Breaking News:

Terkini Internasional

Jelang Pemilihan Presiden AS 2020, Trump Dinilai Menaikkan Isu Rasial untuk Mencari Dukungan

Presiden Amerika Serikat Donald Trump disinyalir menggunakan isu-isu rasial untuk mengumpulkan pendukung.

Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Claudia Noventa
Tangkapan Layar YouTube The Telegraph
Presiden Amerika Donald Trump tengah memberikan pidato di depan para pendukungnya saat menggelar kampanye di Tulsa, Oklahoma, Amerika Seikat, Sabtu (20/6/2020). Trump menyebut Virus Corona sebagai "Kungflu" dan "China Virus". 

TRIBUNWOW.COM - Presiden Amerika Serikat Donald Trump disinyalir menggunakan isu-isu rasial untuk mengumpulkan pendukung.

Hal ini dilakukan untuk keperluan pemilihan presiden yang akan berlangsung di Amerika Serikat (AS) beberapa bulan mendatang.

Sejumlah pakar memperkirakan bahwa isu-isu rasial yang diangkat Trump akan semakin parah menjelang hari pemilihan yang semakin dekat.

Presiden Amerika Serikat Donald Trump, saat berpidato dalam kampanye yang diadakan di Tulsa, Oklahoma, Sabtu (20/6/2020).
Presiden Amerika Serikat Donald Trump, saat berpidato dalam kampanye yang diadakan di Tulsa, Oklahoma, Sabtu (20/6/2020). (Capture YouTube ABC News)

Ungkap Perbedaan Trump dengan 3 Mantan Presiden AS, John Bolton: Aku Tidak Merasa Presiden Mengerti

Dilansir businessinsider.com, Rabu (24/6/2020), pada tahun 2016, Trump memenangkan pemilihan umum menjadi presiden Amerika Serikat dengan mengangkat sejumlah isu rasial.

Ia diduga menggunakan pedoman supremasi kulit putih, untuk memicu ketakutan dan bias dalam upaya untuk mengumpulkan pendukung.

Trump memulai kampanyenya dengan menyebut imigran Meksiko sebagai pemerkosa, pengedar narkoba, dan penjahat.

Di antara momen rasis dan xenophobia terang-terangan lainnya di sepanjang kampanye, Trump juga menyerukan akan melarang muslim memasuki AS.

Ia juga menggambarkan para imigran sebagai teroris, yang masih terus dilakukannya selama menjabat menjadi presiden.

Menjelang pemilihan presiden tahun 2020, Trump diduga melakukan pendekatan yang hampir identik.

Hal ini ditunjukkan dalam pidatonya saat berkampanye di Tulsa, Oklahoma.

Saat itu, Trump menyebut Virus Corona sebagai Kung Flu yang merupakan bagian dari upaya rasis presiden untuk menyalahkan pandemi di China.

Diduga upaya tersebut untuk mengalihkan perhatian dari kegagalannya sendiri dalam mengatasi pandemi di AS.

Presiden telah mengabaikan rekomendasi dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit untuk menghindari retorika yang menstigmatisasi kelompok-kelompok tertentu, seperti penyebutan Covid-19 sebagai "Virus China" atau "Wabah dari China."

Klinik di Brasil Buat Terowongan Plastik untuk Pertemukan Lansia dan Keluarga saat Pandemi Covid-19

Pada bulan Januari, Februari, dan bahkan hingga Maret, presiden sempat memuji pemerintah China atas kesigapannya menangani virus yang berasal dari kota Wuhan di China tersebut.

Namun tiba-tiba, Trump berbalik menyalahkan China setelah kasus mulai menyebar dengan skala besar di AS yang menjelaskan bahwa pemerintahannya telah gagal menangani pandemi.

Polling telah berulang kali menunjukkan bahwa masyarakat Amerika sangat tidak setuju dengan penanganan virus pada masa pemerintahan Trump.

Sempat Menyebut Tak akan Ada Kursi Kosong, Kampanye Donald Trump di Tulsa Sepi Pendukung

Oleh karena itu, untuk menghindari tanggung jawab, Trump menemukan kambing hitam dan menggambarkan Virus Corona sebagai virus asing yang menyerang AS dari China.

Tuduhan Trump tersebut itu memperparah diskriminasi yang diderita oleh orang Asia-Amerika yang tinggal di AS.

Para ahli dan sejarawan telah memperingatkan bahwa perilaku Trump pada tahun 2020 telah semakin mencerminkan perilaku otoriter, dan hanya akan menjadi lebih buruk jika presiden dibiarkan tidak tertandingi.

