Kabar Tokoh
Saleh Daulay Sebut 3 Alasan Turunnya Elektabilitas Anies Baswedan di Bawah Ganjar Pranowo
Ketua DPP PAN, Saleh Daulay mengungkapkan setidaknya tiga alasan menurunya elektabilitas Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Penulis: Elfan Fajar Nugroho
Editor: Tiffany Marantika Dewi
TRBUNWOW.COM - Ketua DPP PAN, Saleh Daulay mengungkapkan setidaknya ada tiga alasan menurunya elektabilitas Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Dilansir TribunWow.com, elektabilitas Anies Baswedan menurun dari 12,1 persen pada survei Februari lalu, menjadi 10,4 persen.
Dan sebaliknya Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengalami kenaikan dari bulan Februari hanya 9,1 persen menjadi 11,8 persen.

• Sebut PSBB Transisi Jakarta dan Malang Raya Bingungkan Publik, Pakar: Hanya untuk Sekedar Beda Saja
Dalam tayangan Youtube KompasTV, Selasa (9/6/2020), Saleh Daulay mengatakan banyak masyarakat Jakarta yang merasa tidak puas dengan kinerja Anies Baswedan.
Terutama berkaitan dengan penanganan Virus Corona yang saat ini sedang dihadapi.
Saleh Daulay menilai faktor pertama menurunya elektabilitas Anies Baswedan adalah adanya kisruh bantuan sosial dampak Virus Corona.
Seperti yang diketahui, permasalahan yang sempat menjadi sorotan negatif adalah adanya bantuan sosial yang tidak merata dan tidak tepat sasaran.
Meski sebenarnya kejadian tersebut tidak hanya terjadi di Jakarta.
"Saya melihat bahwa penurunan elektabilitas daripada Anies Baswedan di survei terakhir menunjukkan bahwa ada kecenderungan masyarakat kita tidak begitu puas dengan hasil kinerjanya Anies Baswedan," ujar Saleh Daulay.
"Terutama di masa pandemi seperti ini, kita melihat bahwa ada beberapa persoalan yang saya kira juga cukup serius yang dihadapi oleh masyarakat, terutama dalam hal ini mereka yang sebagian mendapat bantuan sosial, sebagian lagi tidak mendapatkan bantuan sosial," jelasnya.
• Masuki New Normal, Menhub Budi Karya Revisi Aturan Kapasitas Transportasi Tak Lagi 50 Persen
Faktor kedua menurut Saleh Daulay adalah adanya kebijakan yang tumpang tindih dengan pemerintah pusat.
Satu di antaranya adalah berhubungan dengan perizinan ojek online untuk beroperasi maupun mengangkut penumpang selama masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
"Kemudian juga banyak aturan-aturan yang kadang-kadang tumpang tindih di antara pemerintah daerah dan pemerintah pusat," kata Saleh Daulay.
"Ini membuat masyarakat melihat bahwa Anies Baswedan ini belum begitu kokoh sebagai gubernur untuk mengatasi berbagai masalah yang ada di Jakarta," sambungnya.
Tidak hanya soal penanganan masalah, Saleh Daulay mempunyai satu faktor lain.
Menurutnya, belum ada gebrakan dari Anies Baswedan selama menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta yang tentunya sudah ditunggu-tunggu oleh pendukungnya.
Faktor terakhir itulah yang membuat masyarakat Jakarta yang masih belum yakin dengan Anies Baswedan.
"Kemudian yang berikutnya, saya melihat bahwa para pendukung Anies pada pilkada yang lalu itu belum begitu puas dengan kinerja Anies ini karena sejauh ini belum ada kerja-kerja yang betul-betul membagakan pendukungnya," pungkasnya.
• Jadi Pembicara di Forum Internasional, Anies Baswedan Bagikan Pengalaman Tangani Corona di Jakarta
Simak videonya mulai menit awal:
Elektabilitas Prabowo Anjlok
Pengamat Politik Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Karim Suryadi menyoroti anjloknya elektabilitas Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto.
Dilansir TribunWow.com, Karim Suryadi menduga melorotnya ekektabilitas Prabowo disebabkan karena masa pandemi Virus Corona.
Ia menyatakan, wabah Virus Corona dijadikan ajang perlombaan sejumlah tokoh demi maju di Pilpres 2024.
Hal itu disampaikan Karim Suryadi dalam kanal YouTube Kompas TV, Senin (8/6/2020).

Selain Prabowo, Karim juga menyoroti kepuasan publik terhadap kinerja Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan.
Ia menilai, publik menilai Anies Baswedan dengan cara yang berbeda dibandingkan dengan kepala daerah lainnya.
"Tapi beda dengan DKI, bagaimana mungkin cara Anies menangani banjir sebelum Covid ini muncul kok dibanding-bandingkan dengan pemerintahan sebelumnya," kata Karim.
"Ini kan dua hal yang tidak relevan menurut saya."
• Bayar Mahal Dukungan untuk Prabowo di Pilpres 2019, Ustaz Abdul Somad: Yang Saya Dapat Apa?
Karim mengatakan, sebagian besar publik menilai kinerja pemimpin daerah dari cara penanganan Virus Corona.
Meskipun begitu, Karim menyebut banyak parameter lain yang bisa menunjang jalan kepala deerah menuju Pilpres 2024.
"Jadi saya percaya ini sebagian besar merupakan cerminan publik atas kinerja mereka terhadap penanganan Covid," jelas Karim.
"Tapi ini bukan satu-satunya parameter yang digunakan publik untuk menilai mereka."
Tak hanya itu, Karim juga menilai waktu menuju Pilpres 2024 masih cukup panjang.
Dengan jeda waktu sekitar 4 tahun, para tokoh memiliki banyak kesempatan untuk menarik hati masyarakat Indonesia.
"Meskipun jujur masih akan banyak variabel yang akan menentukan dinamika elektabilitas para tokoh yang punya kans untuk 2024," tuturnya.
"Pertama, karena waktunya masih panjang."
Lantas, Karim menyebut isu soal Virus Corona menjadi faktor paling penting untuk menunjang elektabilitas para pemimpin daerah.
Jika pemimpin daerah dirasa maksimal menangani Virus Corona, Karim menduga elektabiltas akan semakin mudah ditingkatkan.
• UAS Ungkap Alasan Tolak Jadi Cawapres Prabowo, Refly Harun: Munculnya UAS Bisa Ubah Peta Politik
"Kemudian yang kedua juga sekarang ini relatif tidak ada faktor lain yang mengantrol elektabilitas tokoh itu," kata Karim.
"Selain ya Corona ini."
Tak hanya soal pemimpin daerah, Karim turut menyinggung nama Prabowo.
Sebelumnya, Prabowo sudah digadang-gadang menjadi calon kuat di Pilpres 2024 mendatang.
Namun selama wabah Virus Corona berlangsung, Karim justru menilai elektabilitas Prabowo turun drastis.
"Sehingga tokoh-tokoh yang tidak terlibat langsung akan sulit mendapatkan keuntungan dari isu ini," tutur Karim.
"Sebagai contoh bagaimana Pak Prabowo begitu drastis melorot karena performnya tidak terlibat langsung."
"Demikian juga calon-calon yang lain," tandasnya.
Simak video berikut ini menit ke-2.24:
(TribunWow/Elfan Nugroho/Jayanti)