Komisioner KPU Terjaring OTT KPK
Disebut Sengaja Tak Mau Tangkap Harun Masiku dan Nurhadi, KPK Angkat Bicara: Kami Sudah Menelusuri
Juru Bicara Komisi Pemberantasan Korupsi (Jubir KPK), Ali Fikri angkat bicara soal kritikan sejumlah pihak.
Penulis: Mariah Gipty
Editor: Atri Wahyu Mukti
TRIBUNWOW.COM - Juru Bicara Komisi Pemberantasan Korupsi (Jubir KPK), Ali Fikri angkat bicara soal kritikan sejumlah pihak.
KPK disebut sengaja tak menangkap Daftar Pencarian Orang (DPO), Mantan Sekretaris Mahkamah Agung, Nurhadi dan Politikus PDIP, Harun Masiku.
Di antara yang menyebut KPK sengaja tak menangkap mereka adalah Direktur Lokataru Foundation, Haris Azhar dan Koordinator Masyarakat AntiKorupsi (MAKI), Boyamin Saiman.

• Haris Azhar Sebut KPK Sengaja Loloskan Nurhadi dan Harun Masiku, Aiman: Bahasa Anda Jelas Sekali
Dilansir TribunWow.com dari channel YouTube Kompas TV pada Senin (11/5/2020), Ali Fikri merasa tidak masalah dengan tudingan tersebut.
"Saya kira begini KPK menghargai apa yang disampaikan oleh siapapun karena itu haknya untuk mengatakan demikian," ujar Ali.
Ia menegaskan bahwa KPK tetap berkomitmen untuk menangkap Nurhadi dan Harun Masiku.
"Tapi yakin bahwa KPK tetap bekerja untuk mencari keberadaan para DPO ini," tegasnya,
Ia mengatakan rasa apresiasinya pada informasi yang telah diberikan Boyamin dalam kesempatan itu.
Sedangkan pada acara itu, Boyamin mengungkapkan pelacakannya soal Nurhadi dan Harun Masiku selama ini.
"Yang kedua setiap informasi dari masyarakat tentu kami mengapresiasi dan terimakasih atas informasi tersebut," ucap dia.
• Harun Masiku Dikabarkan Meninggal karena Diduga Ditembak Mati, MAKI: Paling Gampang Ya Ditembak Mati
Namun, Ali menegaskan bahwa sebenarnya dirinya sudah mengetahui informasi tersebut jauh hari.
"Tetapi perlu kami tegaskan sekali lagi bahwa apa yang disampaikan oleh Boyamin itu adalah informasi yang sebelumnya KPK sudah memiliki."
"KPK sudah memiliki informasi tersebut, sudah menelusuri, sudah melakukan pemeriksaan," jelas Ali.
Sehingga, ia membantah bahwa KPK baru mengetahui soal Nurhadi dan Harun Masuki lewat Boyamin.
"Jadi bukan informasi dari Mas Boyamin yang disampaikan dari kemarin itu, itu yang terpenting," kata dia.
Lihat videonya mulai menit ke 8:28:
Haris Azhar Sebut KPK Sengaja Tak Mau Tangkap Nurhadi
Direktur Eksekutif Lokataru Foundation, Haris Azhar menilai bahwa kasus Nurhadi bersinggungan dengan banyak kasus tokoh lain.
"Kalau menurut saya yang sejauh saya amati memang gampang ya kalau masyarakat mau merunut kronik KPK yang penyidiknya memeriksa Nurhadi itu banyak bersinggunggan sekali dengan banyak kasus."
"Kasus itu kan ada hakim, ada pengacara, ada macam-macam," ujar Haris Azhar.
Sehingga, Haris menegaskan bahwa jika memang ingin menuntaskan banyak kasus di Indonesia maka akan lebih mudah menangkap Nurhadi terlebih dahulu.
Pasalnya, Nurhadi banyak membantu tokoh atau pejabat tertentu.
"Jadi memang Nurhadi ini saya selalu ke banyak orang, kalau mau beresin mafia peradilan di Indonesia, setengahnya itu dengan cara Nurhadi ini."
"Jadi memang dia itu banyak membantu pejabat atau petinggi-petinggi, atau memang konglomerat-konglomerat di negeri ini yang banyak itu," ujar dia.
• Jadi Buronan KPK, Harun Masiku Diisukan Tewas Ditembak Mati, Koordinator MAKI: Dia Enggak Punya Duit
Soal Nurhadi dikabarkan bisa menukar uang hingga miliaran rupiah serta dijaga oleh pengawal dengan barang-barang mewah, Haris menilai itu mudah bagi buron KPK tersebut.
"Kalau cuma dia dikawal pakai motor, di Cimahi itu mah murah, tukar uang Rp 3 M itu receh itu."
"Nah jadi sebetulnya jejaknya banyak," katanya.
Pada kesempatan itu Haris memuji Koordinator Masyarakat Antikorupsi (MAKI), Boyamin Saiman yang telah melacak aktivitas Nurhadi.
"Dan saya cukup menikmati orang yang bisa mendeteksi seperti Bung Boyamin ini," pujinya.
Haris secara gamblang menyebut bahwa Nurhadi tidak kunjung tertangkap lantaran KPK memang sengaja tak menangkapnya.
"Persolannya adalah KPKnya yang tidak mau, mau memangung persepsi secara quantity bahwa tidak ada kasus korupsi."
"Ketiadaannya bukan karena kasus korupsi zero, karena memang engggak ditangani kasusnya, salah satunya Nurhadi yang enggak ditangkap," tegas Haris.
• Buron KPK Harun Masiku Mendadak Dikabarkan Meninggal Dunia, MAKI Ungkap Alasannya: Sama Sekali Blank
Lihat videonya mulai menit ke-11:03:
Hidup Mewah Nurhadi selama Jadi Buron
Dilansir TribunWow.com, buron hingga kini, Nurhadi disebut masih hidup secara mewah hingga memiliki sejumlah cicilan apartemen.
Hal itu disampaikan secara gamblang oleh Koordinator Masyarakat Anti-korupsi (MAKI), Boyamin Saiman dalam kanal YouTube Kompas TV, Senin (11/5/2020).

