Breaking News:

Virus Corona

Soroti Penanganan Corona, Faisal Basri: Sidang Kabinet Itu yang Presentasi Bukan Ahli, tapi Menko

Ekonom Faisal Basri mempertanyakan siapa sebenarnya pemimpin penanganan Virus Corona di Indonesia. Sindir Menko Luhut Pandjaitan.

YouTube Najwa Shihab
Ekonom senior, Faisal Basri (kanan), dan Presenter Najwa Shihab (kiri) dalam tayangan Mata Najwa, Rabu (13/5/2020). 

TRIBUNWOW.COM - Ekonom Faisal Basri mempertanyakan siapa sebenarnya pemimpin penanganan Virus Corona di Indonesia.

Dilansir TribunWow.com, Faisal Basri mengatakan tidak ada pemimpin yang jelas untuk masalah penanganan Virus Corona.

Faisal Basri lantas menyoroti sikap dari pemerintah dalam artian menteri mempunyai anggapan ataupun kebijakannya sendiri-sendiri yang tidak kompak.

Ekonom Faisal Basri menyindir tidak adanya koordinasi yang jelas dalam tubuh pemerintahan mengenai penanganan pandemi Covid-19, Mata Najwa, Rabu (13/5/2020).
Ekonom Faisal Basri menyindir tidak adanya koordinasi yang jelas dalam tubuh pemerintahan mengenai penanganan pandemi Covid-19, Mata Najwa, Rabu (13/5/2020). (facebook/@OfficialTRANS7)

Faisal Basri Pertanyakan Kendala Rendahnya Tes Corona: Kok Negara yang Lebih Miskin dari Kita Bisa?

Menurutnya pemimpin penanganan masalah ini harus diserahkan pada satu pihak yang paling berkompeten terhadap kondisi yang dihadapi.

Seperti misalnya pada ketua Gugus Tugas ataupun Ketua Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Faisal Basri menilai jika mengikuti kebijakan dari menteri yang berbeda-beda maka hanya akan menimbulkan polemik.

"Kalau menurut saya, ini kan menghadapi perang tapi panglima perangnya enggak jelas siapa," ujar Faisal Basri.

"Semua menteri, menteri senior bicara ya selera masing-masing lah," sambungnya.

"Menurut saya udah, untuk Covid ini serahkan pada panglima perang atau juru bicara panglima perang," ucapnya.

"Tapi justru panglima perangnya tidak jelas."

Najwa Shihab Tunjukkan Data Kajian Pelonggaran PSBB Mulai Bulan Juni, Deputi KSP: Simulasi Belaka

Faisal Basri lantas mencontohkan kenyataan di lapangan terkait penanganan Virus Corona.

Dia mengatakan dalam satu kesempatan seorang Menko justru membahas tentang cuaca yang disebut berdampak pada tingkat penularan Covid-19.

Seperti yang diketahui, beberapa waktu lalu memang Menko Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan menerangkan bahwa Virus Corona tidak bisa bertahan lama dengan cuaca Indonesia yang panas.

"Sidang kabinet, misalnya sidang kabinet itu yang presentasi bukan ahli epidemiologi, Menko," ungkapnya.

"Yang melakukan kajian misalnya dampak cuaca lah, panas udara mengurangi Covid, enggak jelas," sambungnya.

Sementara itu terkait rencana relaksasi atau pelonggaran pembatasan sosial bersakala besar (PSBB), Faisal Basri mengatakan tidak mempermasalahkan andai memang sudah direncanakan dengan baik.

Dirinya lalu mencontohkan negara-negara yang sudah melakukan relaksasi seperti misalnya Jerman, Spanyol maupun Italia.

Apakah Pengering Tangan atau Hand Dryer Bisa Membunuh Virus Corona? Simak Penjelasan Dokter

Menurutnya, mereka memang sudah sepantasnya melakukan relaksasi karena kurva penyebaran Virus Corona sudah menurun.

Meski begitu, sebenarnya bukan jaminan jika kurva menurun untuk melakukan pelonggaran PSBB, karena ditakutkan adanya gelombang baru.

"Setidaknya kalau disiapkan sih oke saja, tetapi relaksasi itu yang terjadi di seluruh dunia yang melakukan relaksasi entah Jerman, Spanyol, Italia itu delive cases turun kematiannya juga turun," kata Fisal Basri.

"Active cases sudah mengalami penurunan, walaupun akumulatifnya naik terus tetapi delive cases dan active cases turun," jelasnya.

"Active cases itu akumulatif cases dikurangi dengan yang sembuh dikurangi dengan jumlah yang mati."

"Jadi turun pun belum jadi jaminan, turun pun kita harus disiplin," pungkasnya.

Apakah Berkumur dengan Air Garam Bisa Matikan Virus Corona? Ini Penjelasan Dokter Spesialis Paru

Simak videonya mulai menit ke- 12.31

Faisal Basri Pertanyakan Kendala Rendahnya Tes Corona

Ekonom Faisal Basri mempertanyakan alasan masih rendahnya pengetesan Corona yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia.

Dilansir TribunWow.com, Faisal Basri menyebut pengetesan sangat efektif untuk dapat mengatasi penyebaran Covid-19.

Menurutnya, semakin banyak tes yang dilakukan, maka semakin banyak pula kasus positif yang ditemukan.

 Pakar Epidemiologi Minta Pemerintah Harus Penuhi 3 Indikator Ini sebelum Lakukan Pelonggaran PSBB

Dirinya lalu mencontohkan banyaknya penambahan jumlah kasus pada Rabu (13/5/2020) yang mencapai 689 kasus baru.

Penambahan 689 bisa dikatakan sebagai yang terbanyak sejak diumumkannya kasus pertama di Indonesia.

Faisal Basri menyimpulkan banyaknya penambahan kasus baru tersebut tidak terlepas dengan keaktifan dari pemerintah, mulai dari melakukan banyak tes maupun kontak tracking.

"Hari ini itu 689 kasus baru, nah kalau kita lihat menariknya saya bukan ahli epidemologi cuman lihat dari perilaku statistik, itu statistik harian Indonesia delicasisnya itu naik turun enggak karu-karuan," ujar Faisal Basri.

"Itu fungsi dari apa sih, fungsi dari tes, semakin banyak tes semakin banyak kasus baru ditemukan," jelasnya.

"Kalau tidak ada tes, hari ini misalnya tesnya agak turun ya kasusnya turun."

Lebih lanjut, Faisal Basri mengatakan langkah pertama yang harus dilakukan untuk melakukan deteksi Virus Corona yaitu dengan cara pengetesan, tidak ada cara lain.

Karena yang dihadapi adalah sesuatu yang tidak terlihat.

"Jadi tolong menurut saya, sense of crisis-nya itu betul-betul ditunjukkan gitu ya," ucap Faisal.

"Yang kita lawan adalah virus yang tidak kelihatan dan caranya adalah dengan tes," sambungnya.

 WHO Peringatkan Kemungkinan Virus Corona Tidak anak Pernah Hilang dan Ada Dalam Waktu Lama

Faisal Basri lalu mempertanyakan apa sebenarnya yang menjadi kendala pemerintah masih kurang dalam melakukan pengetesan.

Dirinya lantas menyinggung negara-negara yang bisa dikatakan lebih miskin dari Indonesia, seperti Bangladesh.

Menurutnya, Bangladesh mampu melakukan tes sebanyak 800 per 1 juta penduduk.

Sedangkan Indonesia baru bisa melakukan pengetesan sekitar 600-an.

"Jadi tes kita itu baru 600-an per satu juta penduduk," kata Faisal.

"Alasannya katanya alat-alat tes kurang di dunia, semua negara perlu, kok Bangladesh bisa 800."

"Kok negara-negara yang lebih miskin dari kita bisa banyak, karena apa?," tanya Faisal.

(TribunWow/Elfan Fajar Nugroho)

Tags:
Faisal BasriVirus CoronaCovid-19Mata NajwaNajwa ShihabLuhut Binsar Pandjaitan
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA
KOMENTAR

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved