Virus Corona
Ingatkan Bangsa Besar Punah karena Virus, Sudjiwo Tejo: Kita Enggak Boleh Sombong
Budayawan Sudjiwo Tejo memberikan tanggapan terkait pandemi Virus Corona. Ia menyinggung bangsa besar yang punah karena virus.
Penulis: Elfan Fajar Nugroho
Editor: Claudia Noventa
TRIBUNWOW.COM - Budayawan Sudjiwo Tejo memberikan tanggapan terkait pandemi Virus Corona yang saat ini sedang terjadi di seluruh belahan dunia.
Dilansir TribunWow.com, Sudjiwo Tejo mengingatkan bahwa terdapat peradaban-peradaban besar pada zaman di dunia yang punah karena virus.
Sudjiwo Tejo mengatakan setidaknya ada tiga suku atau bangsa besar yang punah justru karena virus, bukan karena perang.

• Sebut Konyol Ide Relaksasi PSBB, Mardani Ali Sera Tunjukkan Data Grafik Kasus Corona di Indonesia
Dirinya lantas menyinggung bangsa manusia yang diakui merupakan bangsa yang sangat besar.
Ia mengatakan apakah bangsa manusia juga akan punah karena virus yakni Covid-19.
Maka dari itu, Sudjiwo Tejo berpesan kepada semua pihak agar tidak sombong, termasuk berkaitan dengan Virus Corona.
"Cuma saya mengingatkan Bang Karni ada bangsa-bangsa besar yang sebetulnya tidak punah karena perang loh," ujar Sudjiwo Tejo.
"Saya mau mengingatkan itu kalau kita lihat suku (bangsa) Aztec, kita lihat Inca, kita lihat suku maya itu tidak punah karena perang loh, punah karena virus," jelasnya.
"Jangan-jangan kita memang harus punah, memang kita enggak boleh sombong," sambungnya.
Seniman kelahiran Jember itu kemudian juga bicara lebih jauh lagi ke belakang, bahkan sebelum manusia ada.
• Pertanyakan Alasan Relaksasi PSBB, Mardani Ali Sera: Langkah Pemerintah Selama Ini Merusak Ekonomi
Menurutnya, pada zaman prasejarah atau manusia purba, meski mempunyai umur yang cukup lama, namun mereka juga tetap mengalami kepunahan.
Oleh karenanya, dengan melihat kondisi seperti itu, maka kemungkinan kehidupan manusia juga akan punah.
"Homo Sapiens itu umurnya baru 200 ribu tahun loh, umur Homo Erectus 2 juta tahun," kata Sudjiwo Tejo.
"Kita belum bisa yakin kita tak akan punah, berubah kita enggak tahu," imbuhnya.
"Bisa jadi ada makhluk lain apa boleh buat."
Lebih lanjut, Sudjiwo Tejo kemudian kembali membahas soal Corona, yakni prediksi ataupun ramalan kapan akan berakhir.
Menurut Sudjiwo Tejo, Covid-19 merupakan hal yang tidak terlihat secara visual, karena berupa virus.
Berbeda halnya dengan hal-hal atau benda-benda terlihat yang pastinya bisa ditentukan kapan bisa berakhir.
• Tolak Tegas Kelonggaran PSBB, Wasekjen MUI: Kita Tidak Bayangkan Arus Balik Umat Islam ke Masjid
"Cuman begini kalau saya lihat tadi pembicaraan para ahli bulan Juli atau akhir tahun saya sebagai awam agak ini, karena timeline time table bukan manusia ini yang menentukan," jelasnya.
"Kalau saya mau ndalang, mau musik time table bisa ditentukan oleh produser, oleh sponsor."
"Ini yang menentukan virus loh pak dan kita enggak tahu apakah sampai akhir Desember, kita enggak tahu sebetulnya," pungkasnya.
Simak videonya mulai menit ke-8.00:
Wasekjen MUI Tolak Tegas Wacana Kelonggaran PSBB
Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (Wasekjen MUI), Zaitun Rasmin menanggapi wacana pemberian kelonggaran atau relaksasi pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Dilansir TribunWow.com, Zaitun Rasmin menolak dengan tegas rencana kelonggaran PSBB.
Menurut Zaitun Rasmin, relaksasi PSBB bukan sebuah pilihan tepat untuk dilakukan pada situasi saat ini.

• Nadiem Makarim Bahas Teori Konspirasi Virus Corona: Ini Sudah Diprediksi Bertahun-tahun Sebelumnya
Dirinya meminta rencana tersebut perlu dipertimbangkan kembali.
Zaitun Rasmin tidak ingin kondisi yang sebenarnya sudah cukup aman justru menjadi kacau.
Ia menyinggung soal umat muslim yang sudah bisa ikhlas mengikuti fatwa dari MUI untuk melakukan ibadah di rumah, termasuk salat Jumat yang sebenarnya wajib dilakukan di masjid.
Ketika adanya kelonggaran, maka ditakutkan mereka akan kembali untuk salat di Masjid.
Hal ini disampaikan Zaitun Rasmin dalam acara Indonesia Lawyers Club (ILC), Selasa (5/5/2020).
"Bahwa jangan kita menganggap remeh, jangan baru ada sedikit tanda-tanda yang membaik tiba-tiba kita kita menjadi longgar," ujar Zaitun Rasmin.
"Kalau itu terjadi, kita tidak bayangkan bagaimana arus balik umat kita untuk tidak peduli lagi pada social distancing, misalnya masjid-masjid," jelasnya.
• Sebut Krisis Pandemi Corona Terberat sejak Indonesia Merdeka, Sandiaga Uno Ingatkan Peran Besar UMKM
Lebih lanjut, Zaitun Rasmin memberikan apresiasi kepada umat muslim yang sudah mengikuti fatwa dari MUI dan imbauan dari pemerintah.
Meski begitu, Zaitun Rasmin mengatakan fenomena yang terjadi justru umat muslim lebih susah untuk salat Terawih di rumah, dibandingkan dengan salat Jumat di rumah.
Padahal salat Terawaih merupakan sunah, sedangkan salat Jumat adalah wajib.
"Sekarang masjid-masjid banyak yang mempunyai kesadaran untuk tetap tidak melaksanakan salat Terawaih dan sebelumnya tidak salat Jumat," kata Zaitun Rasmin.
"Alhamudillah kalau salat Jumat ini sampai sekarang masih lebih banyak yang konsisten," sambungnya.
Zaitun Rasmin menilai keberhasilan menyakinkan umat muslim untuk salat di rumah juga tidak terlepas dengan adanya aturan dari pemerintah, seperti misalnya penerapan PSBB.
Dirinya kemudian mengingatkan bahwa umat islam merupakan mayoritas di Indonesia.
Andai tidak ada larangan, maka ada kemungkinan mereka untuk kembali ke masjid.
• Korea Selatan Mulai Membuka Pusat Keramaian setelah Klaim Berhasil Kendalikan Wabah Corona
"Tentu saja kalau itu tidak terbendung, maka memang akan berakibat fatal karena kaum muslimin mayoritas di negeri ini dan juga mereka kebanyakan cinta kepada ke masjid," ucapnya.
"Nah karena itu dari MUI tentu tidak setuju kalau ada kelonggaran, kami malah di tausiyah menjelang Ramadan dalam tausiyah itu ditegaskan agar umat islam salat Terawaih di rumah masing-masing saja, dianjurkan secara umum, tanpa menyebutkan adanya perbedaan wilayah terkendali atau tidak terkendali," pungkasnya.
Simak videonya mulai menit ke-5.00:
(TribunWow/Elfan Fajar Nugroho)