Virus Corona
Ahli Epidemiologi Ungkap Faktor Penyebab Lonjakan Kasus Corona di Indonesia, Soroti Penerapan PSBB
Ahli Epidemiologi angkat bicara soal kenaikan kasus corona di Indonesia. Dirinya menilai penerapan PSBB tidak maksimal.
Editor: Tiffany Marantika Dewi
TRIBUNWOW.COM - Ketua Umum Perhimpunan Ahli Epidemiologi, DR Dr Hariadi Wibisono memberikan pandangannya terkait kenaikan kasus Virus Corona di Indonesia.
Berdasarkan laporan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 dalam dua hari terakhir, lonjakan kasus terkonfirmasi positif tembus angka 1.000 kasus.
Penambahan kasus sebanyak 1.042 terjadi pada 9 Juni 2020 dan pada 10 Juni ada 1.241 kasus baru.
• Viral Video Pasien Covid-19 Keluhkan Fasilitas Karantina, Makan Mi Mentah hingga Kekurangan Air
Hariadi menilai, satu faktor penyebab kenaikan kasus ini bisa jadi disebabkan belum terwujudnya pelaksanaan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) secara maksimal.
Ia mengatakan jika kebijakan tersebut tidak dioptimalisasi, maka angka kenaikan kasus tidak dapat terhindarkan.
"Saya kembali mencoba merumuskan apa prinsip dari PSBB, yaitu prinsip menjauhkan dari kerumuman."
"Selama (PSBB) tidak terwujud dengan sempurna, artinya orang masih kontak satu sama lain, pasar masih ramai."
"Maka transmisi masih terjadi angka kenaikan kasus jadi satu konsekuensinya, angka berapa? Tergantung berapa intens penularan itu terjadi," urainya dikutip dari channel YouTube tvOne, Kamis (11/6/2020).
• 5 Mitos Terbaru terkait Virus Corona, dari Diet Keto untuk Sembuhkan Covid-19 hingga Obat Herbal
Hariadi menjelaskan, penerapan PSBB selama ini belum terwujud seperti yang diharapkan, apalagi ditambah adanya langkah pelonggaran.
"Selama PSBB belum berhasil dan optimal dilaksanakan. Pelonggaran itu akan meningkatkan transmisi."
"Kita lihat pada waktu PSBB saja lalu lintas masih ramai," bebernya.
Hariadi dalam kesempatan tersebut juga menyoroti angka kenaikan kasus terkonfirmasi positif corona juga dapat berasal dari masyarakat salah mengartikan makna new normal itu sendiri.
"Pemahaman masyarakat umum terhadap new normal masih dianggap normal, padahal sama sekali tidak demikian."
"Normal kondisinya berbeda dengan new normal," ucapnya.
• Angka Penambahan Kasus Covid-19 Melonjak Drastis, Achmad Yurianto Sebut Diakibatkan Tracing Agresif
Hariadi melanjutkan, dalam kondisi normal masyarakat boleh keluar rumah tanpa mengindahkan protokol kesehatan.
Mulai dari tidak cuci tangan, tidak menggunakan masker atupun tidak perlu menerapkan prinsip social distancing dan physical distancing.
"Waktu normal Anda boleh kerluar tanpa masker, tidak cuci tangan, Anda masuk kerumunan tidak apa-apa."
"Tapi di new normal itu menjadi syarat, tidak boleh masuk ke kerumunan, gunakan masker, dan cuci tangan."
"Kalau itu tidak terpenuhi, new normal merupakan penyebab penularan yang semakin tinggi," imbuhnya.
Terkait angka penularan, Hariadi juga memberikan pandangannya.
Ia mengatakan selama penularan masih terjadi, maka permasalahan Covid-19 di Indonesia itu belum selesai.
"Bisa satu orang ke satu orang, satu orang ke dua orang, satu orang ke tiga orang."
"Selama masih satu orang menularkan ke orang lain, berarti masalah belum selesai," tandasnya. (*)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Ahli Epidemiologi Sebut Penerapan PSBB yang Tak Maksimal Dalang Lonjakan Kasus Corona di Indonesia