• Jadi Buronan KPK, Harun Masiku Diisukan Tewas Ditembak Mati, Koordinator MAKI: Dia Enggak Punya Duit
• Buron KPK Harun Masiku Mendadak Dikabarkan Meninggal Dunia, MAKI Ungkap Alasannya: Sama Sekali Blank
Selain memiliki cicilan apartemen, Nurhadi juga dikabarkan sempat menukarkan uang senilai 3 miliar rupiah selama sepekan.
Menurut Boyamin, hal itu sebenarnya bisa digunakan untuk melacak keberadaan Nurhadi.
"Infomasi uang di money changer, periode terakhir itu sebenarnya terpantau 2018," kata Boyamin.
"Tapi maksud saya ini kan informasi yang bagus, oh dia (Nurhadi) menukarnya di situ 2013 sampai 2018, 5 tahun loh."
Tak hanya itu, Boyamin pun menunjukkan bukti pembayaran cicilan apartemen Nurhadi.
Bahkan, meski masih jadi buronan KPK, Nurhadi disebutnya masih memiliki 3 cicilan apartemen mewah.
"Jadi bisa dilacak rekeningnya, saya juga punya rekening menantunya," jelas Boyamin.
"Yang terakhir kan yang belum saya sempat kasihkan kan misalnya kuitansi apartemen itu kan, satu cicilannya aja 250 juta."
"Ada yang 100 (juta), bahkan saya cetak ini," sambungnya.
• KPK Diminta Selidiki Dugaan Korupsi dalam Proyek Kartu Prakerja yang Telan Anggaran Rp 5,6 Triliun

Sambil menunjukkan kuitansi pembayaran, Boyamin menyebut cicilan itu dibayarkan oleh istri Nurhadi, Tin Zuraida.
Selain itu, menurutnya pembayaran itu dilakukan secara cash.
"Ya malah istrinya, Tin Zuraida," jelasnya.
"Ini pakai cash semua dimasukkan ke rekening account virtual perusahaan pengembangnya, sampai seperti ini."
"Yang membayar Tin Zuraida, tanggalnya ini 23 Januari 2014," sambungnya.
Melanjutkan penjelasannya, Boyamin menyebut kuitansi pembayaran itu menjadi bukti keberadaan Nuhardi yang masih berada di sekitaran Jakarta.
"Iya ototmatis terkonfimasi, berarti yang paling mahal cicilan sekali (Rp) 250 juta, dan ini cicilan ke-16, kira-kira cicilan ke-30."
"Satu unit loh, belum unit yang lain. Satu unit (Rp) 250 juta, ini cicilan ke-16," tandasnya. (TribunWow.com/Mariah Gipty/Jayanti Tri Utami)