Breaking News:

Virus Corona

Sebut Mampu Turunkan Risiko Kematian Pasien Corona, Erlina Burhan Ungkap Efek Samping Dexamethasone

Erlina Burhan memberikan tanggapan terkait adanya hasil penelitian baru terkait obat Dexamethasone yang diklaim turunkan risiko kematian pasien Covid.

Penulis: Elfan Fajar Nugroho
Editor: Ananda Putri Octaviani
Youtube/tvOneNews
Dokter Spesialis Paru, Erlina Burhan memberikan tanggapan terkait hasil penelitian baru terkait obat Dexamethasone yang diklaim mampu meberikan efek positif terhadap pasien kasus Corona. 

TRIBUNWOW - Dokter Spesialis Paru, Erlina Burhan memberikan tanggapan terkait hasil penelitian baru terkait obat Dexamethasone yang diklaim mampu meberikan efek positif terhadap pasien kasus Corona.

Dilansir TribunWow.com, Erlina Burhan memberikan apresiasi atas penelitian yang dilakukan oleh negara Inggris.

Hal ini disampaikannya dalam acara Kabar Khusus tvOne, Rabu (17/6/2020).

Dalam gambar yang diambil pada 29 April 2020, seorang ilmuwan menunjukkan vaksin eksperimental untuk virus corona COVID-19 yang diuji di Laboratorium Kontrol Kualitas di fasilitas Biotek Sinovac di Beijing. Sinovac Biotech, yang melakukan salah satu dari empat uji klinis yang telah disetujui di China, telah mengklaim kemajuan besar dalam penelitiannya dan hasil yang menjanjikan di antara monyet.
Dalam gambar yang diambil pada 29 April 2020, seorang ilmuwan menunjukkan vaksin eksperimental untuk virus corona COVID-19 yang diuji di Laboratorium Kontrol Kualitas di fasilitas Biotek Sinovac di Beijing. Sinovac Biotech, yang melakukan salah satu dari empat uji klinis yang telah disetujui di China, telah mengklaim kemajuan besar dalam penelitiannya dan hasil yang menjanjikan di antara monyet. (NICOLAS ASFOURI / AFP)

 

Penjelasan Dokter soal Berapa Lama Kekebalan Tubuh Dapat Bertahan dari Virus Corona: Butuh Booster

Erlina Burhan mengatakan cara kerja dari obat Dexamethasone adalah untuk anti inflamasi atau peradangan.

Dirinya mengungkapkan bahwa pasien yang terpapar Covid-19 mengalami permasalahan utama yakni mengalami peradangan hebat.

Terlebih jika pasien tersebut mendapati gejala yang sudah cukup parah dan harus mendapatkan pertolongan medis. 

"Ini cara kerjanya adalah anti inflamasi, anti peradangan dan kita tahu bahwa Covid-19 terjadi peradangan yang sangat hebat," ujar Erlina Burhan.

"Apalagi kalau pasien-pasien yang diteliti itu yang kritis yang dalam ventilator," sambungnya.

Sementara itu terkait kabar Dexamethasone mampu mengurangi risiko kematian sebanyak sepertiga persen dari risiko umumnya, tentu menjadi kabar yang menggembirakan.

Menurutnya, kabar tersebut tidak hanya akan disambut baik oleh tenaga media, melainkan juga semua masyarakat di dunia.

Orangtua Meninggal hingga Anak-Istri Ikut Terinfeksi, Ini Pesan dr DDY sebelum Wafat karena Corona

"Faktanya dari penelitian itu mendapatkan sepertiga dari pasien itu tertolong artinya bisa mengurangi angka kematian sepertiga dari biasanya," ungkapnya.

"Jadi ini memang suatu hasil yang menjanjikan, tapi kita baca selengkapnya. "

Meski begitu, Erlina Burhan mengaku menyadari bahwa Dexamethasone mempunyai efek samping yang cukup berbaya.

Dirinya mengungkapkan efek samping dari obat tersebut adalah bisa menyebabkan pendarahan lambung.

Maka dari itu, dikatakanya bahwa Dexamethasone harus diberikan dengan dosis yang rendah.

Selain itu, efek samping lainnya adalah bahwa Dexamethasone tidak bisa diberikan kepada pasien dalam waktu yang cukup lama.

