Breaking News:

Virus Corona

Surabaya Catat Kasus Corona Tertinggi di Indonesia, Pakar Epidemologi Unair: Itu Ada Dua Kemungkinan

Surabaya kini menjadi daerah tingkat kota atau kabupaten dengan tingkat penularan tertinggi di Indonesia.

Penulis: Elfan Fajar Nugroho
Editor: Claudia Noventa
Youtube/KompasTV
Pakar Epidemiologi Universitas Airlangga (Unair), Windhu Purnomo dalam acara Sapa Indonesia Malam KompasTV, Kamis (4/6/2020). Dirinya menanggapi tingginya kasus di Surabaya 

TRIBUNWOW.COM - Surabaya kini menjadi daerah tingkat kota atau kabupaten dengan tingkat penularan tertinggi di Indonesia.

Jumlah kasus positif di Surabaya mencapai 2.828 per Kamis (4/6/2020) dilansir dari infocovid19.jatimprov.go.id.

Bahkan jika dilihat dari peta persebaran Virus Corona di Jawa Timur, status Surabaya menjadi merah pekat seakan menuju hitam.

Karena bisa dikatakan lebih dari setengah kasus Corona di Jawa Timur berada di Kota Pahlawan.

Peta persebaran Covid-19 Jawa Timur, Kota Surabaya berwarna merah kehitaman
Peta persebaran Covid-19 Jawa Timur, Kota Surabaya berwarna merah kehitaman (Kompas.com/Istimewa)

UPDATE Virus Corona di Indonesia Kamis 4 Juni 2020: Bertambah 585, Jumlah Kasus Positif Capai 28.818

Sedangkan kasus keseluruhan di Jawa Timur mencapai 5.406 kasus setelah terjadi penambahan 123 kasus baru pada Kamis (4/6/2020).

Menanggapi hal itu, Pakar Epidemiologi Universitas Airlangga (Unair), Windhu Purnomo angkat bicara.

Pandu Purnomo mengatakan ada kemungkinan yang terjadi di Surabaya.

Kemungkinan pertama adalah angka produksi efektif (Rt) yang memang tinggi.

Ketika angka Rt-nya tinggi maka jelas jumlah penularannya juga akan tinggi.

Dan kemungkinan yang kedua adalah karena dilakukannya pengetesan yang masif.

Namun yang terjadi di Surabaya, Windhu Purnomo tidak membenarkan jika penularan Virus Corona di Surabaya tinggi.

Karena menurutnya, angka Rt di Surabaya masih di angka 1 (satu) koma.

Hal ini disampaikannya dalam acara Sapa Indonesia Malam KompasTV, Kamis (4/6/2020).

Jakarta Masuki PSBB Transisi, Anies Baswedan Mulai Buka Kegiatan Sosial Ekonomi, Berikut Tahapannya

"Jadi gini, komponen dari angka absolut tadi, itu ada dua kemungkinan, karena memang penularan yang tinggi dan kedua adalah karena masifnya tes," ujar Windhu Purnomo.

"Jadi cara melihatnya begini, jadi kalau kasus itu tinggi Rt-nya juga tinggi itu pastinya penularan yang luar biasa," jelasnya.

"Tetapi untuk Surabaya itu tidak bisa begitu, khusus Surabaya."

Dirinya kemudian mengatakan bahwa jumlah kasus tinggi lantaran adanya pengetesan masif.

Selain itu, penambahan kasus Virus Corona di Surabaya sudah terjadi sejak awal.

"Jadi Surabaya ini memang kasus kumulatif yang tertinggi sekarang 2.745 kira-kira, dengan tambahan hari ini mungkin 2.900-an," ungkap Windhu Purnomo.

"Itu sebetulnya kan kumulatif dari yang sebelumnya-sebelumnya," tambahnya.

Lebih lanjut, ia mengakui bahwa Surabaya sempat mengalami permasalahan dalam penaganan kasus Corona.

Dan menurutnya, penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Surabaya juga tidak berhasil.

"Jadi yang sebelum-sebelumnya itu memang Surabaya agak kendor, artinya Surabaya mulai dari sebelum PSBB, PSBB jilid 1, jilid 2 itu tidak berhasil sesuai dengan harapan," katanya.

"Kepatuhan masyarakat rendah," pungkasnya.

Bukan Jakarta, Jokowi Minta Gugus Tugas Fokus pada 3 Provinsi dengan Angka Penyebaran Corona Tinggi

Simak videonya mulai menit ke- 11.43

Khofifah: Jadi Memang Surabaya Adalah Kota Kosmopolitan

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa memberikan tanggapan terkait status Kota Surabaya yang disebut masuk zona hitam atau merah pekat.

Dilansir TribunWow.com, Khofifah mengakui bahwa Surabaya menjadi episentrum penyebaran Virus Corona di Jawa Timur.

Menurutnya, hal itu terjadi karena Surabaya merupakan Kota Kosmopolitan yakni interaksi sosial tidak hanya bersifat lokal, melainkan nasional bahkan internasional.

Hal ini disampaikan Khofifah dalam acara Prime Talk yang tayang di kanal Youtube metrotvnews, Rabu (3/6/2020).

"Jadi memang ini adalah kota kosmopolitan," ujar Khofifah.

Menurut Khofifah, dalam Kota Kosmopolitan tersebut menjadikan Surabaya mempunyai interaksi masyarakat yang luas dan beragam.

Dirinya mengatakan bahwa interaksi sosial di Surabaya tidak hanya terjadi secara lokal, maupun nasional, atau bahkan internasional.

Seperti misalnya kasus kepulangan masyarakat yang melakukan umrah.

 Mardani Minta Pemerintah Tak Jalan Sendiri soal New Normal, Singgung Ganjar hingga Anies Baswedan

"Interaksi masyarakat tentu tidak hanya antar kota, tidak hanya antar provinsi, tetapi juga antar negara," jelasnya.

"Sehingga misalnya kami pernah dapat informasi 'oh ini ada strain Amerika, ada strain Saudi, saya tanya karena ini ada yang pulang umrah kira-kira akhir Maret," ungkap Khofifah.

"Kemudian adalagi strain Eropa misalnya."

Lebih lanjut, Khofifah mengatakan banyaknya kasus baru di Surabaya tidak terlepas dari peningkatan pengetesan dan tracing atau pelacakan.

"Dari hal-hal seperti ini kemudian kita melihat memang ada yang importir ada yang transmisi lokal," terang Khofifah.

"Posisi ini kan kalau di tracing lebih detail bisa dilakukan langkah-langkah antisipasi untuk mencegah kemungkinan penyebaran secara lebih masif," pungkasnya.

(TribunWow/Elfan Fajar Nugroho)

Tags:
Virus CoronaCovid-19Unair SurabayaJawa Timur
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved