Breaking News:

Terkini Internasional

Kisah Orang Lawan Pandemi Flu Spanyol pada 1918, Satu di Antaranya Menyantap Bubur Hangat

Pada tahun 1918 dunia dilanda pandemi flu Spanyol yang menewaskan setidaknya 50 juta orang di seluruh dunia.

Editor: Maria Novena Cahyaning Tyas
Otis Historical Archives, National Museum of Health and Medicine via Kompas.com
Barak yang diperuntukkan penderita flu Spanyol di Camp Funston, Kansas, 1918. 

TRIBUNWOW.COM - Pada tahun 1918 dunia dilanda pandemi flu Spanyol yang menewaskan setidaknya 50 juta orang di seluruh dunia.

Banyak langkah dilakukan untuk mencegah penyebaran virus baik oleh pemerintah maupun orang-orang diantaranya dengan mengenakan masker, menghirup udara segar dan menyantap bubur hangat.

Covid-19 adalah virus yang benar-benar baru, yang secara tidak proporsional mempengaruhi para lansia.

Mengingat Flu Spanyol di Tengah Wabah Virus Corona: Tewaskan Sepertiga Penduduk Dunia di Tahun 1920

Jenis influenza mematikan yang melanda dunia pada 1918 cenderung menyerang mereka yang berusia antara 20 dan 30 tahun, dengan sistem kekebalan tubuh yang kuat.

Namun berbagai tindakan yang diambil oleh pemerintah maupun individu untuk mencegah penyebaran infeksi tampaknya sudah pernah dilakukan.

Lembaga kesehatan Inggris Public Health England mempelajari wabah flu Spanyol untuk menyusun rencana kontingensi awal untuk menghadapi virus corona.

Pelajaran utama yang mereka petik adalah gelombang kedua dari penyebaran virus ini, pada musim gugur 1918, terbukti jauh lebih mematikan ketimbang serangan pada gelombang pertama.

Negara itu masih dilanda perang ketika virus tersebut merenggut korban pertama yang tercatat pada Mei 1918. Pemerintah Inggris, seperti banyak negara lainnya, tidak siap dengan wabah ini. Mereka tampaknya lebih mengutamakan perang ketimbang mencegah kematian akibat flu.

Menurut laporan yang dibuat Sir Arthur Newsholme tahun 1919 untuk Royal Society of Medicine, wabah ini meluas bak kebakaran melalap mobil-mobil serdadu dan pabrik amunisi, serta bus-bus dan kereta api.

Namun "panduan tertulis untuk masyarakat" yang disusunnya pada Juli 1918, berisi anjuran agar orang-orang tetap di rumah jika mereka sakit dan menghindari aktivitas kerumunan, tidak digubris oleh pemerintah.

Sir Arthur berpendapat bahwa banyak nyawa bisa diselamatkan jika aturan-aturan ini diikuti, namun ia menambahkan: "Ada beberapa situasi nasional yang harus 'mengedepankan' tugas-tugas utama, bahkan saat menyangkut soal kehidupan dan risiko kesehatan. "

Kala itu di tahun 1918, obat untuk menyembuhkan influenza belum ditemukan, juga tidak ada antibiotik untuk mengobati komplikasi seperti pneumonia. Banyak rumah sakit kewalahan.

Pemerintah tidak menerapkan pembatasan wilayah yang lebih ketat atau lockdown untuk menekan penyebaran virus, meski banyak gedung pertunjukan teater, ruang dansa, bioskop dan gereja ditutup, dalam beberapa kasus selama berbulan-bulan.

Pub, yang membatasi jam operasional selama perang, sebagian besar tetap buka. Liga Sepak Bola dan Piala FA juga dibatalkan karena perang, namun tidak ada upaya untuk membatalkan pertandingan lain atau membatasi jumlah penonton.

Pertandingan-pertandingan olahraga yang melibatkan kaum pria, juga kompetisi sepak bola perempuan, yang menarik perhatian banyak orang, berlanjut sepanjang pandemi.

Halaman
12
Sumber: BBC Indonesia
Tags:
Flu SpanyolPandemi GlobalBubur
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved