Terkini Daerah
Pengakuan Mahasiswa Pembunuh Terapis Pijat Online, Tak Tega Bakar Jenazah: Saya Langsung Matiin
YF (18), pelaku pembunuhan seorang terapis pijat online Monik (33), mengaku sempat tidak tega saat akan membakar jenazah korban.
Penulis: Brigitta Winasis
Editor: Ananda Putri Octaviani
TRIBUNWOW.COM - YF (18), pelaku pembunuhan seorang terapis pijat online Monik (33), mengaku sempat tidak tega saat akan membakar jenazah korban.
Dilansir TribunWow.com, hal itu ia sampaikan dalam konferensi pers yang ditayangkan kanal YouTube Tribun Jatim Official, Rabu (17/6/2020).
Kejadian bermula saat warga Kecamatan Lakarsanstri, Kota Surabaya geger dengan ditemukannya mayat perempuan dalam kardus lemari es di sebuah rumah di Jalan Lidah Kulon 2B.

• Pengakuan Mahasiswa yang Bunuh Terapis Pijat di Surabaya, Bayar Rp 900 Ribu Pakai Uang Kuliah
Diketahui kemudian YF yang berstatus sebagai mahasiswa menyewa Monik dengan tarif Rp 900 ribu untuk layanan pijat selama 90 menit.
Monik juga menawarkan layanan pijat plus-plus dengan tarif tambahan Rp 300 ribu.
YF menerima tawaran tersebut meskipun kemudian enggan membayarkan uang tambahan.
Ia mengaku tidak menyetubuhi Monik.
Adu mulut kemudian terjadi sengit di antara keduanya saat Monik berusaha menagih tarif tambahan tersebut.
YF panik dan berusaha membungkam mulut korban.
"Saya bingung, karena dia teriak-teriak. Katanya takut digrebek," kata YF.
"Saya bekap malah dia teriak-teriaknya lebih keras," lanjutnya.
YF lalu mengambil pisau lipat dan menusuk leher perempuan tersebut sekitar pukul 23.00 WIB.
Melihat Monik tewas, YF sempat terpikir untuk membakar jenazah korban.
Ia sempat membakar kaki korban dengan menggunakan kompor kecil.
Namun rencana itu diurungkan karena YF merasa tidak tega.
"Saya rencana untuk bakar, tapi saya enggak bisa," ungkap YF.
"Saya enggak tega. Cuma segitu aja, saya langsung matiin," lanjutnya.
• Fakta Pembunuhan Terapis Pijat oleh Mahasiswa, Pacar Korban Menangis sampai Bersimpuh di Kaki Ibu
Ia mengaku pembakaran itu dilakukan dengan kompor portable.
YF menyebutkan korban sudah dalam kondisi tewas ketika kakinya dibakar.
Ia mengakui menusuk leher korban sampai empat kali.
"Saya tusuk sampai empat kali," kata YF.
Dikutip dari Kompas.com, fakta tersebut dikonfirmasi Wakapolrestabes Surabaya AKBP Hartoyo.
Ia menyebutkan pelaku khawatir api akan membakar rumahnya.
"Rencananya akan dibakar sampai berabu, tapi karena takut apinya membakar rumah, tersangka kemudian mematikan kompor yang digunakan membakar korban," kata Hartoyo.
Korban ditemukan dengan kondisi luka bakar pada kaki sebelah kanan.
Setelah melakukan pembunuhan sadis itu, YF melarikan diri ke rumah bibinya di Ngoro, Mojokerto.
"Keluarga tersangka juga kooperatif sehingga kami dapat mengungkap kasus ini lebih cepat," papar Hartoyo.
• Terapis Pijat di Surabaya Dibunuh Mahasiswa, Pacar Korban Tak Menyangka hingga Sempat Menangis Lama
Lihat videonya mulai menit 3:20
Sosok Korban di Mata Keluarga
Di mata keluarganya, MO alias OW (33), wanita korban pembunuhan yang ditemukan dalam kardus dikenal sebagai sosok yang pendiam.
Ia juga diketahui sebagai orang yang perhatian dan sayang kepada keluarga yang terdiri dari ibu dan adiknya.
Namun, menurut penuturan Mendi (27) adik korban, MO adalah seorang wanita yang tertutup dan mandiri.
Mendi bahkan tidak mengetahui profesi dan tempat tinggal kakaknya yang berada di Surabaya, Jawa Timur.
• Kekasih Ditemukan Tewas dalam Kardus, Pria di Surabaya Menangis Bersimpuh di Kaki Ibu sang Gadis
Dilansir Surya.co.id, Rabu (17/6/2020), isak tangis memenuhi rumah duka di kawasan Jalan Ciliwung, Wonokromo, Surabaya.
Keluarga dan kerabat MO berkumpul dan meratapi kepergian gadis tersebut.
Mereka tak menyangka MO akan ditemukan meninggal dengan cara yang mengenaskan.
Mendi, adik korban, bahkan tak kuasa menahan tangisnya ketika ditanyai perihal sang kakak yang menjadi korban pembunuhan.
Ia menuturkan sambil terisak dan terus mengusap matanya bahwa sang kakak selama ini hidup terpisah dengan keluarga.
Mendi tinggal bersama sang ibu yang sudah tua, sementara MO bekerja di Surabaya untuk membantu perekonomian mereka.
Ia tidak mengetahui dimana kakaknya tersebut tinggal selama di Surabaya, ia juga tidak mengetahui bahwa kakaknya beprofesi sebagai terapis.
"Enggak tahu kosnya di mana. Masih di kawasan Surabaya," ujar Mendi, Rabu (17/6/2020) sore.

Mendi menyebutkan bahwa MO merupakan pribadi yang tertutup, ia jarang menceritakan keluh kesahnya dan cenderung pendiam.
Namun, Mendi mengungkapkan bahwa sang kakak adalah sosok yang perhatian dan selalu peduli pada ibu dan adik-adiknya.
"Tapi kalau mau interaksi ya main ke rumah sini aja, terus lewat telepon aja. Orangnya emang tertutup, enggak suka cerita-cerita, orangnya suka mandiri," imbuhnya.
Mendi dan keluarga mengaku tidak tahu secara pasti apa pekerjaan sang kakak di Surabaya, namun mereka tidak pernah mempermasalahkan hal tersebut selama ini.
"Enggak tahu aku," kata Mendi.
Ia kemudian menuturkan bertemu dengan sang kakak pada pekan lalu, saat MO menjeguk ibunya, Suhartiningsih (53) yang sedang sakit.
MO juga sempat menitipkan uang untuk ibunya tersebut dan tinggal sementara waktu untuk melepas kangen.
"Kalau saya terakhir ketemu kakak, Kamis (11/6/2020), saat dia pesan makanan, gak ada yang aneh. Kalau ketemu saya hari kamis, Cash on Delivery (COD) makanan beku di HR Muhammad," tuturnya. (TribunWow.com/Brigitta Winasis/Noviana)