Virus Corona
Surabaya Tak Lagi PSBB, Risma Beberkan Cara Tangani Kasus Corona: Saya Tak Perhatikan Zona
Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini membeberkan cara untuk menanganani penyebaran Virus Corona di daerahnya.
Penulis: Elfan Fajar Nugroho
Editor: Rekarinta Vintoko
TRIBUNWOW.COM - Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini membeberkan cara untuk menangani penyebaran Virus Corona di daerahnya.
Seperti yang diketahui, Surabaya sudah tidak lagi menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Padahal di satu kasus Corona di Surabaya masih sangat tinggi dan masuk dalam zona merah pekat.
Bahkan sebagian besar kasus Corona di Jawa Timur berada di Surabaya.

• Bayangkan Diri Jadi Warga Tak Mampu yang Terima Bantuan 10 Kg Beras, Risma: Bisakah Kira-kira Hidup?
Dilansir TribunWow.com, Risma mengaku dalam penanganan Covid-19 di Surabaya tidak memperhatikan status zona.
Hal ini disampaikan Risam dalam acara Indonesia Lawyers Club (ILC), Selasa (9/6/2020).
"Terus terang saya tidak memerhatikan zona itu merah, biru, kuning, atau putih," ujar Risma.
Menurutnya, ada yang lebih penting daripada sekadar status zona daerahnya.
Risma menegaskan bahwa fokusnya dalam menangani kasus Corona adalah pada kondisi langsung masyarakat di lapangan.
Baik itu warga yang memang sakit, ataupun yang berstatus sebagai carrier yang juga berpotensi menularkan.
"Yang saya perhatikan adalah warga saya yang sakit atau warga saya yang sebetulnya carrier (pembawa) tapi ada di luar karena dia tanpa gejala," jelasnya.
"Tidak ada satu pun yang tahu dia pembawa atau carrier penyakit itu," sambungnya.
• Anies Baswedan Geleng-geleng saat Karni Ilyas Sebut Ada Tarik Ulur dengan Pusat terkait New Normal
Maka dari itu, Risma mengaku tidak berhenti untuk terus memantau atau melakukan tracing kasus Corona di Surabaya, terlebih untuk para pasien dalam pengawasan (PDP) maupun orang tanpa gejala (OTG).
Menurutnya, dengan langkah tersebut jauh sangat efektif untuk mengetahui persebarannya, sehingga bisa dilakukan penanganan khusus.
"Jadi karena itu hari demi hari saya melototin data pasien dan kemudian posisinya pasien ada di mana," papar Risma.
"Kemudian saya melakukan pemetaan karena saya lihat saya harus tahu kondisi kampung itu seperti apa," jelasnya.
"Misalkan dia tinggal di apartemen, kondisi apartemennya seperti apa. Kalau di rumah susun saya harus melakukan apa," tambah Wali Kota Surabaya ini.
"Kalau dia bekerja di toko dengan pegawai-pegawai saya harus apa. Kalau dia di pasar saya harus apa," kata Risma.
Lebih lanjut, ketika sudah ditemukan persebarannya, maka langkah selanjutnya adalah dengan melakukan pengetesan massal.
"Setelah itu saya melihat peta. Dari peta itu saya sampaikan ini harus dites karena ada kemungkinan ini dia pergi ke sini, pergi ke sana," lanjutnya.
"Saya harus benar-benar tracing. Jadi konsentrasi saya day to day itu," punkasnya.
• Risma Sebut Masa Transisi seusai PSBB Malah Lebih Berat: Ini Amanah bagi Warga Surabaya
Simak videonya mulai menit ke- 1.17
Reaksi Risma saat Ditanya Kenapa Tak Ingin Tiru Anies soal PSBB Transisi
Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini mengungkap alasan memilih menghentikan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) di wilayahnya.
Padahal, saat ini diketahui Surabaya menjadi pusat penyebaran Virus Corona dengan status yang masih merah pekat.
Hal tersebut disampaikan Risma ketika melakukan sambungan video dengan acara Indonesia Lawyers Club (ILC) pada Selasa (9/6/2020).
Mulanya Presenter Karni Ilyas menyinggung soal keinginan Risma mencabut PSBB di tengah penyebaran Virus Corona yang masih tinggi.
Mengapa Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya tidak ingin meniru Pemberintah Provinsi DKI Jakarta menerapkan PSBB transisi.
"Ada pertanyaan saya dengan angka relatif tinggi Surabaya khususnya, mungkin Jawa Timur umumnya saya dengar itu Ibu sudah kepengen PSBB diangkat saja."
"Tanpa transisi seperti Jakarta maka tanpa masuk transisi seperti Jakarta, langsung saja, diangkat habis?" tanya Karni Ilyas.
Risma menjelaskan pihaknya memilih PSBB dicabut lantaran sudah mengetahui pasiennya Covid-19-nya sehingga langsung dilakukan tindakan isolasi.
• Erlina Burhan Merasa Perih Corona Disebut Untungkan Dokter, Karni Ilyas: Risiko Naik, Rezeki Turun
"Jadi yang pertama kami sudah tahu pasien itu, kami tahu detail pasien itu dan kemudian kami langsung lakukan isolasi itu yang pertama," ungkap Risma.
Lalu, Risma mengatakan dirinya juga memperhatikan sektor ekonomi.
Ia membayangkan dirinya warga kurang mampu yang kena PHK namun harus menghidupi keluarga.
"Yang kedua ada sektor-sektor tertentu yang enggak bisa hidup sekarang saya tanya kepada seluruh pemeriksa"
"Kalau saya kepala keluarga, saya kemudian dapat bantuan sembako dari pemerintah kota, saya terkena PHK," ujar dia.
Ia membayangkan bisakah hidup dengan bantuan sembako yang terbatas.
"'Saya dapat bantuan sembako, taruhlah 10 kg beras dan kemudian tidak bisa bekerja, kemudian punya dua anak atau tiga anak'."
"Bisakah kira-kira kita hidup, sedangkan kemarin saat dia bekerja itu pendapatannya itu bisa dimakan untuk sehari," ujar dia.
• Risma Minta PSBB Surabaya Dicabut, Khofifah Singgung Covid-19 Masih Tinggi: Optimisme Memang
Risma juga menanyakan bisakah mereka bertahan hidup apalagi tidak semua orang bisa memiliki uang tabungan.
"Dia enggak ada potensi untuk nabung, dia tidak ada potensi, mungkin dia bisa nabung emas, tapi enggak bisa jual karena tidak ada toko yang buka, toko emas," ungkapnya.
Meski demikian, wali kota berusia 58 tahun ini menegaskan akan memperketat disiplin kesehatan di wilayahnya.
"Jadi karena itu yang kita lakukan adalah kami membuat protokol-protokol yang sangat ketat, jadi semua kita semua staf saya sebar."
"Untuk memantau ini laporannya ada semua bagaimana di pertokoan, bagaimana di mal, bagaimana di pasar," ucapnya.
(TribunWow/Elfan Nugroho/Mariah Gipty)