Virus Corona
Tanggapi Pelonggaran Transportasi dan Kasus Surat Bebas Corona, Epidemiolog Minta ada Koneksivitas
Pandu Riono menanggapi pelonggaran bepergian yang diberikan pemerintah di tengah pandemi Covid-19 yang semakin meningkat.
Penulis: Rilo Pambudi
Editor: Ananda Putri Octaviani
TRIBUNWOW.COM - Pakar epidemiologi Universitas Indonesia, Pandu Riono menanggapi kebijakan pelonggaran bepergian yang diberikan pemerintah di tengah pandemi Covid-19 yang semakin meningkat.
Menurutnya, perlu adanya kontrol yang ketat dan konektivitas antar lembaga kesehatan dan pos-pos yang menjadi pintu keluar masuk moda transportasi.
Hal tersebut ternyata menjadi ajang munculnya pratik jual beli surat bebas Corona yang tengah ramai terjadi.
• Hotman Paris Soroti Kabar Surat Palsu Bebas Corona: Tidak Mungkin Manajemennya Bertindak seperti Itu
Sebagai seorang ahli, Pandu Riono khawatir pelonggaran moda transportasi akan membuat peninkatan kasus positif Covid-19 semakin meningkat meskipun dilakukan dengan regulasi yang ketat.
Hal tersebut Pandu Riono sampaikan dalam tayangan Youtube Official iNews, Jumat (15/5/2020).
Ia mengaku pihaknya sejak awal telah mengingatkan bahwa implementasi kebijakan pelonggaran tarnsportasi tidak begitu saja mudah dikontrol.
Sebab, ia menilai pemerintah memutusakan hal tersebut tanpa persiapan.
"Saya sejak awal mengingatkan, biasanya implementasi di lapangan sulit di kontrol karena kita tidak mempersiapkan," ujar Pandu.
• Pasien Positif Corona Ngamuk saat Dijemput, Kejar dan Peluk Orang Terdekat agar Tertular: ODP Kamu
Maraknya penyalahgunaan dan lemahnya pelaksanan regulasi di lapangan akan memubuat peningkatan kasus pada tempat-tempat yang menjadi destinasi atau tujuan orang yang bepergian.
Karenanya, untuk mengatasi kasus penyalah gunaan surat sehat, ia menawarkan solusi agar adanya konektivitas baik rumah sakit maupun klinik dengan terminal, pelabuhan adan bandara.
Hal itu ditujukan untuk mempersempit celah masyarakat yang melakukan berbagai cara untuk tetap bepergian, dalam hal ini adalah kasus surat sehat palsu.
"Saya melihat bahwa kalau ini banyak penyalahgunaan atau bekerja tidak sesuai regulasi akan terjadi peningkatan kasus pada tujuan-tujuan bepergian tadi," ujar pandu.
"Sebenarnya kita bisa cegah, misalnya kalau klinik atau rumah sakit mengeluarkan pernyataan bebas Covid-19 atau sebakainya itu bisa dikirim ke kantor pelabuhan yang menjadi tempat berangkat."
"Sehingga bisa dicek lagi, tapi ini tidak dilakukan," imbuhnya.
Pandu tampaknya sangat meyanyangkan dengan adanya kebijakan pelonggaran dan lemahnya implementasi di lapangan.
Pandemi yang mestinya segera mereda justru akan terus meningkat karenanya.
Karenanya ia sangat menyayangkan harapan Presiden tidak terwujud karena anak buahnya tidak benar dalam melaksanakan regulasi di lapangan.
"Kita yang harusnya mereda cepat jadi akan terus meningkat," ucap Pandu.
"Jadi apa yang diharapkan Pak Presiden tidak terjadi karena anak buahnya tidak membuat regulasi yang bisa dilaksanakan dengan benar dilapangan," tandasnya.
Simak videonya mulai dari menit 2.55
I Gusti Putu Agung Arisanth Tanggapi Praktik Jual Beli Surat Sehat di Gilimanuk
Praktik jual beli surat keterangan sehat terjadi di Pelabuhan Gilimanuk, Bali.
Dilansir TribunWow.com, jual beli surat sehat tersebut dilakukan untuk memudahkan penyeberangan dari Pulau Bali ke Pulau Jawa, menyusul adanya larangan mudik di tengah pandemi Virus Corona.
Hal itu dibenarkan oleh Juru Bicara Gugus Tugas penanganan Covid-19 Jembrana, dr. I Gusti Putu Agung Arisantha dalam tayangan Youtube Official iNews, Jumat (15/5/2020).
Berdasarkan tayangan tersebut tertera surat sehat palsu tersebut dihargai sekitar Rp 70.000 yang diperjual belikan di media sosial.

• Ngaku Bosan, 10 Pasien Corona di Ternate Kabur dari Karantina: Mereka Merasa Sehat Tanpa Gejala
I Gusti Putu Agung mengungkapkan surat sehat itu mempunyai kop atas nama Puskesmas di Denpasar.
"Kemarin kita mendapatkan infromasi bahwa ada memang proses praktik jual beli dari surat sehat untuk penyeberangan ke Pulau Jawa dari Bali," ujar I Gusti Putu Agung.
"Surat sehat ini berkop salah satu Puskesmas di Denpasar yang pertama, yang kedua surat sehat tersebut berkop dari dokter praktik mandiri," jelasnya.
Menurutnya, setelah mengaku ada kecurigaan dan dilakukan penelusuran, ternyata surat tersebut benar ilegal.
Dijelaskan oleh I Gusti Putu Agung, surat sehat palsu itu mempunyai perbedaan data registrasi di puskesmas yang tertera.
"Berdasarkan kroscek kami dari puskesmas di Denpasar, bahwa surat yang beredar di Pelabuhan Gilimanuk tersebut itu memang palsu," ungkapnya.
"Dibuktikan dengan nama yang ditemukan di Pelabuhan Gilimanuk di dalam surat tersebut berbeda dengan registrasi di Puskesmas yang ada di Denpasar," imbuhnya.
• WHO Peringatkan Virus Corona Tak akan Pernah Hilang Layaknya HIV: Kita Bersikap Realistis
Sementara itu untuk pelaku, sudah diserahkan oleh pihak keamanan kepada Polsek Gilimanuk dan Polres Jembrana untuk ditangani lebih lanjut.
"Terkait pelaku sebagaimana yang sudah saya koordinasikan dengan bapak-bapak di pihak keamanan tentunya sudah ditangani oleh pihak Polsek Gilimanuk dan Polres Jembrana," akunya.
Simak videonya:
(TribunWow.com/Rilo/Elfan)