Indonesia Terserah
Kasus McD Sarinah dan Antrean Bandara Soetta, 2 Peristiwa Viral di Balik Tagar 'Indonesia Terserah'
Kerumunan massa seremoni penutupan McD Sarinah dan antrean panjang Terminal 2 Bandara Soekarno Hatta turut memicu lahirnya tagar 'Indonesia Terserah'
Penulis: anung aulia malik
Editor: Ananda Putri Octaviani
TRIBUNWOW.COM - Perhatian publik Indonesia kini sedang tertuju pada viralnya tagar 'Indonesia Terserah'.
Tagar yang dipopulerkan oleh para tenaga medis itu disebut sebagai ungkapan rasa kekecewaan terhadap sejumlah aksi masyarakat Indonesia yang masih saja tidak peduli dengan pandemi Virus Corona (Covid-19).
'Indonesia Terserah' diketahui mulai populer sejak Jumat (15/5/2020).
Dikutip dari Kompas.com, Senin (18/5/2020), diketahui ada dua peristiwa viral yang ikut berperan dalam lahirnya tagar 'Indonesia Terserah'.
Pertama adalah kerumunan massa saat penutupan gerai McDonald's yang berada di Sarinah, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat
Kedua adalah antrean panjang para calon penumpang yang berada di Terminal 2 Bandara Soekarno-Hatta (Soetta).
Berikut ini adalah kejadian detail bagaimana protokol penanganan Covid-19 tidak dipedulikan dalam dua peristiwa tersebut.
• Imam Prasodjo Ibaratkan Indonesia Terserah Layaknya Orangtua Kecewa Anaknya Terus Ngeyel: Karepmu
1. Kerumunan di Penutupan McD Sarinah
Dikutip dari TribunJakarta.com, Minggu (10/5/2020), peristiwa pertama adalah gerombolan massa yang mendatangi momen penutupan gerai McD di Sarinah.
Pada video yang sempat viral di media sosial, nampak banyak orang yang datang dengan alasan bernostalgia.
Seperti yang diketahui McD Sarinah telah berdiri sejak tahun 1991.
Damar Setyono (46) pria asal Bekasi, Jawa Barat sengaja datang bersama keluarganya ke penutupan McD Sarinah hanya untuk mengenang masa lalunya.
"Ya sengaja datang ke sini aja mau lihat ini ditutup sama anak-istri. Waktu muda dulu sering ke sini, pacaran sama istri," ucapnya sambil tertawa, Minggu (10/5/2020).

• Ungkap 3 Target Kekecewaan di Balik Indonesia Terserah, Imam Prasodjo: Pertama Tentu Pemerintah
Meskipun rata-rata dari mereka menggunakan masker, berdasarkan pantauan TribunJakarta.com di lokasi kejadian, banyak orang yang tak mengindahkan aturan physical distancing.
Bahkan beberapa ada yang melepas masker saat seremoni penutupan McD Sarinah berlangsung.
Acara tersebut akhirnya dibubarkan oleh Petugas Satpol PP.
"Ayoo segera bubarkan diri, ini berbahaya," ucap salah seoarang petugas Satpol PP menggunakan pengeras suara, Minggu (10/5/2020).
Seremoni tersebut menuai banyak kritikan dari berbagai pihak karena dianggap tidak mengindahkan aturan PSBB yang sedang diberlakukan di Jakarta.
Akibat McD Sarinah melakukan seremoni penutupan di tengah PSBB, manajemen McD Sarinah telah dikenakan denda sebesar Rp 10 juta.
Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) DKI Jakarta Arifin mengatakan denda sudah dibayarkan oleh pihak manajemen McD Sarinah.
"Iya, hari ini panggil, periksa, sudah setor, selesai. Kita denda," ucapnya saat dihubungi, Kamis (14/5/2020).
2. Penumpukan Penumpang Bandara Soetta
Kejadian kedua adalah adanya penumpukan calon penumpang yang terjadi di Terminal 2 Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Kamis (14/5/2020).
Foto penumpukan penumpang tersebut sempat viral di media sosial.
Di tengah penerapan aturan PSBB, para calon penumpang yang mengantre tampak sama sekali tak mengindahkan aturan physical distancing.