Menurutnya, hal itu justru akan berdampak pada penurunan daya imun tubuh

"Kalau dexamethasone anti radang atau istilahnya anti inflamasi dan kenapa diberikan dalam dosis rendah karena kalau diberikan dengan dosis tinggi ini ada efek sampingnya,"

"Bisa terjadi pendarahan lambung, dan kalau diberikan dalam waktu lama juga bisa bahkan menurunkan sistem imun,"

"Jadi memang dianjurkan pemberiannya dalam dosis rendah saja," pungkasnya.

Erlina Burhan Sebut Tak Masuk Akal jika Ada Tudingan Organ Jenazah Covid-19 Diperjualbelikan

Simak videonya mulai menit ke- 3.30

Penjelasan Dokter soal Berapa Lama Kekebalan Tubuh Dapat Bertahan dari Virus Corona

Dokter Spesialis Paru, Dokter Jaka Pradipta memberikan penjelasannya soal berapa lama kekebalan tubuh dapat bertahan dari Virus Corona.

Dilansir TribunWow.com, hal itu Jaka Pradipta sampaikan saat menjadi narasumber dalam program Sapa Indonesia Pagi KompasTV, Rabu (17/6/2020).

Mulanya, pembawa acara membacakan pertanyaan dari warganet soal Covid-19.

Ilustrasi virus corona
Ilustrasi virus corona (IRNA)

 Apakah Covid-19 Bisa Menular Lewat Embusan Napas Seseorang? Ini Penjelasan Dokter Adib Khumaidi

"Dokter apakah Virus Corona bermutasi? Dan berapa lama sistem kekebalan tubuh bertahan terhadap virus ini," kata pembawa acara.

Menanggapi hal itu, Jaka Pradipta membenarkan bahwa Virus Corona memang bermutasi.

Bahkan, kata dia, dari beberapa penelitian yang dilakukan ditemukanada beberapa jenis Virus Corona.

Jaka Pradipta mengatakan masih diperlukan penelitian lebih lanjut terkait Virus Corona.

"Jadi memang Virus Corona saat ini yang ditemukan memang bermutasi, banyak penelitian-penelitian yang memulai mencoba mengenali virus ini ternyata ada beberapa jenis," terang Jaka Pradipta.

 300 Warga Bawa Sajam untuk Ambil Paksa Jenazah Covid-19, Baju Hazmat Petugas Turut Dilucuti

"Dan di negara kita akan berbeda dengan negara-negara seperti di Eropa atau Amerika."

"Makanya dengan penelitian yang harus kita lakukan saat ini yang bersifat lokal tentu saja nanti outputnya juga harus lokal, maksudnya apakah terapi ini juga harus kita sesuaikan dan penanganannya juga akan berbeda."

"Ini adalah virus baru, jadi kita harus mencari tahu dan meneliti secara terus menerus," sambung dia.

Soal lama daya tahan tubuh menghadapi Virus Corona, Jaka Pradipta mengatakan hingga beberapa bulan dan tahun.

Menurutnya, tubuh memerlukan waktu dalam mengenali virus yang masuk.

 Apakah Cuaca Berpengaruh terhadap Penyebaran Covid-19 di Indonesia? Ini Hasil Temuan BMKG

Meski demikian, dirinya belum dapat memastikan karena belum ada penelitian lebih lanjut terkait hal tersebut.

"Mengenai daya tahan tubuh, memang untuk virus ketika tubuh kita sudah mengenali virus ini akan terbentuk antibodi," kata Jaka Pradipta.

"Memang dalam waktu beberapa bulan hingga tahun dia akan menurun daya tahan tubuh kita untuk mengenali virusnya, sehingga memang butuh booster biasanya, untuk menambah kemampuan kita untuk mengenali virusnya."

"Namun, saat ini data belum bisa menunjukkan berapa lama, berapa kuatkah daya tahan tubuh kita untuk terus menjaga tubuh kita, karena virus terus bermutasi, sehingga penelitian terus berjalan," tandas dia.

Simak videonya mulai dari menit awal:

(TribunWow/Elfan Nugroho/Vintoko) 

Tags:
CoronaCovid-19Erlina Burhan
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved