Virus Corona
Reaksi Dokter soal New Normal: Sekarang Saja Sudah Overload, Rasanya akan Lebih Membeludak Lagi
Rencana pemberlakukan New Normal di tengah pandemi Virus Corona yang masih berlangsung di Indonesia menjadi sorotan.
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Rencana pemberlakukan new normal di tengah pandemi Virus Corona yang masih berlangsung di Indonesia menjadi sorotan.
Satu di antaranya diungkapkan oleh dokter hingga pakar epidemiologi.
Dikutip dari BCC, Kamis (28/5/2020), seorang tenaga medis mengatakan, saat ini kondisi rumah sakit sudah overload, sehingga kerap merujuk ke RS lain.
Diketahui, Provinsi Aceh dan Kota Tegal disebut pemerintah yang paling siap dalam rencana pelonggaran PSBB dengan ketentuan new normal atau tatanan kehidupan baru.
• Warga Ngamuk saat Ambulans Pembawa Pasien Corona Nyasar Masuk Permukiman: Banyak Anak-anak Bermain
Terkait rencana ini, sebanyak 1.800 objek pusat keramaian seperti mal dan tempat wisata akan dibuka kembali dengan ketentuan protokol kehidupan normal yang baru.
Tidak disebutkan di mana saja 1.800 fasilitas yang akan dibuka, namun Presiden Joko Widodo sempat menyebut akan mengerahkan TNI dan Polri di empat provinsi, 25 kabupaten dan kota yang akan menerapkan tatanan kehidupan normal baru.
Pakar epidemiologi menyebut pelonggaran PSBB dengan menerapkan protokol new normal di tengah angka Covid-19 yang terus meningkat dan minimnya fasilitas kesehatan hanya membawa risiko kematian yang lebih besar.
Cuitan seorang dokter di Surabaya yang mengeluh begitu banyak menangani pasien Covid-19 tanpa fasilitas yang cukup, banyak diperbincangkan di media sosial.
Aditya C Janottama, salah seorang dokter di RS Rujukan di Surabaya, Jawa Timur mengaku sudah kesulitan merujuk pasien Covid-19 ke RS Rujukan yang lebih besar.
"Pengalaman kami merujuk pasien itu selalu ditolak di rumah sakit-rumah sakit lain dengan alasan penuh," kata Aditya kepada BBC News Indonesia, Rabu (27/05).
Alasan penolakan bermacam-macam. Kata Aditya, mulai dari kurangnya tenaga perawat sampai kurangnya tempat tidur pasien.
"(Saat ini) sudah ada 5 pasien di RS saya tidak dapat bed. Nggak dapat rujukan," katanya.
Sebelumnya, Aditya merawat sejumlah pasien berakhir meninggal karena gagal napas. Pasien meninggal karena tak ada ventilator atau memiliki penyakit bawaan.
"Sudah ada beberapa pasien meninggal di IGD karena tidak berhasil dirujuk. Tidak lebih dari 10, tapi ada," katanya.
"Menyediakan itu (ventilator) juga nggak gampang, untuk menyediakan itu juga harus melatih personilnya juga."