Virus Corona
Peringatkan Gelombang Kedua Pandemi Covid-19, Bambang Soesatyo: Siapa pun Tidak Boleh Meremehkan
Ketua MPR Bambang Soesatyo mewanti-wanti akan adanya potensi penyebaran Covid-19 gelombang kedua saat penerapan new normal.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Ananda Putri Octaviani
TRIBUNWOW.COM - Ketua MPR Bambang Soesatyo mewanti-wanti akan adanya potensi penyebaran Covid-19 gelombang kedua saat penerapan new normal.
Oleh karenanya, ia berpesan agar seluruh pihak tidak memandang remeh risiko tersebut dan tetap melaksanakan protokol kesehatan secara disiplin.
Bambang juga meyakini bahwa masyarakat akan lebih memilih menjalankan keseharian dengan aturan dibandingkan harus kembali menjalani pembatasan sosial.

• Sebut Jakarta Mulai Dilanda Krisis Ekonomi akibat Pandemi, Kadin DKI: Keseluruhan Turun 60 Persen
Dilansir Kompas.com, Senin (1/6/2020), Bambang menuturkan bahwa penetapan tatanan normal baru akan dapat membantu masyarakat untuk pulih dari keterpurukan akibat pandemi.
Namun potensi penularan gelombang kedua yang lebih masif, masih mengintai pelaksanaan new normal tersebut.
Ia berpesan agar protokol kesehatan yang menjadi dasar tatanan normal baru harus terus dilakukan dengan tertib.
"Siapa pun tidak boleh meremehkan potensi ancaman dari Covid-19, sehingga kepatuhan pada protokol kesehatan bersifat mutlak," ujar Bambang, Minggu (31/5/2020).
Bambang menyinggung mengenai kondisi di Kota Seoul, Korea Selata yang harus kembali mengalami pembatasan sosial.
Pasalnya, setelah dua pekan melonggarkan aturan dan menerapkan new normal, pemerintah kembali harus menghadapi terjadinya kasus penularan baru.
Maka dari itu, Bambang berharap agar tatanan normal baru yang rencananya akan diberlakukan di 4 provinsi dan 25 kabupaten/kota dapat berjalan dengan baik.
"Saya yakin dan percaya bahwa setelah sekian lama merasakan ketidaknyamanan karena pembatasan sosial, semua elemen masyarakat tentu lebih memilih konsekuensi pemulihan kehidupan yang berkelanjutan," tutur Bambang.
Menurut Bambang, pemulihan kehidupan tersebut memiliki makna sebagai awal mula kembali bergeliatnya kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat seperti sebelumnya.
"Pemulihan kehidupan berarti karyawan bisa mulai bekerja lagi, beribadah di rumah-rumah ibadah, pasar aktif lagi sebagai titik temu penjual dan pembeli, hingga peluang bagi anak dan remaja kembali ke sekolah atau kampus," lanjutnya.
Sebelumnya, politisi dari Partai Golkar tersebut sempat meminta agar pemerintah dengan seksama merumuskan aturan normal baru sesuai data faktual yang dapat dipertanggungjawabkan.
"Kami mendorong pemerintah dan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 untuk memiliki basis data yang valid untuk menjadi dasar keluarnya kebijakan baru tersebut," kata Bambang.
Ia juga mengusulkan agar kebijakan new normal yang nantinya akan diterapkan tersebut dikaji lebih dalam dengan menggandeng pihak akademisi.
"Perlu dipertimbangkan dan dikaji secara mendalam terlebih dahulu sebelum diputuskan akan memberlakukan new normal di Indonesia, agar mencegah bertambahnya kasus Covid-19 dikarenakan sudah banyak masyarakat yang melakukan aktivitas," singgung Bambang.
"Lakukan pemetaan data, sehingga data yang dikumpulkan dapat dengan tepat dan efektif digunakan untuk mengeluarkan kebijakan," tandasnya.
• Penerapan New Normal di 8 Negara Eropa: Belgia Kumpul Maksimal 4 Orang, Rusia Wajibkan Sarung Tangan
New Normal Sebagai Cara Hidup Baru
Dilansir YouTube KompasTV, Minggu (17/5/2020), Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi) memberikan imbauan agar masyarakat dapat hidup bersama-sama dengan Virus Corona.
"Kita memang harus berkompromi dengan Covid, bisa hidup berdampingan dengan Covid," kata Jokowi.
Ia menyinggung kembali yang diucapkan sebelumnya bahwa masyarakat harus bisa berdamai dengan Virus Corona.
"Kemarin saya bilang kita harus berdamai dengan Covid, karena informasi terakhir dari WHO yang saya terima, bahwa meskipun kurvanya agak melandai, atau nanti menjadi kurang, tapi virus ini tidak akan hilang," imbuhnya.
Masyarakat diharapkan untuk tidak terlalu terfokus mengenai kapan pandemi Virus Corona ini berakhir.
Pasalnya, menurut pembeberan WHO, ada kemungkinan virus ini tidak akan hilang dari tengah masyarakat.
Virus Corona ini bisa menjadi virus endemik seperti virus Flu ataupun HIV yang hingga saat ini masih menyebar di masyarakat.
Oleh karenanya, dengan melihat fakta yang ada, pemerintah menganjurkan masyarakat untuk membiasakan diri dengan virus baru ini.
Bahkan ada sebutan "New Normal" atau standar normal yang baru dalam kehidupan sehari-hari pasca adanya pandemi Virus Corona ini.
Meski nantinya grafik Virus Corona telah menurun atau tidak banyak orang yang terjangkit, namun virus ini bisa jadi masih berada di sekitar kita.
Sehingga masyarakat akan tetap berkegiatan dengan melaksanakan protokol kesehatan.
Hal ini tentu akan merubah drastis keseharian masyarakat setelah terkena pandemi Virus Corona dibandingkan dengan saat belum terkena pandemi.
Pandemi ini akan merubah tatanan hidup masyarakat yang akan selalu waspada dan terus menerapkan aturan kesehatan demi menjami keselamatan sebanyak-banyaknya orang ketika virus tidak bisa benar-benar hilang.
Lihat tayangan selengkapnya dari menit pertama:
(TribunWow.com)
Sebagian artikel ini merupakan olahan dari Kompas.com dengan judul "Ketua MPR Minta Pemerintah Waspadai Gelombang Kedua Covid-19 Saat New Normal" dan "Ketua MPR Minta Penerapan "New Normal" Berbasis Data yang Valid"