipimpin oleh Roy dan timnya di Tulane menunjukkan bahwa partikel aerosol yang menular dari SARS-CoV-2 benar-benar dapat berlama-lama di udara hingga 16 jam.
Dia bisa mempertahankan infektivitas jauh lebih lama daripada MERS dan SARS-CoV-1 (virus corona besar lainnya).
"Kita masih belum tahu bagaimana airborne-nya SARS-CoV-2 ini. Tapi mungkin itu salah satu alasan mengapa Covid-19 menjadi pandemi, dan bukan hanya wabah kecil seperti virus corona lainnya," kata Roy.