Virus Corona
Contohkan Kasus, Bhima Yudhistira Tertawa saat Fadjroel Rachman Sebut Masyarakat Disiplin saat PSBB
Ekonom Indef, Bhima Yudhistira tertawa ketika mendengar pernyataan dari Jubir Presiden Jokowi, Fadjroel Rachman menyebut masyarakat sudah disiplin.
Penulis: Elfan Fajar Nugroho
Editor: Maria Novena Cahyaning Tyas
TRIBUNWOW.COM - Ekonom Indef, Bhima Yudhistira tertawa ketika mendengar pernyataan dari Juru Bicara Presiden Joko Widodo (Jokowi), Fadjroel Rachman yang menyebut masyarakat sudah disiplin.
Dilansir TribunWow.com, Bhima Yudhistira mempertanyakan kembali pernyataan tersebut karena memang kenyataannya berbeda.
Dirinya kemudikan menunjukkan beberapa data kasus pelanggaran yang terjadi di lapangan.

• Ekonom INDEF Sebut New Normal sebagai Kebijakan Prematur, Singgung Vietnam dan Penerapan PSBB
Kasus pertama yang disingung Bhima adalah soal mudik Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran.
Bhima mengatakan berdasarkan informasi yang didapat bahwa terdapat sekitar 200 ribuan kendaraan yang keluar dari DKI Jakarta.
Sedangkan dari petugas disebut hanya sekitar 80 ribu yang berhasil diputarbalikkan.
Itu artinya terdapat 120 ribu kendaraan yang bisa dikatakan lolos.
"Pertama tadi sedikit Mas Fadjroel bilang kedisiplinan sudah ada," ujar Bhima.
"Jadi kalau yang keluar waktu mudik itu masih 200 ribuan kendaraan, koreksi kalau salah ya," jelasnya.
"Jadi kalau hanya 80 ribuan yang diputar balik, sisanya gimana?," tanya Bhima.
Bhima kemudian menyinggung soal kasus di restoran cepat saji di Sarinah yang dihadiri oleh banyak masyarakat tanpa tujuan yang jelas.
Termasuk yang lebih dulu terjadi yakni penumpukan calon penumpang di Bandara Soekarno Hatta.
Seperti yang diketahui, kondisi tersebut terjadi ketika PSBB sedang berlangsung.
• Tanggapi Pertaruhan di New Normal, Fadjroel Rachman: Kehidupan Memang adalah Pertaruhan
"Kemudian yang kedua, bagaimana peristiwa di McDonalds Sarinah misalnya, ada farewell party dendanya cuma berapa? 10 juta rupiah," ucap Bhima.
"Terus yang ketiga, bagaimana kemudian garda social distancing di Bandara Soekarno Hatta karena keputusan dari kementerian perhubungan juga ngalor ngidul."
Di sela-sela itu, Fadjroel sempat memberikan tanggapan dengan mengatakan sudah diperbaiki.
Setelah itu, Fadjroel justru memberikan pujian kepada Bhima lantaran sudah disiplin mengikuti anjuran pemerintah.
Dirinya berharap Bhima bisa menjadi contoh yang baik kepada masyarakat lain.
"Dan kemudian diperbaiki Bang Bhima, jadi ada beberapa kebocoran," kata Fadjroel.
"Sama mungkin seperti Bung Bhima, artinya saya malah yakin Bung Bhima itu sangat disiplin loh."
"Bahkan tidak berkumpul di tempat makan, salat di rumah, Anda termasuk contoh terbaik untuk melakukan disiplin," terang Fadjroel.
"Dan kami harap Bung Bhima jadi teladan bagi orang-orang di sekitarnya bahkan bisa membantu TNI Polri untuk mendisiplinkan," pungkasnya.
• Soal Penerapan New Normal, Pakar Epidemiologi UI: Bukan Terlalu Cepat, tapi Harus Punya Rencana
Simak videonya mulai menit ke- 9.00
Sebut New Normal sebagai Kebijakan Prematur, Singgung Vietnam
Ekonom INDEF, Bhima Yudhistira memberikan sorotan negatif terhadap kebijakan pemerintah soal New Normal.
Dilansir TribunWow.com, Bhima Yusdhistira secara terang-terangan menyebut bahwa New Normal sebagai bentuk kebijakan yang prematur.
Pemerintah dinilai masih terlalu dini atau terburu-buru dalam mengambil langkah New Normal untuk menyikapi penyebaran Virus Corona.
Hal ini disampaikannya dalam acara Satu Meja The Forum yang tayang di kanal Youtube KompasTV, Rabu (27/5/2020).

• Tanggapi Pertaruhan di New Normal, Fadjroel Rachman: Kehidupan Memang adalah Pertaruhan
Dirinya lantas menyinggung negara-negara lain yang sudah lebih dulu menerapkan New Normal, termasuk negara tetangga Vietnam.
Menurutnya, apa yang dilakukan oleh mereka memang sudah waktunya untuk melakukan New Normal.
Ia mengatakan Vietnam mempunyai indikator yang jelas dan tepat yakni menunggu sampai tidak ada kasus meninggal.
Dan indikator tersebut dilihat secara nasional bukan per daerah seperti yang akan dilakukan di Indonesia.
"Ini kan kebijakan yang sangat prematur sebenarnya, jadi kita kalau melihat di negara lain kamus New Normal seperti di Vietnam, Selandia Baru, kemudian juga ada di Taiwan itu kan indikatornya bisa dilihat," ujar Bhima.
"Indikatornya bukan per provinsi begitu, tetapi indikatornya adalah nasional ketika korban Covid-nya itu sudah melandai," jelasnya.
"Bahkan di Vietnam baru melonggarkan ketika angka kematiannya nol (0), sehingga Kafe dibuka toko dibuka, kehidupan pelan-pelan berjalan mengikuti arus yang disebut New Normal tadi," imbuhnya.
• Ungkit Kegagapan Atasi Corona, Pakar Wanti-wanti soal New Normal: Kalau Belum Siap Ya Jangan
Kondisi tersebut tentunya sangat jauh berbeda dengan yang sedang terjadi di Tanah Air.
Menurut Bhima, Indonesia dirasa masih belum siap untuk melakukan New Normal karena melihat jumlah dan penbambahan kasus Corona yang masih tergolong tinggi.
Dirinya kemudian menyinggung soal penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang diterapkan di beberapa daerah.
Ia mengatakan dengan adanya PSBB saja masih longgar terlebih ketika dilakukan New Normal.
Maka dari itu pemberlakukan New Normal di waktu yang tidak tepat tentunya justru akan mempunyai risiko tinggi.
"Kalau di Indonesia ini menurut saya sangat prematur karena indikator kesehatannya enggak bisa dilihat cuman yang ada di PSBB, karena PSBB itu terbukti juga masih longgar," kata Bhima.
"Masih banyak kemudian yang memaksa untuk mudik, dan masih ada yang kemudian diperbolehkan izin transportasi, tidak disiplin," pungkasnya.
(TribunWow/Elfan Fajar Nugroho)