Breaking News:

Virus Corona

Faisal Basri Pertanyakan Kendala Rendahnya Tes Corona: Kok Negara yang Lebih Miskin dari Kita Bisa?

Ekonom Faisal Basri mempertanyakan kendala masih rendahnya pengetesan Corona yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia.

facebook/@OfficialTRANS7
Presenter Najwa Shihab (kiri), dan Ekonom Senior Faisal Basri (kanan) dalam tayangan Mata Najwa, Rabu (13/5/2020). Faisal Basri mempertanyakan alasan masih rendahnya pengetesan Corona yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia dan bandingkan dengan negara yang lebih miskin dari Indonesia. 

TRIBUNWOW.COM - Ekonom Faisal Basri mempertanyakan alasan masih rendahnya pengetesan Corona yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia.

Dilansir TribunWow.com, Faisal Basri menyebut pengetesan sangat efektif untuk dapat mengatasi penyebaran Covid-19.

Menurutnya, semakin banyak tes yang dilakukan, maka semakin banyak pula kasus positif yang ditemukan.

Presenter Najwa Shihab (kiri), dan Ekonom Senior Faisal Basri (kanan) dalam tayangan Mata Najwa, Rabu (13/5/2020). Faisal Basri mengkritik wacana pelonggaran pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dalam waktu dekat.
Presenter Najwa Shihab (kiri), dan Ekonom Senior Faisal Basri (kanan) dalam tayangan Mata Najwa, Rabu (13/5/2020). Faisal Basri mengkritik wacana pelonggaran pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dalam waktu dekat. (YouTube Najwa Shihab)

Najwa Shihab Tunjukkan Data Kajian Pelonggaran PSBB Mulai Bulan Juni, Deputi KSP: Simulasi Belaka

Pakar Epidemiologi Minta Pemerintah Harus Penuhi 3 Indikator Ini sebelum Lakukan Pelonggaran PSBB

Dirinya lalu mencontohkan banyaknya penambahan jumlah kasus pada Rabu (13/5/2020) yang mencapai 689 kasus baru.

Penambahan 689 bisa dikatakan sebagai yang terbanyak sejak diumumkannya kasus pertama di Indonesia.

Faisal Basri menyimpulkan banyaknya penambahan kasus baru tersebut tidak terlepas dengan keaktifan dari pemerintah, mulai dari melakukan banyak tes maupun kontak tracking.

"Hari ini itu 689 kasus baru, nah kalau kita lihat menariknya saya bukan ahli epidemologi cuman lihat dari perilaku statistik, itu statistik harian Indonesia delicasisnya itu naik turun enggak karu-karuan," ujar Faisal Basri.

"Itu fungsi dari apa sih, fungsi dari tes, semakin banyak tes semakin banyak kasus baru ditemukan," jelasnya.

"Kalau tidak ada tes, hari ini misalnya tesnya agak turun ya kasusnya turun."

Lebih lanjut, Faisal Basri mengatakan langkah pertama yang harus dilakukan untuk melakukan deteksi Virus Corona yaitu dengan cara pengetesan, tidak ada cara lain.

Karena yang dihadapi adalah sesuatu yang tidak terlihat.

"Jadi tolong menurut saya, sense of crisis-nya itu betul-betul ditunjukkan gitu ya," ucap Faisal.

"Yang kita lawan adalah virus yang tidak kelihatan dan caranya adalah dengan tes," sambungnya.

WHO Peringatkan Kemungkinan Virus Corona Tidak anak Pernah Hilang dan Ada Dalam Waktu Lama

Faisal Basri lalu mempertanyakan apa sebenarnya yang menjadi kendala pemerintah masih kurang dalam melakukan pengetesan.

Dirinya lantas menyinggung negara-negara yang bisa dikatakan lebih miskin dari Indonesia, seperti Bangladesh.

Menurutnya, Bangladesh mampu melakukan tes sebanyak 800 per 1 juta penduduk.

Sedangkan Indonesia baru bisa melakukan pengetesan sekitar 600-an.

"Jadi tes kita itu baru 600-an per satu juta penduduk," kata Faisal.

"Alasannya katanya alat-alat tes kurang di dunia, semua negara perlu, kok Bangladesh bisa 800."

"Kok negara-negara yang lebih miskin dari kita bisa banyak, karena apa?," tanya Faisal.

Faisal Basri lantas menyebut masalahnya bukan pada alat tes yang disebut kurang atau berkaitan dengan masalah ekonomi, namun pada pemerintahnya.

Dia mengatakan tidak ada pemimpin yang jelas untuk masalah penanganan Virus Corona.

Karena pada kenyataannya pemerintah dalam artian menteri mempunyai anggapan ataupun kebijakannya sendiri-sendiri yang tidak kompak.

Tolak Sebutan Wacana Pelonggaran PSBB, Deputi KSP Juri Ardiantoro: Perencanaan Jangka Panjang

Usulkan PSBB Pulau Jawa, Pakar Epidemiologi Sebut Lebih Mudah: Bukan Meninggalkan Pulau Lain

Menurutnya pemimpin penanganan masalah ini harus diserahkan pada satu pihak yang paling berkompeten terhadap kondisi yang dihadapi.

"Kalau menurut saya, ini kan menghadapi perang tapi panglima perangnya enggak jelas siapa," kata Faisal Basri.

"Semua menteri, menteri senior bicara ya selera masing-masing lah."

"Menurut saya udah, untuk Covid ini serahkan pada panglima perang atau juru bicara panglima perang," sarannya.

"Tapi justru panglima perangnya tidak jelas," pungkasnya.

Simak videonya mulai menit ke- 11.23

(TribunWow/Elfan Fajar Nugroho)

Tags:
Faisal BasriMata NajwaVirus Corona
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA
KOMENTAR

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved