Virus Corona
New Normal Segera Berlaku, Achmad Yurianto Bantah Pemerintah Biarkan Fase Seleksi Alam: Berisiko
Pemerintah akan menerapkan pemberlakuan tatanan kehidupan baru atau new normal selama masa pandemi Covid-19.
Penulis: Mariah Gipty
Editor: Claudia Noventa
TRIBUNWOW.COM - Pemerintah akan menerapkan pemberlakuan tatanan kehidupan baru atau new normal selama masa pandemi Covid-19.
Akibatnya, ada isu berkembang bahwa pemerintah membiarkan Indonesia memasuki fase seleksi alam atau herd immunity.
Menanggapi kabar tersebut, Juru Bicara (Jubir) penanganan Covid-19, Achmad Yurianto dengan tegas membantahnya.
• Usaha Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini Cegah Penyebaran Virus Corona: Tidak Boleh Berlebihan

• Soal Kemungkinan Perpanjangan PSBB Jakarta, Anies Baswedan: Dua Pekan Ini Adalah Penentuan
Dilansir TribunWow.com dari channel YouTube Talk Show tv One pada Senin (25/5/2020), herd immunity digunakan apabila imunisasi telah dilakukan.
"Ada satu terminologi Pak Yuri yang sekarang sedang diperbincangkan apakah kita masuk fase seleksi alam atau istilah dari Wakil Presiden Republik Indonesia sebelumnya Pak Jusuf Kalla mengatakan inilah herd immunity Fase," tanya presenter.
"Kita tidak pernah menggunakan definisi herd immunity untuk Covid, memang kita memiliki terminologi herd immunity untuk sebuah imunisasi," jawab Achmad Yurianto.
Achmad Yurianto menegaskan bahwa pemerintah ingin menjadikan orang Indonesia dengan Covid-19 melalui imunisasi vaksin bukan secara alami.
Jika dilakukan secara alami, menurutnya hal itu terlalu berisiko.
"Artinya akan jadikan orang itu kebal secara buatan karena ada vaksin setelah diberikan vaksin seperti pada penyakit TBC, penyakit yang lainnya itu Herd Immunity yang kita kejar."
• Achmad Yurianto: Mari Ubah Paradigma, Kita Harus Mulai Produktif namun Aman dari Covid-19
"Tetapi itu adalah herd immunity yang diciptakan," ujarnya.
Pria yang akrab disapa Yuri ini menjelaskan, Covid-19 bisa dihindari dan bukanlah suatu takdir.
Sehingga, ia mengimbau masyarakat agar terus mengenakan maskernya.
"Kalau ini enggak, risikonya terlalu besar, fatalitasnya tinggi oleh karena itu lebih baik tidak tertular, karena ini sesuatu yang bisa dihindari, Covid bisa dihindari, Covid bukan takdir, Covid bukan pembagian, Covid bukan jatah-jatahan, ini perilaku yang tidak sehat."
"Oleh karena itu gunakan masker, kalau mau sehat ya gunakan masker," jelas Yuri.
Lihat videonya mulai menit ke-00.58:
Dokter Erlina Sebut Indonesia Belum Siap 'The New Normal'
Dokter Spesialis Paru di RSUP Persahabatan, Erlina Burhan, membahas wacana kebiasaan baru atau new normal yang disebut sebagai cara hidup setelah pandemi Virus Corona (Covid-19).
Dikutip TribunWow.com, hal itu ia sampaikan saat dihubungi dalam Prime Talk di Metro TV, Minggu (24/5/2020).
dr Erlina menyebutkan saat ini Indonesia belum siap jika membicarakan cara hidup new normal.

• Pakai Masker Jadi New Normal, Sandiaga Uno Sebut Harus Mulai Terbiasa: Bahkan Jadi Fashion
Pendapat itu ia lontarkan mengingat banyaknya pelanggaran masyarakat terhadap protokol kesehatan yang dianjurkan selama pandemi.
Awalnya, ia mengakui jumlah pasien di wilayah DKI Jakarta saat ini mulai turun.
dr Erlina menyebutkan penurunan kasus tidak dapat menjadi patokan.
"Sebetulnya penurunan, tapi ini relatif," ungkap dr Erlina Burhan.
Menurut Erlina, satu faktor kasus tampak turun adalah karena banyaknya rumah sakit yang sudah mulai menerima pasien Covid-19.
"Kita tidak bisa mengatakan bahwa memang turun, tapi juga kita harus melihat banyak rumah sakit pemerintah lain sudah buka dan ada beberapa swasta juga membuka," kata Erlina.
"Kalau kita hanya melihat jumlah yang dirawat, ini turun, betul," jelasnya.
"Kalau kita melihat jumlah pasien yang dirujuk juga turun," lanjut dia.
dr Erlina kemudian membahas wacana new normal yang mulai dibicarakan sebagai cara hidup baru setelah pandemi.
Ia menilai saat ini belum tepat jika new normal mulai diberlakukan.
"The new normal boleh-boleh saja kita wacanakan dan kita persiapkan diri kita," papar Erlina.
"Tapi saya merasa belum bisalah kita eksekusi," tambahnya.
Ia menyoroti jumlah kasus yang terus meningkat baik, terutama di luar DKI Jakarta.
• Soal New Normal, Pakar Epidemiolog Sebut Fase Kritis: Orang Ingin Berlebaran, Pakai Baju Baru
"Pertama, kita bisa lihat secara umum, kita tidak bicara DKI Jakarta, kasus yang confirm terus meningkat," papar Erlina.
Erlina memaparkan banyak negara sudah mulai melonggarkan aturan ketat lockdown karena kasusnya yang sudah melandai.
Jika dibandingkan sejumlah negara lain di Asia Tenggara, kasus positif di Indonesia masih terus meningkat.
"Di luar pun orang mulai relaksasi kalau grafiknya sudah turun dan landai," jelas dr Erlina.
"Kita belum pada posisi itu," tegas dia.
dr Erlina menegaskan agar tidak perlu ikut-ikutan negara lain yang sudah mulai mempersiapkan new normal.
"Jadi jangan gara-gara negara lain seperti Kamboja, Thailand, Vietnam sudah the new normal kita ikut," tegasnya.
"Kita kondisinya berbeda. Mereka memang sudah turun dan landai," jelas Erlina.
"Kita masih belum secara nasional, belum turun apa lagi landai," lanjut dia.
Meskipun begitu, ia menyebutkan wacana tersebut boleh saja mulai dipersiapkan sejak sekarang.
"Terlalu prematur kalau mengeksekusinya sekarang, tapi kalau mempersiapkan diri, membuat definisi operasional, dan mulai diinformasikan masyarakat," kata Erlina.
"Nanti begini ke depannya, jadi Anda siap-siap antisipasi," lanjut dokter spesialis tersebut.
"Jangan buat masyarakat kaget, jadi betul-betul dipersiapkan," pesannya.
• Tanggapi Pernyataan Jokowi soal New Normal di Tengah Corona, IDI: Kita Terlalu Cepat Mengatakan
Lihat videonya mulai menit 28:40
(TribunWow.com/Mariah Gipty/Brigitta Winasis)