Virus Corona
Tinjau Masjid Istiqlal Jelang New Normal, Jokowi Sebut akan Dibuka Juli: Siapkan Protokol Kesehatan
Presiden Joko Widodo (Jokowi) meninjau Masjid Istiqlal jelang penerapan New Normal di tengah pandemi Virus Corona.
Penulis: Elfan Fajar Nugroho
Editor: Atri Wahyu Mukti
TRIBUNWOW.COM - Presiden Joko Widodo (Jokowi) meninjau Masjid Istiqlal jelang penerapan New Normal di tengah pandemi Virus Corona, Selasa (2/6/2020).
Dilansir TribunWow.com dalam kanal Youtube Sekretariat Presiden, Jokowi mengatakan Masjid Istiqlal rencananya akan dibuka kembali pada bulan Juli 2020 mendatang.
Karena secara bersamaan, Masjid Istiqlal saat ini juga sedang dilakukan renovasi.

• Kasus Positif Virus Corona di Surabaya Capai 2000-an Lebih, Risma: Saya Lihat Data Masih Terkendali
Menurutnya, renovasi masjid terbesar di Asia Tenggara itu sudah hampir rampung, yakni sudah mencapai 90 persen.
Jokowi mengakui memang penyelesaian waktu renovasi Masjid Istiqlal sedikit mundur karena alasan pandemi Virus Corona.
"Sampai hari ini, tadi sudah disampaikan telah selesai kurang lebih 90 persen dan renovasi besar ini akan diselesaikan, Insya Allah, awal bulan Juli," ujar Jokowi.
"Memang agak mundur karena adanya pandemi Covid."
"Tadi saya sudah mendapatkan informasi dari Prof. Nasaruddin (Umar), Bapak Imam Besar Masjid Istiqlal, bahwa direncanakan Masjid Istiqlal akan dibuka nanti pada bulan Juli," lanjutnya.
Meski begitu, untuk jelasnya kapan bisa digunakan akan disampaikan oleh Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar.
Jokowi hanya berpesan sebelum masjid berkapasitas 200 ribu jamaah itu benar-benar dibuka, maka harus disiapkan protokol kesehatan untuk menghadapi kondisi pandemi Corona.
Hal itu bertujuan supaya masyarakat tetap bisa melakukan ibadah dengan aman.
• Refly Harun Sebut Tak Mudah Jatuhkan Jokowi dengan Alasan Corona, Singgung Era Soekarno dan Gus Dur
"Keputusannya nanti ada di Bapak Imam Besar Masjid Istiqlal," kata Jokowi.
"Tentu saja mulai saat ini, saya titip, mulai disiapkan protokol kesehatan sehingga nanti pada saat kita melaksanakan salat di Masjid Istiqlal semuanya aman dari Covid-19."
Jokowi mengakui penyebaran Virus Corona di Indonesia masih berlangsung dan akan terus ada sampai ditemukannya vaksin.
Menurutnya, langkah yang bisa dilakukan adalah melakukan penekanan risiko penyebaran.
Dirinya menyebut bahwa belum semua daerah mampu dikendalikan dengan baik.
"Karena kita tahu bahwa penyebaran Covid sampai saat ini di Tanah Air memang belum semua provinsi wilayah bisa kita kendalikan," jelasnya.
Maka dari itu, dengan melihat kondisi yang terjadi, Jokowi tidak ingin terburu-buru dalam mengambil keputusan New Normal.
Orang nomor satu di Indonesia itu meminta jajarannya mempertimbangkan dengan matang kemungkinan menerapkan New Normal di setiap daerah, termasuk pembukaan aktivitas ekonomi, terlebih untuk tempat ibadah dan sekolah.
"Oleh sebab itu, pembukaan, baik itu pembukaan untuk tempat ibadah, pembukaan untuk aktivitas ekonomi, pembukaan untuk sekolah, semuanya melalui tahapan-tahapan yang ketat dengan melihat angka-angka kurva dari R0 maupun dari Rt-nya," kata Jokowi.
"Semuanya memakai data-data keilmuan yang ketat, sehingga kita harapkan akan berjalan dari tahapan ke tahapan, dari sektor ke sektor, dari provinsi ke provinsi sesuai dengan angka-angka yang ada," pungkasnya.
• Refly Harun Minta Jokowi Jangan Khawatir soal Diskusi Pemecatan Presiden: Era SBY Setiap Saat Ada
Simak videonya:
Pihak Istana Ungkap akan Hati-hati dalam Penerapan New Normal
Sebagian wilayah di Indonesia mulai menerapkan tatanan kehidupan baru atau New Normal.
Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP), Dany Amrul mengatakan bahwa pemerintah juga belajar dari negara lain dalam menerapkan New Normal.
Hal itu disampaikan Dany Amrul melalui Apa Kabar Indonesia tvOne pda Senin (1/6/2020).
Dany menjelaskan, pemerintah belajar soal penerapan New Normal dari negara-negara tetangga, seperti India hingga Korea Selatan.
"Seperti ke dalam sebuah keadaan New Normal yang terjadi di negara Korea Selatan, di India, kita belajar."
"Kita belajar dari pelonggaran-pelonggaran atau pembukaan-pembukaan sektor-sektor strategis yang ada di Korea Selatan umpamanya, yang ada di India," jelas Dany.
Pemerintah belajar dari Korea Selatan dan India terkiat bagaimana negara tersebut sebelumnya melakukan jaga jarak berskala besar maupun karantina wilayah hingga kemudian menerapkan New Normal.
• Mal Masih Buka, Khofifah Sindir Kewenangan Pemkot Surabaya: Setahu Saya Memang Tidak Pernah Tutup
"Yang telah menetapkan lockdown kemudian dibuka, di Korea juga seperti PSBB kemudian dibuka, kita belajar."
"Kita belajar apa yang sudah dilakukan negara lain lalu kita ambil di mana miss yang terjadi lalu kita belajar supaya tidak terjadi," jelasnya.
Dany mengatakan, pihaknya akan belajar soal pembukaan transportasi umum.
"Termasuk di dalam hal pembukaan transportasi publik yang dilakukan secara kehatian-hatian memperhatikan zoning keluar masuk dan jaga konsistensi," kata dia.
Menurutnya kesuksesan New Normal karena tiga hal.
Pertama adalah pengawasan yang ketat dan kedua adalah kesadaran manusia itu sendiri.
"Jadi dalam keadaan New Normal kuncinya dalam hal pemenangan di dalam New Normal ini adalah, satu, bagaimana ada konsistensi dari pelaksanaan protokol kesehatan dan sub-sub protokol yang ada."
"Kedua, disiplin diri dari manusianya karena ujung-ujungnya pada kesadaran diri."
"Kesadaran insan yang masuk di dalam ekosistem new normal tersebut," terang Dany.
Sementara yang ketiga, jelasnya, adalah komunikasi publik yang mudah dimengerti.
"Dan yang ketiga adalah komunikasi publik dengan narasa yang aplicable, yang mudah dimengerti, dan senantiasa digaungkan terus agar mengikuti konsistensi dari protokol kesehatan sebagai sistem dan juga alur-alur yang sudah ditetapkan," papar Dany.
(TribunWow/Elfan Nugroho/Mariah Gipty)