Virus Corona
Epidemiolog Prediksi Puncak Penularan Covid-19 di Indonesia Terjadi Minggu Depan, Ini Alasannya
Pakar Epidemiologi UI Syahrizal Syarif, Selasa (26/5/2020), memprediksi Indonesia akan mencapai puncak penularan pada minggu depan.
Penulis: Rilo Pambudi
Editor: Ananda Putri Octaviani
TRIBUNWOW.COM - Pakar Epidemiologi Universitas Indonesia (UI) Syahrizal Syarif, memprediksi Indonesia akan mengalami puncak penularan Virtu Corona pada minggu depan.
Hal itu diungkapkan melalui wawancara di kanal metrotvnews, Selasa (26/5/2020), saat ia disinggung mengenai gelombang kedua yang akan terjadi.
Syahrizal menegaskan, untuk gelombang pertama saja Indonesia saat ini masih belum mencapai puncaknya.

• Tanggapan Ridwan Kamil dan Ganjar Pranowo soal New Normal, Singgung Kurva Kasus Corona
Angka penularan saat ini masih cenderung fluktuatif dan mengalami sedikit peningkatan.
Sedangkan gelombang kedua terjadi apabila suatu wilayah atau negara sudah pernah mengalami puncak pandemi.
"Kita tidak menyebutnya sebagai second wave atau gelombang kedua, kenapa? karena sampai saat ini pun kita belum mencapai gelombang pertama," tutur Syahrizal.
"Dengan analisa pergerakan PSBB jelas sekali memberikan dampak yang nyata terhadap jumlah kasus, tapi dengan kata lain kita juga akan percaya dengan meningkatnya pergerakan dalam suasana lebaran seperti ini maka kita juga kan percaya bahwa akan adanya peningkatan kasus harian dalam satu minggu ke depan."
"Untuk second wave itu kalau kita sudah pernah mencapai puncak wabah," tambahnya.
Berdasarkan rata-rata data peningkatan dalam dua pekan terakhir, angkanya mencapai 500-600 kasus per hari.
Hal itu jelas menunjukkan bahwa Indonesia masih belum bisa dikatakan telah mencapai puncak wabah.
Meskipun ada momentum dimana dalam sepekan terakhir terjadi peningkatan signifikan yakni mencapai angka 900 kasus per hari, itu pun belum bisa dikatakan sebagai puncak.
Sebab, itu hanya menandakan bahwa kemampuan pemeriksaan menjadi jauh lebih baik.
"Kita sederhana saja melihatnya, rata-rata dalam satu dua minggu terakhir ini Indonesia kasusnya itu rata-rata minggu sebelumnya itu adalah kurang lebih 535."
"Sedangkan minggu ini itu dalah 677, jadi terjadi peningkatan yang nyata, bahwa di Indonesia belum mencapai puncak wabah," kata Syahrizal.
"Walaupun sudah dilaporkan dua kali kita punya kasus yang 900-an, tapi saya kira itu hanya meggambarkan kemampuan pemeriksaan tes kita itu menjadi lebih baik, tapi tidak menggambarkan itu adalah puncak wabah," imbuhnya.
• Polda Metro Jaya Bongkar Akal-akalan Mudik Lebaran saat Corona: Seolah-olah Bus Tak Ada Penumpangnya
• UPDATE Virus Corona di Indonesia Selasa 26 Mei 2020: 23.165 Kasus Positif, 5.877 Sembuh
Menurutnya, kurva tertinggi akan dicapai apabila kemampuan dalam hal ini kecepatan pengetesan perharinya sudah semakin baik.
Dari 10.000 yang ditargetkan pemertintah, Syahrizal melihat bahwa Indonesia telah segera mengarah ke sana.
Hal itu kembali lagi berdasarkan kasus tertinggi yang pernah tercatat yakni sekitar 900-an.
Dari jumlah tersebut setidaknya bisa diperkirakan bahwa pemeriksaan yang dilakukan dilaboratorium dudah mencapai angka 8000-an.
Oleh sebab itu, Syahrizal berani memprediksi bahwa paling tidak pada pekan depan Indonesia akan mengalami puncak penularan.
"Kita itu akan mencapai puncak jika kemampuan pemeriksaan tes itu sudah cukup baik, Pak Jokowi menginginkan 10.000 tes per hari, saat ini saya perhatikan kelihatannya kita mengarah ke sana," tutur Syahrizal.
"Dengan adanya kasus 900-an gitu, itu artinya kemampuan pemeriksaan laboratorium kita paling tidak sudah 8000 -an."
"Jadi anggka yang nanti akan muncul saya kira, antara nagka 1200 samai 1400, dan itu akan bisa kita capai dalam minggu-minggu depan."
"Dalam minggu ini lah, lima hari ke depan coba kita lihat dengan kemampuan memeriksa spesimen yang lebih baik, kita akan mendapatkan angka puncaknya," tegasnya.
Simak videonya mlai dari awal:
Pandu Riono Geram Warga Nekat Mudik
Pakar Epidemiologi Universitas Indonesia (UI), Pandu Riono mengungkapkan kegeramannya melihat banyaknya kerumunan warga menjelang lebaran.
Termasuk soal banyaknya warga yang nekat penuhi pasar hingga mudik untuk merayakan Idul Fitri.
Dilansir TribunWow.com, Pandu Riono meminta pemerintah tegas memberikan sanksi pada warga pelanggar pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Tak hanya itu, ia juga menyebut banyaknya kerumunan yang terjadi menyebabkan segala usaha penanganan Virus Corona berakhir percuma.

• Bahar bin Smith Kembali Dipenjara, Refly Harun Bandingkan dengan Nasib Pelanggar PSBB di Pasar
• Di Mata Najwa, Bima Arya Geram soal Mal dan Pasar Ramai: Masa yang Lain Perang, Ini Malah Belanja
Pernyataan tersebut disampaikannya melalui kanal YouTube Apa Kabar Indonesia tvOne, Kamis (21/5/2020).
"Wah bisa membatalkan semua usaha kita selama ini, usaha kita kan sudah berhasil, sudah ada efeknya pada penurunan kasus dan sebagainya," jelas Pandu.
"Dan memang tahap kritis ini selama bulan Ramadan menjelang Hari Raya harusnya sudah diantisipasi."
Pandu mengatakan, pemerintah perlu segera membuktikan segala regulasi penanganan Virus Corona.
Sebab, banyaknya kerumunan yang kini terjadi bisa berdampak pada meningkatnya kasus baru.
"Regulasi sih bagus di atas kertas, tapi bagaimana pencegahannya?," terang Pandu.
"Itu yang harus dilakukan, karena kalau sudah terjadi ya susah."
Lebih lanjut, ia menyebut pemerintah seharusnya sudah bisa memprediksi banyaknya kerumunan menjelang lebaran.
• Warga Bogor Kembali Padati Pasar, Bima Arya Ungkap Kegeramannya di Mata Najwa: Kesel Iya, Geram Iya
Karena itu, menurut Pandu pemerintah juga perlu menyiapkan antisipasi yang jelas.
"Karena kita kan tahu, sudah bisa mengantisipasi bahwa kemungkinan ada kerumunan, orang belanja dan sebagainya," ujar Pandu.
"Seharusnya diatur, pengelola pasar, pengelola Tanah Abang, pengelola mal."
Melanjutkan penjelasannya, Pandu menyatakan kini Indonesia dalam kondisi kritis.
Selain karena kasus Virus Corona yang terus meningkat, wacana pelonggaran PSBB semakin memperburuk keadaan.
"Seharusnya bisa melakukan itu, jadi jangan hanya bicara saja, tapi lakukanlah," ungkap Pandu.
"Ini tahap-tahap kritis yang kita mau akhiri atau kita mau melonggarkan kalau enggak bakal batal lagi."
Karena itu, Pandu mengaku sedih melihat warga yang nekat memadati pasar.
Aksi warga itu disebutnya seolah mengabaikan PSBB.
"Ini menurut saya sedih sekali melihat banyak laporan dari Tanah Abang dan beberapa wilayah lainnya itu pasar begitu padat. Seolah-olah tidak ada PSBB."
"Padahal di tengah PSBB masih banyak seperti itu," tandasnya.
Simak video berikut ini menit ke-5.17:
(TribunWow.co/Rilo/Tami)