Breaking News:

Virus Corona

Tanggapi 'Indonesia Terserah', Sosiolog Imam Prasodjo Ungkap 3 Faktor 'Blunder': Terbesar Kemenhub

Sosiolog Universitas Indonesia (UI), Imam Prasodjo turut menanggapi viral tagar 'Indonesia Terserah'

Penulis: Mariah Gipty
Editor: Atri Wahyu Mukti
Channel YouTube Kompas TV/Kompas.com
Sosiolog Universitas Indonesia (UI), Imam Prasodjo turut menanggapi viral tagar 'Indonesia Terserah' 

TRIBUNWOW.COM - Sosiolog Universitas Indonesia (UI), Imam Prasodjo turut menanggapi viral tagar 'Indonesia Terserah'

Hal itu diungkapkan Imam Prasodjo melalui sambungan video call dengan Kompas TV pada Minggu (18/5/2020).

Imam Prasodjo menilai, ungkapan dari tenaga medis yang viral itu merupakan bagian dari kekecewaan pada sistem yang terjadi selama Covid-19 ini.

Sosiolog Imam Prasodjo menanggapi padatnya penumpang di Bandara Soekarno-Hatta di tengah kebijakan PSBB, Minggu (17/5/2020).
Sosiolog Imam Prasodjo menanggapi padatnya penumpang di Bandara Soekarno-Hatta di tengah kebijakan PSBB, Minggu (17/5/2020). (Capture Youtube KompasTV)

 

Ramai Tagar Indonesia Terserah, Dokter Relawan: Kami Juga Manusia, Kami Memang Capek dan Marah

Namun ada tiga pilar utama termasuk pemerintah yang menurutnya membuat Indonesia kini kembali ramai di tengah pandemi Covid-19.

"The Whole System ya pertama ya tentu ada tiga pilar menurut saya ya yang bisa ikut kontribusi suasana kok jadi begini."

"Pertama tentu pemerintah ya, pemerintah itu satu segi pernah secara tegas mengatakan misalnya ya kita fokus ke mudik saja ya yang sudah jelas-jelas relevan," ujar Imam.

Keputusan membuka transportasi umum oleh Kementerian Perhubungan dinilai merupakan sesuatu yang aneh di tengah larangan mudik.

Meski harus menerapkan protokol kesehatan, namun penerapan di lapangan akan susah dilakukan.

Apalagi memang banyak orang sudah ingin mudik.

"Dilarang mudik misalnya tapi terus tiba-tiba Kementerian Perhubungan membuka transportasi walaupun ada pembatasan-pembatasan."

"Tapi semua orang tahu bahwa transportasi umum dibuka walaupun katanya dengan protokol kesehatan tidak akan mungkin itu bisa berjalan karena pertama memang sudah ada animo orang itu kepengin pulang kampung," ujarnya.

Soal Indonesia Terserah Pihak Istana Sindir Ramainya Penutupan McD Sarinah: Enggak Pantas Banget

Lalu, ia menilai kesalahan juga dilakukan oleh pengusaha jasa transportasi dan masyarakat itu sendiri.

"Yang kedua bisnis community, komunitas bisnis itu juga tidak mungkin membuka transportasi yang hanya mengangkut orang atau penumpang 50 persen saja."

"Sudah gitu kultur Indonesia banyak sekali pelanggaran-pelanggaran," katanya.

Namun, aturan Kementerian Perhubungan yang dinilai menjadi faktor terbesar mengapa banyak pelanggaran PSBB.

"Jadi akhirnya regulasi dari Kementerian Perhubungan, saya mohon maaf kalau saya terpaksa harus mengatakan bahwa lubang terbesar adalah di Kementerian Perhubungan," ungkapnya.

Imam juga menyinggung bahwa ada bisnis transportasi yang tidak mau merugi hingga mengabaikan physical distancing yang ketat.

"Nah terus yang kedua adalah bisnis transportasi, tentu bisnis transportasi memanfaatkan situasi ini karena tentu mereka juga bukan lembaga yang sekarang tidak merugi."

"Di situasi seperti ini semua merugi tentu dengan pembatasan-pembatasan tadi harus ada physical distancing dan sebagainya akan merugikan mereka."

"Sehingga sangat mungkin menjadi upaya-upaya untuk melakukan kreativitas negatif ya artinya jadi akhirnya tidak ada physical distancing yang ketat," jelasnya.

Gowa Tak Lanjutkan PSBB, Sebut karena Kontradiktif dengan Aturan Pusat: Transportasi Dibuka

Selain itu, masyarakat juga menjadi faktor besar hingga banyak pelanggaran PSBB.

Mulanya ia mengira banyak orang terpaksa mudik karena keterbatasan ekonomi, namun dengan ramainya Soekarno Hatta itu membuat Imam kini ragu

"Pada saat yang sama masyarakat, mungkin masyarakat yang tidak ada pilihan dia harus pulang karena di kota dia sudah tidak punya ongkos."