"Apa yang kita lihat sekarang adalah pratinjau yang mengganggu tentang apa yang mungkin akan lebih buruk di bulan-bulan mendatang," kata Brian Klaas, seorang ilmuwan politik di University College London.

"Dia jelas akan menjalankan kampanye pemilihan yang dibumbui dengan kebohongan, teori konspirasi, pembedaan ras, dan bahkan hasutan kekerasan," tuturnya.

Kamis lalu, Facebook menghapus lusinan iklan yang dipasang oleh kampanye pemilihan ulang Trump yang menyertakan simbol yang pernah digunakan oleh Nazi untuk mengklasifikasikan atau mengidentifikasi tahanan politik di kamp konsentrasi.

Pada saat yang sama, Trump memuji penegakan hukum atas tindakan keras terhadap pengunjuk rasa.

Lebih banyak orang Amerika daripada sebelumnya yang mengatakan bahwa rasisme menyebar di negara mereka.

Gerakan "Black Lives Matter" sekarang menjadi arus utama, dan Trump berenang melawan arus tersebut.

Namun hal ini juga mungkin membuat Trump lebih agresif dari sebelumnya ketika ia berjuang untuk bertahan hidup secara politik.

Beberapa minggu terakhir kemungkinan hanya merupakan contoh keburukan yang akan datang ketika AS semakin dekat dengan hari pemilihan presiden.

Sebut Virus Corona sebagai Kung Flu

Presiden Amerika Serikat Donald Trump lagi-lagi mengeluarkan pernyataan yang kontroversial.

Ia menyebut Virus Corona sebagai "Kungflu" yang memiliki indikasi pelecehan terkait rasisme terhadap China.

Selain itu, ia mengklaim telah menyelamatkan ratusan ribu nyawa penduduk Amerika dari pandemi tersebut.

Trump juga menyebutkan akan mengurangi volume uji tes deteksi Virus Corona untuk mengurangi penambahan jumlah virus.

Hal itu diungkapkannya dalam pidato yang dilakukan saat menggelar kampanye pemilihan presiden di Tulsa, Oklahoma, Amerika Serikat, Sabtu (20/6/2020).

Tuduhan Pelecehan Seksual Palsu Trending di Twitter, Ini Deretan Artis Terkenal yang Jadi Sasaran

Dilansir akun YouTube The Telegraph, Minggu (21/6/2020), Trump yang saat itu berpidato di depan pendukungnya, berkali-kali membahas mengenai Virus Corona.

Ia menyinggung adanya laporan dan pemberitaan yang gencar mengenai Covid-19.

"Penyakit ini memiliki nama lebih banyak daripada penyekit apa pun yang pernah ada dalam sejarah," kata Trump.

"Aku bisa menyebut Kung Flu. Aku bisa memberi 19 nama berbeda. Banyak yang sebut itu virus dan flu. Apa bedanya. Sepertinya kita punya 19 atau 20 versi nama," imbuhnya.

Trump juga mengatakan bahwa penyebutan Covid-19 sebagai penyakit yang disebabkan oleh Virus Corona tidak sesuai.

"Tapi kamu tidak mendengar mereka berbicara tentang Covid-19. Nama tersebut semakin menjauhi asalnya dari China yang seharusnya disebut Virus China," ujar Trump.

Selain itu, Trump juga sempat menyebutkan bahwa ia berjasa menyelamatkan ratusan ribu nyawa di Amerika nambun tidak pernah disinggung atau dihargai.

"Dan disamping fakta bahwa aku telah melakukan pekerjaan fenomenal terkait hal tersebut, aku menutup Amerika Serikat terhadap penyebaran yang lebih berat," papar Trump.

"Aku telah menyelamatkan ratusan ribu kehidupan dan bahkan tak pernah disebutkan," ungkapnya.

Dalam kampanye tersebut, Trump secara terang-terangan meminta agar uji tes Virus Corona diperlambat dan dikurangi.

Ia beralasan dengan semakin banyak pengujian akan semakin banyak jumlah pasien positif.

"Saat kamu melakukan tes hingga jumlah tertentu, kamu akan menemukan lebih banyak orang (dinyatakan positif), kamu akan menemukan lebih banyak kasus. Oleh sebab itu aku meminta orang-orangku untuk memperlambat uji tes tersebut," ucap Trump.

Trump berpidato dalam gelaran kampanye tersebut selama 30 menit dan kemudian turun dari panggung didampingi stafnya.

Meski sempat membahas mengenai Virus Corona, namun Trump sama sekali tidak membahas mengenai protes anti-rasisme yang tengah berlangsung di Amerika.

Lihat tayangan selengkapnya dari menit pertama:

(TribunWow.com)

Tags:
Amerika SerikatDonald TrumpPresiden
Rekomendasi untuk Anda
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved