Jasad ABK Dibuang ke Laut
Kerja 5 Bulan di Kapal China, ABK Ini Ngaku Tak Dibayar meski Kerja Paling Keras: Enggak Ada Duitnya
Anak Buah Kapal (ABK) Kapal Hang Rong 363, Andrisen Ulipi mengaku sama sekali tak mendapat upah selama bekerja dengan kapal China.
Penulis: Jayanti tri utami
Editor: Maria Novena Cahyaning Tyas
"Iya beda, perlakuannya dari saat kerja itu kalau orang Indonesia dibuat kayak tank di bagian depan," ujar Andrisen.
"Kalau gajinya untuk orang Indonesia 300 dolar aja, kalau untuk Filipina dan Myanmar 350 (dolar)," tandasnya.
Meski awalnya yakin bekerja di kapal China, Andrisen tak tahu betul agen penyalurnya resmi atau bahkan ilegal.
Namun, ia mengaku sudah menandatangi sejumlah berkas sebelum berangkat ke kapal China.
"Iya, kalau resmi atau enggaknya tidak tahu saya," terang Andrisen.
"Tapi kalau tanda tangan ada."
Menanggapi pernyataan Andrisen itu, sang presenter lantas meminta Ketua Umum SBMI Haryanto Suwarno untuk angkat bicara.
Menurut Haryanto, hal yang disampaikan Andrisen itu benar-benar dialami ABK Indonesia di kapal asing.
"Itu memang terjadi saat ini, Andrisen juga menyatakan itu fakta di lapangan," ujar Haryanto.
"Hal ini analisis kami dari investigasi adalah memang itu bermuara ketika masih di Indonesia."
• Ungkap Beratnya Jadi ABK di Afrika, Aji Cerita Tidur Berdempet Hanya Selisih 4 Jari: Itu Sudah Lebar
Menurut Haryanto, ada sejumlah penyebab ABK Indonesia mengalami tindakan yang tak manusiawi di kapal China.
Ia pun membeberkan adanya perjanjian sebelum ABK Indonesia berlayar dengan kapal China.
Satu di antaranya berisikan ancaman tuntutan pada pihak keluarga jika ABK Indonesia tak menyelesaikan masa kontrak kerja.
"Jadi teman-teman terjebak oleh perjanjian bahkan perjanjian kerja laut ditambahkan dengan surat pernyataan," terang Haryanto.
"Misalnya ada surat pernyataan yang mengatakan bahwa tidak finish kontrak satu jaminan enggak akan keluar, yang kedua adalah akan menuntut keluarga."