Virus Corona
Kenal 8 Tahun dan Hampir Menikah, Batal saat dr Michael Marampe Meninggal: 'Pasiennya Diduga Covid'
Tunangan almarhum dr Michael Marampe, Tri Novia Septiani, mengungkapkan momen sebelum calon suaminya itu meninggal akibat Virus Corona (Covid-19).
Penulis: Brigitta Winasis
Editor: Tiffany Marantika Dewi
TRIBUNWOW.COM - Tunangan almarhum dr Michael Marampe, Tri Novia Septiani, mengungkapkan momen sebelum calon suaminya itu meninggal akibat Virus Corona (Covid-19).
Dikutip TribunWow.com, hal itu ia sampaikan dalam tayangan Mata Najwa di kanal YouTube Najwa Shihab, Rabu (6/5/2020).
Diketahui dr Michael Marampe yang bertugas di RS Permata Bunda Cibitung, Bekasi meninggal dunia pada 25 April 2020.

• Lihat Dokter Luna Hamil 8 Bulan Masih Layani Pasien Corona, Najwa Shihab: Saya Deg-degan Dok
Sebelumnya rencana pernikahan hendak digelar pada 11 April, tetapi diundur sampai 20 September 2020 mendatang akibat pandemi Virus Corona.
Awalnya, sang tunangan menuturkan lama waktu yang telah ia jalani bersama Michael Marampe.
"Perjalanan saya sama Mike kurang lebih 8 tahun, hampir 9 tahun," papar Tri Novia Septiani melalui video call.
"Dari perkenalan kita, kemudian akhirnya menjalani sebuah hubungan," lanjutnya.
Dari hubungan yang terjalin, pasangan tersebut hendak melangsungkan pernikahan.
"Tahun 2018, tepatnya tanggal 29 April, kita melangsungkan pertunangan kita dan kemudian kita melanjutkan ke jenjang pernikahan di tanggal 11 April 2020 ini," jelas Novia.
Ia menyebutkan awalnya saling tertarik karena sama-sama menyukai musik.
Presenter Najwa Shihab lalu bertanya tentang awal mula kronologi Michael Marampe sampai tertular Virus Corona.
"Jadi awalnya, almarhum diduga kuat tertular Covid-19 dari pasien pada saat bertugas?" tanya Najwa Shihab.
"Apakah sebelumnya almarhum sempat bercerita ke Mbak Novia tentang bagaimana penanganan, kronologi ketika akhirnya sampai wafat?" tambahnya.
Novia menuturkan tunangannya tersebut berkomitmen kuat sebagai seorang dokter yang harus merawat pasiennya.
• Wacana PSBB Dilonggarkan, dr Erlina Burhan Sebut Rumah Sakit Kewalahan: Di Italia Dokter Playing God
"Sebenarnya, karena posisinya dia adalah seorang dokter, kemudian notabene menghadapi pasien, seperti biasa aja sebenarnya penanganannya," jelas Novia.
Menurut Novia, Michael Marampe sudah melakukan prosedur lengkap dengan mengenakan alat pelindung diri (APD).
"Cuma memang karena Covid-19, dia memang jauh lebih aware menggunakan APD," tutur Novia.
"Cuma kita enggak tahu, ya. Masyarakat di saat awal mungkin kurang mengerti Covid-19 cukup berbahaya," lanjutnya.
Seperti diketahui, awalnya Michael Marampe diduga tertular dari pasien yang berbohong tentang kondisinya.
"Mike pernah cerita ada salah satu pasien yang diduga mengarah ke Covid-19," ungkap Novia.
"Beberapa hari kemudian dia sempat cerita bagian parunya kayak kerobek-robek," lanjut dia.
Meskipun kesakitan, Michael Marampe bersikeras melanjutkan tanggung jawabnya untuk merawat pasien
"Cuma memang pada dasarnya karena dia seorang dokter, masih berpikir fine-fine aja, jadi dia masih melanjutkan tugasnya di rumah sakit," tutur Novia.
• Seorang Dokter Garda Depan Lawan Virus Corona Meninggal karena Bunuh Diri, sang Ayah: Dia Korban
Lihat videonya mulai menit 2:00
Jelaskan Hal-hal Berat ketika Tangani Virus Corona
Dokter Spesialis Paru, Erlina Burhan mengungkapkan hal-hal berat ketika sedang menangani pasien Virus Corona.
Dilansir TribunWow.com dalam acara E Talk Show tvOne, Sabtu (25/4/2020), Erlina Burhan mengaku mengalami capek dan stres.
Menurutnya, dengan banyaknya jumlah kasus Virus Corona yang notabene merupakan virus baru, maka juga harus terus belajar.
• Selain Menkes Terawan, 2 Menteri Jokowi Ini Dapat Sentimen Negatif Terkait Penanganan Virus Corona
"Ya ada stresnya ada capeknya, tapi banyakan capeknya," ujar Erlina.
"Ya jadi stres ya sekali-kali, karena ini kan tiba-tiba ada kasus dan langsung banyak akhirnya kita learning by doing akhirnya," sambungnya.
Selain itu, sebagai dokter atau tenaga medis tentunya memiliki tanggung jawab besar kepada mereka para pasien.
Menurutnya hal berat pertama adalah harus memastikan bahwa sudah memakai SOP yang aman.
Hal itu untuk memastikan tidak tertular ketika menangani pasien Virus Corona.
Oleh karenya, Erlina mengaku tetap ada rasa takut andai ada SOP yang tidak dilakukan.
Termasuk saat menghadapi pasien yang mempunyai karakter berbeda-beda, apalagi ketika ada pasien yang tidak jujur.
"Kan kita ini dokter ingin terbaiknya selalu dan harus sesuai SOP, kalau enggak sesuai SOP kita juga gelisah, kita juga panik," jelasnya.
"Dan ternyata penanganan Covid-19 ini bukan semata-mata dokter saja," ungkapnya.

• 4 Kabar Baik soal Penanganan Virus Corona di Indonesia, Produksi Ventilator dan Bantuan dari Amerika
Kemudian adalah menyangkut hasil lab yang dirasa membutuhkan waktu lama.
Kondisi seperti menurutnya membuat para tenaga medis merasa stres.
Ketika hasil PCR belum keluar, maka tenaga medis pun belum bisa memastikan apakah pasien tersebut positif atau negatif Covid-19.
"Yang paling bikin kita stres adalah masalah hasil lab yang lama sekali, jadi kita ini bingung pasien," kata Erlina.
"Iya hasil VCRnya, seharusnya dua hari paling lama tapi kan karena alat terbatas di awal-awal sempat lima hari, enam hari, tujuh hari dan kita stres ngadepin pasien," sambungnya.
"Apalagi keluarga pasien nanyain terus," pungkasnya. (TribunWow.com/Brigitta Winasis/Elfan Fajar)