Virus Corona
Kritik yang Kurang dari Istilah New Normal, Pandu Riono Sebut Membingungkan: Kata 'New' Gak Didengar
Pakar Epidemiologi Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono mengkritik penggunaan istilah new normal.
Penulis: Brigitta Winasis
Editor: Maria Novena Cahyaning Tyas
TRIBUNWOW.COM - Pakar Epidemiologi Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono mengkritik penggunaan istilah new normal.
Seperti diketahui, new normal disebut sebagai cara hidup baru setelah mengenal Virus Corona (Covid-19).
Pandu menilai sosialisasi ke masyarakat terhadap pengertian new normal masih kurang.

• Sebut Lonjakan Corona di Jakarta karena Efek Ramadan, Pandu Riono: Tak Bisa Dihubungkan Pelonggaran
Dilansir TribunWow.com, hal itu ia sampaikan saat dihubungi dalam tayangan Mata Najwa di kanal YouTube Najwa Shihab, Rabu (10/6/2020).
Awalnya, presenter Najwa Shihab meminta tanggapan Pandu Riono tentang masyarakat yang masih bingung dengan aturan dalam new normal.
"Dalam penilaian Anda, apakah publik kita masih ragu, masih perlu lebih banyak lagi info bagaimana mereka bisa beraktivitas di masa-masa sulit ini?" tanya Najwa Shihab.
Pandu Riono mulanya menjelaskan banyak orang yang masih belum memahami bahaya terpapar Virus Corona.
Menurut dia, faktor pendidikan dan latar belakang masyarakat yang berbeda membuat informasi tentang Virus Corona kurang dapat tersampaikan.
"Dari beberapa survei ternyata memang persepsi risiko masyarakat itu masih rendah," jawab Pandu Riono.
"Jadi masih bervariasi dari beberapa tingkat pendidikan. Di beberapa wilayah menunjukkan bahwa kita harus lebih intensif mengedukasi masyarakat," jelasnya.
Ia menyebutkan sosialisasi new normal harus lebih digencarkan lagi.
Pandu bahkan menyarankan agar istilah tersebut diganti dengan yang lebih mudah.
"Harus masif dan harus menggunakan bahasa yang mudah dipahami masyarakat," papar Pandu.
• Dari Lockdown hingga New Normal, Effendi Gazali Ucap Kebingungan di ILC: Senyum Aja, PSBB Menderita
Menurut Pandu, penggunaan kata 'normal' membuat masyarakat mengira kondisi sudah kembali seperti semula.
Padahal dalam penerapan new normal cara hidup akan menjadi berbeda.
"Pengertian new normal saja mereka bingung. 'Oh, sudah normal, ya?'," ungkap pakar Epidemiologi ini.
"Jadi kata new-nya itu enggak didengar. Dia beranggapan sudah normal," jelasnya.
Oleh karena sikap abai tersebut, banyak orang yang jadi enggan memakai masker.
"Jadi mereka tidak peduli lagi mau pakai masker," terang Pandu.
Pandu menilai penggunaan istilah sangat penting agar informasinya sampai ke masyarakat.
"Beberapa masyarakat masih persepsinya salah. Karena itulah kita memilih istilah-istilah yang sesuai dengan pendapat masyarakat itu mudah," kata Pandu.
Ia menyebutkan hal ini sudah didiskusikan dengan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
"Misalnya waktu itu kita bicara dengan Pak Anies, kita menggunakan istilah aman, sehat, produktif," jelasnya.
"Masyarakat itu harus diberi pengertian, apa yang disebut aman? Aman itu adalah mengurangi risiko," kata Pandu Riono.
Tidak hanya itu, protokol kesehatan yang sederhana seperti memakai masker saja perlu disosialisasikan terus-menerus.
"Nah, menggunakan masker saja yang sederhana itu harus diingatkan terus," tambahnya.
• Minta Tak Pakai Istilah New Normal, Pandu Riono Nilai Jadi Rancu: Seperti Naik Motor Pakai Helm
Lihat videonya mulai menit 1:30
Minta Tak Pakai Istilah New Normal
Pakar Epidemiologi Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono meminta pemerintah berhati-hati menggunakan istilah new normal.
Menurut Pandu, istilah tersebut dapat ditangkap rancu oleh masyarakat.
Seperti diketahui, new normal disebut sebagai cara hidup baru setelah mengenal pandemi Virus Corona (Covid-19).
• Bahas Aktivitas Masjid di New Normal, Moeldoko: Tak Pernah Ada Paradoks antara Mal dan Tempat Ibadah
Dilansir TribunWow.com, Pandu Riono membahas hal ini dalam tayangan Indonesia Lawyers Club (ILC) di TvOne, Selasa (9/6/2020).
Awalnya, ia menyoroti peran perilaku masyarakat dalam membantu menekan pertumbuhan kasus Covid-19 baru.
"Kalau setiap orang menggunakan masker, bisa sampai sepersepuluhnya terhadap risiko penularan," kata Pandu Riono.
Tidak hanya tentang menggunakan masker, Pandu juga menekankan pentingnya mencuci tangan dan jaga jarak.
"Kemudian kalau ditambah dengan physical distancing, ditambah dengan mencuci tangan," paparnya.
"Tangan kita ini adalah faktor terbesar dari banyak penyakit, termasuk virus," tambah Pandu.
Pandu menyebutkan protokol tersebut bertujuan menekan risiko terendah penularan virus.
Apabila protokol itu sudah diterapkan sungguh-sungguh, maka masyarakat mulai dapat kembali menjalani hidup seperti biasa.
"Kalau kita mempunyai perilaku yang aman, maka kita menjadi kebiasaan, itu kita bisa kembali dalam kehidupan sehari-hari," jelas Pandu.
"Tentunya dengan masalah-masalah yang harus kita terapkan dan menjadi terbiasa," lanjutnya.
Ia kemudian membahas isu new normal yang santer dibicarakan saat pandemi Virus Corona.
"Menurut saya kita memasuki norma baru," ungkap pakar Epidemiologi ini.
• Kritik New Normal Terlalu Cepat, Pengamat Trubus Sebut PSBB Jadi Rancu: Tidak Bisa Ujug-ujug
Meskipun telah banyak dibicarakan, Pandu Riono menyebutkan sebaiknya tidak menggunakan istilah new normal.
"Ini bukan mengistilahkan, tapi janganlah menggunakan norma normal baru," kata Pandu.
"Seakan-akan normal lama. Jadi suatu perilaku, lah," jelasnya.
Ia memberi contoh kebiasaan memakai helm pada pengendara motor.
Menurut Pandu, pengendara motor kini sudah lazim memakai helm karena pelan-pelan sudah dibiasakan dari dulu.
"Seperti dulu kalau kita naik motor tidak menggunakan helm, orang kini harus pakai helm. Atau pakai seatbelt," paparnya.
"Bahkan kalau kita naik pesawat terbang pun selalu diingatkan bagaimana cara pakai seatbelt," lanjut Pandu.
Penggunaan helm atau sabuk pengaman tersebut bertujuan menjaga pengendara tetap aman.
Berangkat dari contoh itu, Pandu Riono menyamakan dengan memakai masker atau mencuci tangan sebagai langkah preventif dalam masa pandemi.
"Itu adalah perilaku-perilaku yang untuk menjaga kita mengurangi risiko-risiko kalau terjadi bahaya," kata Pandu.
"Kita ini dalam keadaan bahaya. Tidak ada yang aman," tambahnya. (TribunWow.com/Brigitta Winasis)