• Ini Cerita Lahirnya Tagar Indonesia Terserah, Dokter Covid-19: Kalian Tahu Kami Juga Manusia
Antrean tersebut diakui memang terjadi oleh PT Angkasa Pura II (Persero).
Diakuinya antrean terjadi sektiar pukul 04.00 WIB dan telah lancar kembali pada pukul 05.00 WIB.
Dikutip dari angkasapura2.co.id, Kamis (14/5/2020), antrean disebut berasal dari posko verifikasi dokumen.
Senior Manager Branch Communications & Legal Bandara Soekarno-Hatta, Febri Toga mengatakan calon penumpang pesawat yang banyak menyebabkan terjadinya antrean panjang.
“Antrean di posko verifikasi dokumen terjadi mulai pukul 04.00 WIB, di mana calon penumpang memiliki tiket pesawat untuk penerbangan antara pukul 06.00 - 08.00 WIB. Di antara pukul tersebut terdapat 13 penerbangan dengan keberangkatan hampir bersamaan, yaitu 11 penerbangan Lion Air Group dan 2 penerbangan Citilink," ujar Febri.
Febri mengatakan verifikasi dokumen perlu dilakukan selama masa pembatasan penerbangan terjadi.
“Seperti diketahui, pada masa pengecualian dalam pembatasan penerbangan ini, calon penumpang harus melakukan verifikasi kelengkapan dokumen sebagai syarat untuk bisa memproses check in," paparnya.
Ia juga mengatakan bahwa verifikasi dokumen dilakukan oleh personel gabungan dari berbagai instansi.
"Verifikasi dokumen dilakukan oleh personel gabungan dari sejumlah instansi yang masuk dalam Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 yang ada di posko pemeriksaan,” jelas Febri Toga.
Febri mengatakan pihaknya akan mengevaluasi kejadian tersebut agar tidak kembali terulang.
“Seluruh stakeholder akan melakukan evaluasi untuk menata jadwal penerbangan supaya tidak ada yang berdekatan,” jelas Febri Toga.
Dokter Covid-19: Kami Capek, Pasti Sakit Hati
Dokter Relawan Covid-19 Debryna Dewi menceritakan bagaimana reaksi rekan-rekannya tenaga medis melihat masih banyak masyarakat yang tak mengindahkan protokol penanganan Covid-19.
Dikutip dari acara SAPA INDONESIA MALAM, Minggu (17/5/2020), Debryna pertama menyoroti soal penumpukkan antrean yang terjadi di bandara.
Seperti yang diketahui sebelumnya viral foto penumpukan calon penumpang di Terminal 2 Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Kamis (14/5/2020).
Melihat kejadian semacam itu, Debryna mengatakan para tenaga medis yang juga manusia biasa merasa lelah melihat masyarakat masih saja melanggar aturan.
"Kalau melihat kasus kemarin kan maksudnya banyak ujul-ujulan di bandara, di beberapa tempat lain tidak patuh PSBB, tentu sebagai manusia perasaan kami capek sih," ujar dokter Debryna.

Debryna lalu menceritakan kehidupan dirinya sebagai relawan dan para petugas-petugas yang kini masih menetap di Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta.
Ia mengatakan dirinya beserta para relawan dan aparat berwenang sudah lama tidak bisa pulang karena harus menangani pasien Covid-19.
"Kita terus terang saya sifatnya kan relawan dan juga banyak TNI dan Polri juga kami sudah berhari-hari kalau saya bahkan dua bulan enggak pulang ke rumah," kata Debryna.
"Meninggalkan apa yang sudah ada di rumah, meninggalkan pekerjaan, meninggalkan semua kenyamanan."
Debryna mengatakan melalui tagar 'Indonesia Terserah' itu menandakan para tenaga medis tidak akan memikirkan hal lain yang tidak penting.
Ia mengatakan kini para tenaga medis hanya akan mengurus para pasien di depan mereka.
"Fokus kita itu tadi, fokus kita di depan mata kita enggak pikirin yang selain itu," ujarnya.
Diceritakan Debryna tak sedikit para tenaga medis yang mengorbankan momen-momen penting dan waktu mereka untuk berjibaku menangani pasien Covid-19.
"Banyak temen-temen yang harus menunda serangkaian acara-acara penting seperti pernikahan, hajatan-hajatan lain hanya karena untuk mematuhi PSBB itu."
Di sisi lain Debryna mengatakan melihat sifat ngeyel masyarakat diakuinya menimbulkan rasa sakit hati.
"Karena mereka peduli, karena mereka mau saling jaga, jadi rasanya memang pasti sakit hati ya mbak," ujarnya.
Debryna menyinggung bagaimana para tenaga medis yang berkorban maksimal merasa kecewa atas respons di luar yang ternyata masih ada yang berlaku seenaknya sendiri.
"Sudah berkorban untuk demi orang lain demi jutaan nyawa orang lain, mereka berkorban untuk itu semua tapi tiba-tiba ada yang tetap enggak pakai masker keluar, tetep ujul-ujulan di tempat umum, itu rasanya emang ini sih cukup menyakitkan," ungkapnya kecewa.
• Pihak Istana Tanggapi soal Indonesia Terserah, Sebut Ada Faktor Kejenuhan Masyarakat di Rumah
Lihat videonya mulai menit ke-3:20:
(TribunWow.com/Anung)