Virus Corona
Prediksi Corona di Indonesia Berakhir September, Ilmuwan UK Petra: Awalnya Project Mata Kuliah
Ilmuwan Statistik UK Petra Indriati Njoto Bisono menjelaskan penelitian yang mengkaji berakhirnya pandemi Virus Corona (Covid-19) di Indonesia.
Penulis: Brigitta Winasis
Editor: Ananda Putri Octaviani
TRIBUNWOW.COM - Ilmuwan Statistik Universitas Kristen Petra (UK Petra) Indriati Njoto Bisono menjelaskan penelitian yang mengkaji berakhirnya pandemi Virus Corona (Covid-19) di Indonesia.
Dilansir TribunWow.com, hal itu ia sampaikan saat dihubungi dalam acara Apa Kabar Indonesia Pagi di TvOne, Sabtu (13/6/2020).
Sebelumnya muncul prediksi dari ilmuwan Program Business Engineering UK Petra Surabaya yang menyebutkan pandemi akan berakhir pada September 2020.

• Pakar Epidemiologi: Prediksi Epidemiologi untuk Indonesia Bisa Ada 3 Gelombang, Kalau Tak Hati-hati
Prediksi tersebut dilakukan berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan dan situasi pandemi seluruh dunia.
Indriati sebagai peneliti menjelaskan prediksi yang dibuat bersama rekannya tersebut.
"Kami melakukan penelitian ini sejak sebulan yang lalu," ungkap Indriati Njoto Bisono.
Ia menyebutkan awalnya penelitian tersebut merupakan proyek mata kuliah yang kemudian dikaji lebih lanjut.
"Pertamanya ini memang sebagai project untuk salah satu mata kuliah, tapi setelah itu kami merasa project ini bisa diseriusin," papar Indri.
"Jadi kami berdua sebagai dosen terlibat secara serius. Kami juga ingin memberikan sedikit pencerahan kepada masyarakat," lanjutnya.
Indriati menyadari hasil penelitiannya dapat menuai sorotan publik.
Seperti diketahui, kurva pertumbuhan kasus baru di Indonesia masih terus menanjak.
"Tapi memang benar bahwa membuat sebuah statement tentu saja membuat konsekuensi yang besar," kata Indriati.
Ilmuwan tersebut mengaku juga sempat khawatir akan menerima hujatan.
Indriati kemudian menjelaskan konsep penelitian yang dilakukan bersama rekan dosennya itu.
• Viral Sejumlah Pasien Corona Ngamuk hingga Bakar Tenda Perawatan, Gugus Tugas Dikira Main Belakang
Ia menyebutkan penelitiannya masih berupa prediksi dan hasilnya dapat berubah seiring data yang masuk.
"Yang kami lakukan adalah yang disebut predictive-monitoring. Artinya prediksinya akan berubah setiap saat kalau data baru masuk," jelasnya.
"Jadi setiap kali data itu akan bertambah terus. Data yang bertambah itu akan mengubah parameter dari prediksi kami," papar Indri.
Meskipun masih berupa prediksi, Indriati menyebutkan penelitiannya dapat berguna untuk publik.
"Namun seluruh Indonesia pasti bertanya, apa gunanya predictive-monitoring seperti itu kalau harus memprediksi?" tuturnya.
"Dengan monitoring pun kita punya lead, kapan ini akan berakhir," jelas Indri.
Berdasarkan data yang masuk selama sebulan terakhir, Indri menilai prediksi yang dibuat dalam kajiannya mulai menunjukkan hasil yang stabil.
"Saya sudah melihat data ini setiap hari dari sebulan yang lalu. Saya bisa merasakan bahwa, meskipun ini predictive-monitoring, ada data yang masuk saja bisa mengubah prediksinya," kata Indri.
"Kemudian kalau data itu sudah lebih stabil, maka prediksinya itu tidak akan berubah lebih jauh," jelasnya.
• UPDATE Virus Corona di Indonesia Minggu 14 Juni 2020: Tambah 857, Jumlah Kasus Positif Capai 38.277
Lihat videonya mulai dari awal:
Pakar Prediksi Ada Gelombang Ketiga
Pakar Epidemiologi FK Universitas Padjajaran, dr Bonny W Lestari menyebutkan prediksi penyebaran pandemi Covid-19 di Indonesia.
Ia mengatakan adanya potensi 3 jenis gelombang penularan virus yang mungkin terjadi di Indonesia.
Bonny juga menuturkan perlunya kehati-hatian agar tidak muncul gelombang kedua saat gelombang pertama bahkan belum selesai.
• New Normal Bukan Berarti Herd Immunity, Pakar Kesehatan: Pandemi Ini Sepanjang Tahun akan Ada
Dilansir tayangan Dua Arah KompasTV, Senin (8/6/2020), Bonny mengungkapkan, bahawa secara epidemiologi, para pakar telah memprediksi kondisi pandemi di Indonesia.
Ia mengatakan adanya 3 jenis gelombang yang diprediksikan dapat terjadi pada masa depan.
"Prediksi Epidemiologi untuk Indonesia ini bisa ada tiga gelombang. Ini maksudnya ada 3 prediksilah ke depan," ujar Bonny.
Terkait prediksi tersebut, Bonny menjelaskan adanya kemungkinan gelombang penularan yang akan melonjak kemudian langsung menurun dan terkendali.
Selain itu, gelombang penularan Covid-19 tersebut juga bisa menanjak, kemudian menurun dan meningkat kembali.
Terakhir, Bonny menjelaskan kemungkinan gelombang tersebut melandai, yang berarti virus tersebut akan selalu ada di masyarakat.
"Yang pertama kita akan mencapai puncak kemudian turun, bentuknya seperti lonceng, kita bisa sampai titik terendah, kita bisa bilang terkontrol," tutur Bonny.
"Tapi bisa juga dia (kurva epidemiologi) naik, turun, tapi kemudian dia naik lagi, atau kemudian dia naik, turun, tapi dia kemudian melandai, jadi ada terus," lanjutnya.
• Risma Sebut Masa Transisi seusai PSBB Malah Lebih Berat: Ini Amanah bagi Warga Surabaya
Bonny memperingatkan bahwa pemerintah harus berhati-hati saat memutuskan kapan akan membuka kembali pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di lokasi episentrum Covid-19.
Ia mengemukakakan kemungkinan adanya penyebaran Virus Corona gelombang kedua, bila pembatasan dibuka di saat yang kurang tepat.
"Nah ini ada 3 yang bisa terjadi di masa depan, kalau kita tidak menyikapi dengan hati-hati kapan kita harus membuka, artinya kan ini PSBB dijalankan, kalau kita tidak hati-hati kapan buka tutupnya, bisa jadi kita punya yang gelombang kedua, karena urusan di gelombang pertama belum selesai," ungkap Bonny.
Saat ditanya mengenai kondisi pandemi Covid-19 di Indonesia saat ini, Bonny menuturkan bahwa penularan sedang menurun.
Namun penurunan tersebut masih sangat dekat dengan puncak kurva dan masih ada potensi kenaikan kembali.
"Kalau saya melihat ini sekarang sedang menurun, tapi belum optimal, turunnya seperti masih agak puncak, baru turun sedikit," jelas Bonny.
"Dan belum konsisten," pungkasnya. (TribunWow.com/Brigitta Winasis/Noviana)