"Tapi kemarin yang peristiwa terjadi di Soekarno Hatta orang berjubel seperti itu apa iya itu orang-orang yang karena tugas, apa iya itu orang-orang tua nya sakit atau meninggal," jelasnya.

Lihat videonya mulai menit ke-1:57:

Dokter Ungkap Tak Mau Pusing-pusing Pikirkan Masyarakat dan Pemerintah

Dilansir TribunWow.com dari channel YouTube Kompas TV pada Minggu (17/5/2020), Dokter relawan Covid-19 di Wisma Atlet, Debryna Dewi angkat bicara.

Dokter Debryna membantah bahwa kata-kata itu menandakan tenaga medis kini sudah menyerah menghadapi para pasien Covid-19.

Ia menilai kata-kata itu menandakan bahwa tenaga medis kini hanya fokus menangani para pasien Virus Corona bukan memikirkan pasien-pasien di luar sana.

"Oh tidak, terserah sama menyerah kan beda mbak, kalau menyerah berarti kita berhenti sampai di sini."

"Sebetulnya dengan yang saya rasa dan teman-teman sejawat maknai dengan 'Indonesia Terserah' itu adalah ya sudah memang fokus kita saat ini bagaimana kita meminimalisirkan kerusakaan atau pandemik yang sudah terjadi," jelas dokter Debryna.

 Jatim Corona Terbanyak ke-2, Khofifah Izinkan Salat Ied di Masjid: PSBB Pembatasan Bukan Penghentian

Debryna menilai para tenaga medis sudah tak mau berpikir apa yang akan dilakukan masyarakat maupun pemerintah di luar sana.

"Yakni pasien-pasien yang sakit tanpa harus pusing-pusing memikirkan masyarakat sakit apa enggak."

"Pusing-pusing untuk menghabiskan energi untuk stres atau cemas bagaimana pemerintah ini menyikapi ini semua," ucap dokter Debryna.

Sehingga, dokter Debryna menegaskan sekali lagi akan fokus pada tugasnya.

"Tugas kita jelas ke depan fokus kita adalah di depan mata jadi itu makanya bilang terserah karena fokus kita di depan mata," sambungnya.

Para Tenaga Medis Sakit Hati

dokter Debryna mengakui sebenarnya para tenaga medis juga sudah lelah menghadapi semua ini.

"Kalau melihat kasus kemarin kan maksudnya banyak ucul-uculan di bandara, di beberapa tempat lain tidak patuh PSBB, tentu sebagai manusia perasaan kami capek sih," ujar dokter Debryna.

Selain itu banyak dari tenaga medis maupun aparat keamanan yang tak pulang berhari-hari untuk bertemu keluarga karena masih sibuk mengurusi Covid-19.

"Kita terus terang saya sifatnya kan relawan dan juga banyak TNI dan Polri juga kami sudah berhari-hari kalau saya bahkan dua bulan enggak pulang ke rumah meninggalkan apa yang sudah ada di rumah, meninggalkan pekerjaan, meninggalkan semua kenyamanan," ujarnya.

Meski demikian, dokter Debryna mengatakan pihaknya kini fokus untuk tetap bekerja.

"Fokus kita itu tadi, fokus kita di depan mata kita enggak pikirin yang selain itu," ujarnya.

 Jatim Corona Terbanyak ke-2, Khofifah Izinkan Salat Ied di Masjid: PSBB Pembatasan Bukan Penghentian

Di media sosial Twitter beredar gambar penumpukan penumpang di Terminal 2 Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Kamis (14/5/2020).
Di media sosial Twitter beredar gambar penumpukan penumpang di Terminal 2 Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Kamis (14/5/2020). ((Twitter via Kompas.com))

Lalu, dokter Debryna juga menyinggung beberapa orang yang menunda pernikahannya karena mematuhi aturan pembatasan sosial.

Mereka juga berrkorban demi keselamatan orang lain.

"Banyak temen-temen yang harus menunda serangkaian acara-acara penting seperti pernikahan, hajatan-hajatan lain hanya karena untuk mematuhi PSBB itu."

"Karena mereka peduli, karena mereka mau saling jaga, jadi rasanya memang pasti sakit hati ya mbak," ujarnya.

Layaknya orang-orang yang menunda pernikahan karena Covid-19, para tenaga medis juga merasa sakit hati dengan masyarakat yang bertindak seenaknya.

"Sudah berkorban untuk demi orang lain demi jutaan nyawa orang lain, mereka berkorban untuk itu semua tapi tiba-tiba ada yang tetap enggak pakai masker keluar, tetep ujul-ujulan di tempat umum, itu rasanya emang ini sih cukup menyakitkan," ungkapnya kecewa.

Lihat videonya mulai menit ke-1:22:

(TribunWow.com/Mariah Gipty)

Tags:
Virus CoronaCovid-19Imam Prasodjo
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA
KOMENTAR

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved