Virus Corona
Disinggung soal Jusuf Kalla Sebut Corona Tak Bisa Diajak Damai, Achmad Yurianto Enggan Menjawab
Juru Bicara Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto enggan mengomentari soal istilah 'Berdamai dengan Corona'.
Penulis: Mariah Gipty
Editor: Tiffany Marantika Dewi
Lihat videonya mulai menit ke-30:40:
Nilai Corona Jadi Heboh karena Media Sosial
Pada kesempatan yang sama, Yuri juga menilai media membuat masalah Covid-19 menjadi lebih ramai.
Mulanya Refly Harun bertanya mengapa wabah MERS hingga SARS beberapa tahun lalu tidak seheboh Covid-19 seperti sekarang.
• UPDATE Virus Corona di Dunia, Jumat 5 Juni 2020: Kasus AS Lebihi 1,9 Juta Jiwa, Brasil di Posisi 2
Yuri menilai hal itu terjadi lantaran pada zaman dulu, orang belum memiliki media sosial.
"Kenapa virus ini seperti sangat menakutkan dibandingkan, dulu kita juga mendengar MERS, SARS itu tapi masyarakat tidak sepanik sekarang ini," tanya Refly.
"Dulu tidak banyak HP, ndak banyak WA, ndak banyak Twitter," jawab Yuri.
Yuri menilai berita menjadikan segala sesuatu lebih heboh dari apa yang sebenarnya terjadi.
"Jadi problemnya komunikasi, pengetahuan," ungkap Refly.
"Iyalah kan sekarang berita kecil jadi gede itu kan karena berita, sesuatu kecil menjadi gede itu kan karena berita, bukan karena yang lain-lain," jawab Yuri.
Namun, Refly mengatakan lagi bahwa tanggapan pemerintah sendiri juga berbeda.
• Optimis soal Corona, Achmad Yurianto pada Refly Harun: Apakah Harus Panggil EO dari Luar Negeri?
"Tapi tanggapan pemerintah agak berbeda menurut saya dibandingkan SARS atau MERS," ujar Refly lagi.
"Kan karena respon masyarakatnya juga beda," kata Yuri lagi.
Yuri melanjutkan, komunikasi di zaman sekarang bisa sangat berpengaruh.
"Jadi komunikasi terlalu banyak tahu, tidak menguntungkan," timpal Refly sambil tertawa
"Ya artinya komunikasi itu sekarang bisa menjadi suatu agen yang luar biasa pengaruhnya baik yang mengarah ke positif maupun negatif," jelas Yuri.