Virus Corona
Surabaya Disebut Jadi Zona Hitam Corona, Khofifah Bantah Merah Pekat: Tidak Pernah Ada dalam Peta
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa membantah Kota Surabaya berstatus zona hitam Virus Corona (Covid-19).
Penulis: Brigitta Winasis
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa membantah Kota Surabaya berstatus zona hitam Virus Corona (Covid-19).
Ia menyebutkan tidak pernah ada klasifikasi warna hitam dalam pemetaan zona, melainkan merah pekat.
Khofifah menerangkan padatnya jumlah orang dalam pemantauan (ODP) dan pasien dalam pengawasan (PDP) membuat wilayah Surabaya seolah-olah tampak berwarna hitam.

• Surabaya Disebut Masuk Zona Hitam Kasus Virus Corona, Ketua Gugus Tugas Jatim: Engga Ada Itu
Dilansir TribunWow.com, hal itu ia sampaikan saat dihubungi dalam tayangan Prime Talk di Metro TV, Rabu (3/6/2020).
Diketahui dari total kasus seluruh Jawa Timur, sebanyak 65 persen terdapat di Surabaya Raya, yakni dengan jumlah kasus 2.748.
Berdasarkan angka tersebut, Surabaya disebut berstatus zona hitam dalam pemetaan wilayah.
Namun Khofifah membantah pernyataan ini.
"Kita enggak ada hitam. Secara sistem, semuanya kuadrat," tegas Khofifah Indar Parawansa.
"Jadi dari angka berapa ke berapa," lanjutnya.
Ia membenarkan dalam pemetaan yang ditampilkan laman resmi infocovid-19.jatimprov.go.id wilayah Surabaya tampak paling gelap dibandingkan daerah lain di sekitarnya.
"Secara sistem, memang warna itu keluar," papar Khofifah.
Menurut dia, peluncuran data tersebut sesuai dengan permintaan masyarakat.
"Ini 'kan sebetulnya sangat banyak masyarakat yang minta transparansi data," jelas Khofifah.
Ia menjelaskan dalam pemetaan tersebut langsung ditampilkan jumlah total, sehingga tampak seperti kasus yang ada sangat padat.
"Data itu kalau dimunculkan kecil-kecil, tidak semua kemudian mudah mencermati," jelas Khofifah.
• Pemprov Jatim Disebut Sesuka Hati Labeli Surabaya Zona Hitam, M Fikser Bandingkan dengan Jakarta
Khofifah menyebutkan daerah lain pun juga sudah berstatus zona merah.
"Dengan warna itu, sebetulnya Jawa Timur ini semua kabupaten kota sudah merah karena sudah ada pasien yang terkonfirmasi positif Covid-19," paparnya.
"Sehingga untuk melihat klaster yang ada, tidak ada warna hitam," ungkap Khofifah.
• Tanggapi Status Surabaya Masuk Zona Hitam Corona, Khofifah: Jadi Memang Ini Adalah Kota Kosmopolitan
Ia membandingkan dengan daerah-daerah lain di sekitar Surabaya yang juga bervariasi statusnya meskipun sama-sama merah.
"Tapi ketika diklik dengan kuadrat tertentu dari mulai ODP dam PDP, dari 1 sampai 2, dan seterusnya, maka pada titik tertentu warnanya kemudian merah muda, agak gelap, dan merah gelap," jelasnya.
"Saya mohon maaf kalau ada warganet yang menulis hitam. Tidak pernah sebetulnya ada warna hitam di dalam peta kami," tegas Khofifah.
Mengenai upaya penanganan darurat status di Surabaya, Khofifah mengakui saat ini belum dapat berbuat banyak karena belum ada vaksin yang ditemukan.
"Semua pihak sepakat vaksin yang paling ampuh adalah kedisplinan," katanya.
Maka dari itu, Khofifah menyebutkan akan melakukan operasi pendisplinan yang melibatkan aparat keamanan.
• Respons Pemkot Surabaya saat Daerahnya Jadi Zona Hitam Covid-19: Setelah Itu Dikasih Warna Apa Lagi?
Lihat videonya mulai menit 8:00
Bahas Padatnya Surabaya
Di sisi lain, sebelumnya Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengungkapkan bagaimana penanganan pasien positif Virus Corona (Covid-19) di wilayahnya.
Ia mengakui kini harus berkejaran dengan waktu agar penyebaran tidak semakin luas.
Dilansir TribunWow.com, hal itu Risma sampaikan saat dihubungi dalam tayangan Kompas TV, Senin (1/6/2020).
• Optimis Segera Selesaikan Pandemi Covid-19 di Surabaya, Risma: Saya Yakin Tidak Lebih dari 1 Bulan
Awalnya, ia mengomentari bagaimana Surabaya menjadi episentrum penyebaran Virus Corona di Jawa Timur.
Risma menyebutkan telah melakukan tes massal dan tracing terhadap pasien positif.
Dari hasil tracing tersebut, dapat ditemukan orang-orang yang pernah berinteraksi dengan pasien.
Selanjutnya orang-orang tersebut akan dikelompokkan menjadi orang tanpa gejala (OTG), orang dalam pemantauan (ODP), pasien dalam pemantauan (PDP), dan orang dalam risiko (ODR).
"Begitu kami punya alat, pasien yang masuk ODR, OTG, ODP, PDP, langsung kita tes semua," papar Tri Rismaharini.
Ia menekankan pentingnya pengadaan alat tes agar segera dapat menentukan status seseorang yang diduga terpapar Virus Corona.
"Tadi kalau kita delay satu minggu, maka dia bisa menular meskipun sudah dikarantina. Menularnya ke keluarganya," papar Risma.
Risma menambahkan banyak orang yang kemungkinan belum sadar pentingnya isolasi diri dari pasien positif agar menghentikan penularan.
Namun karena sudah dites melalui alat, pasien tersebut dapat dibuktikan telah positif dan dapat diisolasi.
"Dulu mungkin hanya satu di keluarga itu, tapi kemudian karena dia satu rumah, tidak dipisahkan," jelasnya.

• Muncul Klaster Baru Jatim, Khofifah Ungkap Tak Jaga Jarak saat Salat Tarawih: Berjemaah di Masjid
"Tadi karena kita memang tidak punya alatnya (untuk membuktikan) bahwa dia memang positif, dia kita isolasi karena masuk di kelompok tadi," lanjut Risma.
Oleh karena masifnya tes dilakukan di Surabaya, kasus positif dapat segera terkuak dan tampak seolah-olah pertumbuhannya melonjak.
"Begitu kita tes, maka yang kita isolasi itu menjadi confirm positif," papar Risma.
"Itulah yang tadi saya sampaikan kenapa kemudian menjadi besar," lanjut Wali Kota Surabaya tersebut. (TribunWow.com/Brigitta Winasis)